Suku Keppas

danau Sicikecike
objek wisata di wilayah Keppas
Suku Keppas, adalah salah satu bagian dari sub-suku Pakpak. Suku Keppas ini juga bermukim di wilayah kabupaten Dairi, bersama-sama puak Pakpak lainnya, yaitu suku Pegagan, tetapi berbeda wilayah pemukiman. Suku Keppas ini banyak bermukim di kota Sidikalang dan di sekitarnya. Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, kecamatan Sidikalang dan di kota Sidikalang.

Suku Keppas dalam berbahasa Pakpak memiliki dialek yang sedikit berbeda dengan puak-puak Pakpak lainnya. Dialek Keppas ini sedikit dipengaruhi oleh dialek-dialek dari kabupaten lainnya seperti dari wilayah provinsi Aceh, tetapi dalam berkomunikasi dengan puak Pakpak lainnya, mereka dapat saling memahami dengan mudah.

Masyarakat suku Keppas pada umumnya memeluk agama Kristen (Katolik dan Protestan), sebagian ada juga yang memeluk agama Islam (terutama yang dekat dengan perbatasan provinsi Aceh) dan ada juga yang masih mempertahankan agama tradisional mereka seperti ugama sipelbegu.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pakpak Keppas ini, masih melekat kebiasaan lama mereka seperti mempercayai hal-hal gaib, mistik, praktek perdukunan dan mempercayai adanya roh-roh yang memiliki kekuatan di hutan, atau tempat-tempat yang dianggap angker.

Beberapa marga yang ada pada masyarakat suku Keppas adalah Ujung, Angkat, Bako, Bintang, Kudadiri, Maha, Capah, Sinamo dan Gajah Manik.

Karena keadaan alam wilayah pemukiman suku Keppas ini berada di pegunungan, maka profesi masyarakatnya sebagian besar adalah sebagai petani. Beberapa komoditas pertanian yang unggul dari daerah ini adalah Kopi (Kopi Sidikalang, sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia), Durian, Jagung, Kemenjen (Kemenyan), Nilam, Jeruk, Tiung (Durian Belanda), Kentang dan masih banyak komoditi unggulan lainnya. Sebagian besar komoditi unggulan sudah diekspor ke luar negeri.

artikel terkait:
sumber:
  • marganda-tanjung.blogspot.com
  • serbapakpak.wordpress.com
  • dairi-sidikalang.com
  • raudhahkhairiyahangkat.blogspot.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain
sumber-foto:
  • dairi-sidikalang.com

Suku Pegagan

masyarakat Pegagan
Suku Pegagan, adalah salah satu puak (sub-suku) dari suku Pakpak, yang terdapat di dataran tinggi Bukit Barisan Sumatra Utara. Suku Pegagan ini bermukim di kabupaten Dairi, di daerah Pegagan (meliputi daerah Balna Sibabeng-kabeng, Lae Rias, Lae Pondom, dan yang berada di Sumbul, Juma Rambah, Kuta Manik, Kuta Usang dan sekitarnya.

Pada suku Pegagan ini terdapat tiga 3 marga, yaitu (Raja) Matanari, (Raja) Manik dan (Raja) Lingga. Ketiga marga ini adalah marga-marga yang terkenal di kalangan masyarakat suku Pegagan ini. Ketiga marga ini adalah keturunan dari si Raja Api atau disebut juga sebagai si Raja Gagan. Si Raja Api ini adalah salah seorang dari 7 (Pitu) Guru Pakpak Sindalanen (yakni keturunan Perbuahaji) . yang pada masa lalu sangat terkenal karena ilmu kebatinannya (sangat disegani, ditakuti dan tempat belajar atau berguru ilmu kebatinan). Legenda tentang si Raja Api ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Pakpak, bahkan hingga ke masyarakat Karo Simalem dan Gayo.

Pada masa dahulu suku Pegagan yang berasal dari keturunaan si Raja Api ini adalah masyarakat yang hidup secara nomaden, hidup menjelajah hutan dataran tinggi Bukit Barisan, mencari makanan dari apa yang disediakan oleh alam, memanen hasil hutan dan berburu binatang, menangkap ikan dan tinggal berpindah-pindah. Diduga pemukiman mereka pertama kali berada di sekitar hutan Lae Rias dan Lae Pondom. Di tempat ini lah mereka mendirikan pemukiman perkampungan pertama mereka.

Ada beberapa versi yang menceritakan tentang asal usul suku Pegagan ini, 
  • Salah satunya mengatakan bahwa mereka adalah para imigran dari India, yang masuk dari sekitar Barus, merasa tidak aman di Barus, mereka memilih untuk masuk lebih ke pedalaman, yang menjadi masyarakat nomaden. Diduga di wilayah yang mereka masuki ini telah ada penduduk yang juga bermukim di pedalaman. Dengan masyarakat inilah mereka terjadi pembauran kawin-campur, sehingga terbentuklah masyarakat yang menamakan dirinya sebagai suku Pegagan. 
  • Versi lain, mengatakan bahwa mereka memang sejak awal adalah satu kesatuan dalam suku Pakpak, beserta puak-puak Pakpak lainnya, tetapi karena pada masa dahulu daerah ini sering terjadi konflik di antara mereka sendiri, serta banyak mendapat tekanan dari kekuatan lain dari kerajaan-kerajaan dari wilayah lain yang ingin menginvasi daerah ini, maka terjadilah penyebaran-penyebaran ke daerah-daerah lain yang dianggap lebih aman. Dalam penyebaran-penyebaran inilah salah satu kelompok bergerak ke daerah Dairi sekarang, dan membentuk satu kelompok yang sedikit berbeda, dan menamakan diri mereka sebagai suku Pegagan.
  • Versi lain, mengatakan suku Pegagan ini dahulunya adalah para prajurit dari pasukan Kerajaan Chola yang berasal India, yang sebelumnya menyerang dan menghancurkan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan. Keturunan dari prajurit Kerajaan Chola ini banyak yang tinggal dan bermukim di wilayah Sumatra Selatan, dimana di sana mereka memakai identitas suku sebagai suku Pegagan. Dari Sumatra Selatan pasukan Kerajaan Chola ini bergerak ke arah dataran tinggi Bukit Barisan tepatnya di wilayah Pakpak dan Dairi sekarang. Di tempat ini banyak juga keturunan mereka yang tinggal menetap dan mendirikan perkampungan serta melakukan perkawinan campur dengan penduduk setempat, dari hasil keturunan ini mereka menyebut diri mereka sebagai suku Pegagan. Apakah ada hubungan suku Pegagan yang di Sumatra Selatan dengan suku Pegagan yang di kabupaten Dairi ini ? Apabila dilihat dari beberapa perbendaharaan kata, terdapat juga beberapa kata yang mirip antara bahasa kedua suku bernama sama ini. Mungkin saja ada hubungan kekerabatan antara kedua suku ini, tetapi karena memang karena terpisah oleh jarak puluhan hari kalau berjalan kaki, serta dalam jangka waktu ribuan tahun, tentunya segala sesuatunya akan menjadi berubah dan berbeda.
Sesuai perkembangan zaman dan kebudayaan, keturunan Pakpak Pegagan tersebut di atas mengalami perubahan dari budaya nomaden menjadi petani berpindah..Karena mereka sering berpindah-pindah sambil membuka lahan pertanian baru dan sekaligus mendirikan pemukiman-pemukiman baru, maka keturunan mereka juga banyak tersebar di beberapa daerah seperti di Balna Sikabeng-kabeng, Kuta Gugung, Kuta Manik, Kuta Raja, Kuta Singa, Kuta Posong, Sumbul Pegagan, Batangari (Batanghari), Juma Rambah, Simanduma, sampai daerah Tigalingga.

Pemberkatan
di salah satu Gereja Katolik
Masyarakat suku Pegagan ini secara mayoritas adalah pemeluk agama Kristen (Katolik dan Protestan), sebagian kecil ada juga yang memeluk agama Islam, selain itu sekelompok kecil masih mempertahankan agama tradisional lama mereka yang mengandung unsur animisme. Walaupun suku Pakpak Pegagan ini secara mayoritas telah memeluk agama-agama besar seperti Kristen dan Islam, tetapi masih banyak dari mereka yang masih mempraktekkan ilmu kebatinan, mistik dan praktek perdukunan. Beberapa pelayanan rohani giat bekerja di wilayah Pegagan ini, dan dengan giat mengajak mereka untuk meninggalkan berbagai praktek mistik dan perdukunan di wilayah tersebut. 

masyarakat Pegagan
sebagian sebagai petani
Saat ini masyarakat suku Pegagan telah hidup menetap, meninggalkan kebiasaan nomadennya, dan juga telah membuka beberapa lahan pertanian menetap. Mayoritas masyarakat suku Pegagan hidup berprofesi sebagi petani sawah dan ladang, dan juga bercocok tanam berbagai tanaman, seperti sayur-sayuran serta beberapa tanaman keras seperti jeruk dan kopi arabica, yang telah berkembang di daerah Pegagan. Sedangkan yang lain memilih untuk memelihara hewan ternak, seperti ayam, bebek dan sapi. Bahkan beberapa mendatangkan sapi bali, karena menurut mereka sapi bali ini bisa menghasilkan daging lebih banyak dari sapi biasa.

sumber:
  • sopopanisioan.blogspot.com 
  • rheein.wordpress.com 
  • kanpegagannai.blogspot.com 
  • wikipedia
  • dan sumber lain
sumber foto:
  • analisadaily.com
  • abdiprocel.blogspot.com
  • medanbisnisdaily.com
artikel terkait:

Bangsa Indian Benua Amerika

Indian, adalah manusia yang pertama sekali hidup di Benua Amerika. Menurut para pakar anthropologi dan pakar bahasa, bahwa bangsa Indian ini telah ada sejak lebih dari 20.000 tahun lalu. Diperkirakan karena mengikuti atau mencari hewan buruan, di saat mereka melewati selat kecil bernama Selat Bering, yang dahulunya adalah tanah genting, yang saat ini menjadi pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling barat Benua Amerika). Tanah genting itu sudah tenggelam karena naiknya permukaan air laut dan kini menjadi Selat Bering. Dugaan ini dilandaskan pada kenyataan bahwa tidak pernah ditemukan fosil cikal-bakal manusia purba di benua Amerika.
Setelah menyeberang, mereka tidak kembali ke daerah asalnya dan membangun pemukiman, menetap dan berkembang menjadi masyarakat yang besar. Tetapi terjadi konflik di antara mereka dan juga beberapa bencana alam yang memisahkan mereka menjadi berbagai kelompok kecil-kecil yang akhirnya tersebar di berbagai belahan benua Amerika. Beberapa kelompok mereka yang tersebar berhasil membangun peradaban yang hebat, sedangkan yang lain tetap bertahan dalam pola hidup primitif.

Istilah Indian sendiri, berawal dari kedatangan bangsa Eropa pada abad 16, yang ketika bertemu dengan dengan penduduk asli, dan mengira mereka tiba di India (Asia), dan secara keliru mereka menyebut penduduk asli di benua Amerika ini sebagai "orang India" atau "Indian".

Bangsa Eropa menginginkan wilayah ini untuk dijadikan sebagai pemukiman kedua setelah benua Eropa. Maka terjadilah berbagai konflik antara bangsa Eropa dengan penduduk Asli Amerika yang disebut sebagai Indian. Bangsa Eropa datang dengan budaya yang lebih maju, serta dengan persenjataan yang lebih hebat, maka sia-sia lah perlawanan bangsa Indian, yang membuat mereka semakin tergusur ke pedalaman hutan dan gurun di Amerika.

Bangsa Indian termasuk ras Mongoloid dengan ciri-ciri rambut hitam lurus, kulit coklat kemerah-merahan, mata hitam, tubuh tidak banyak berbulu, tulang pipi menonjol, dan wajah pada umumnya lebar.

Budaya dan bahasa orang Indian berbeda-beda antara satu kawasan dengan kawasan yang lain. Ada yang memiliki peradaban tinggi seperti yang terlihat dari peninggalan suku Aztec dan Inca dan ada pula yang memiliki budaya sangat primitif. Begitupun dalam hal bahasa yang sangat beragam.

Di Amerika bagian tengah dan selatan yang lazim disebut Amerika Latin terjadi percampuran darah Indian dan kulit-putih, terutama Spanyol dan Portugis, sudah berlangsung sejak ratusan tahun.
Keturunan campuran ini yang disebut mestis kini merupakan mayoritas penduduk negara-negara Amerika Tengah seperti Honduras, Nikaragua dan El Salvador. Di Amerika Selatan, negara-negara yang mayoritas penduduknya campuran Indian dan pendatang adalah: Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru dan Bolivia.

Kegiatan penginjilan berkembang dengan baik oleh para penginjil Spanyol dan Portugis ratusan tahun yang lalu. Mayoritas keturunan Indian dan campuran di kedua wilayah ini telah memeluk agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Tetapi sebagian kecil suku bangsa Indian yang hidup terpencil masih menganut animisme.

Suku bangsa Indian yang tersebar di Benua Amerika

Amerika Utara
  • A'ananin (Aane), 
  • Abenaki (Abnaki, Abanaki, Abenaqui), 
  • Absaalooke (Absaroke), 
  • Achumawi (Achomawi), 
  • Acjachemen, 
  • Acoma, 
  • Agua Caliente, 
  • Adai,Ahtna (Atna), 
  • Ajachemen, 
  • Akimel O'odham, 
  • Akwaala (Akwala), 
  • Alabama-Coushatta, 
  • Aleut, 
  • Alutiiq, 
  • Algonquians (Algonkians) , 
  • Algonquin (Algonkin),
  • Alliklik, 
  • Alnobak (Alnôbak, Alnombak), 
  • Alsea (Älsé, Alseya), 
  • Andaste, 
  • Anishinaabe (Anishinabemowin, 
  • Anishnabay), 
  • Aniyunwiya, 
  • Antoniaño, 
  • Apache,
  • Apalachee, 
  • Applegate, 
  • Apsaalooke (Apsaroke), 
  • Arapaho (Arapahoe), 
  • Arawak, 
  • Arikara, 
  • Assiniboine, 
  • Atakapa, 
  • Atikamekw, 
  • Atsina, 
  • Atsugewi (Atsuke),
  • Araucano (Araucanian), 
  • Avoyel (Avoyelles), 
  • Ayisiyiniwok, 
  • Aymara, 
  • Aztec
  • Babine, 
  • Bannock, 
  • Barbareño, 
  • Bari, 
  • Bear River, 
  • Beaver, 
  • Bella Bella, 
  • Bella Coola, 
  • Beothuks (Betoukuag), 
  • Bidai, 
  • Biloxi, 
  • Black Carib, 
  • Blackfoot (Blackfeet),
  • Blood Indians, 
  • Bora
  • Caddo (Caddoe), 
  • Cahita, 
  • Cahto, 
  • Cahuilla, 
  • Calapooya (Calapuya, Calapooia), 
  • Calusa (Caloosa), 
  • Carib, 
  • Carquin, 
  • Carrier, 
  • Caska, 
  • Catawba, 
  • Cathlamet,
  • Cayuga, 
  • Cayuse, 
  • Celilo, 
  • Central Pomo, 
  • Chahta, 
  • Chalaque, 
  • Chappaquiddick (Chappaquiddic, Chappiquidic), 
  • Chawchila (Chawchilla), 
  • Chehalis, 
  • Chelan,
  • Chemehuevi, 
  • Cheraw, 
  • Cheroenhaka (Cheroenkhaka, Cherokhaka), 
  • Cherokee
  • Chetco, 
  • Cheyenne (Cheyanne), 
  • Chickamaugan, 
  • Chickasaw, 
  • Chilcotin,Chilula-Wilkut, 
  • Chimariko, 
  • Chinook, 
  • Chinook Jargon, 
  • Chipewyan (Chipewyin), 
  • Chippewa, 
  • Chitimacha (Chitamacha), 
  • Chocheno, 
  • Choctaw, 
  • Cholon, 
  • Chontal de Tabasco (Chontal Maya), 
  • Choynimni (Choinimni), 
  • Chukchansi, 
  • Chumash, 
  • Clackamas (Clackama), 
  • Clallam, 
  • Clatskanie (Clatskanai), 
  • Clatsop, 
  • Cmique,
  • Coastal Cree,
  • Cochimi, 
  • Cochiti, 
  • Cocopa (Cocopah), 
  • Coeur d'Alene, 
  • Cofan,
  • Columbia (Columbian), 
  • Colville, 
  • Comanche
  • Comcaac, 
  • Comox, 
  • Conestoga,
  • Coos (Coosan), 
  • Copper River Athabaskan, 
  • Coquille, 
  • Cora, 
  • Coso, 
  • Costanoan, 
  • Coushatta, 
  • Cowichan, 
  • Cowlitz, 
  • Cree, 
  • Creek, 
  • Croatan (Croatoan), 
  • Crow,
  • Cruzeño, 
  • Cuna, 
  • Cucupa (Cucapa), 
  • Cupeño (Cupa), 
  • Cupik (Cu'pik, Cuit)
  • Dakelh, 
  • Dakota
  • Dakubetede, 
  • Dawson, 
  • Deg Xinag (Deg Hit'an), 
  • Delaware, 
  • Dena'ina (Denaina), 
  • Dene, 
  • Dene Suline (Denesuline), 
  • Dene Tha, 
  • Diegueno, 
  • Dine (Dineh), 
  • Dogrib, 
  • Dohema (Dohma), 
  • Dumna, 
  • Dunne-za (Dane-zaa, Dunneza),
  • Eastern Inland Cree, 
  • Eastern Pomo, 
  • Eel River Athabascan, 
  • Eenou (Eeyou), 
  • Eskimo
  • Esselen, 
  • Etchemin (Etchimin), 
  • Euchee, 
  • Eudeve (Endeve), 
  • Excelen, 
  • Eyak
  • Fernandeno (Fernandeño), 
  • Flathead Salish, 
  • Fox
  • Gabrielino (Gabrieleño), 
  • Gae, 
  • Gaigwu, 
  • Galibi, 
  • Galice, 
  • Garifuna, 
  • Gashowu, 
  • Gitxsan (Gitksan), 
  • Gosiute (Goshute), 
  • Gros Ventre, 
  • Guarani, 
  • Guarijio (Guarijío),
  • Gulf, 
  • Gwich'in (Gwichin, Gwitchin),
  • Haida, 
  • Haisla, 
  • Halkomelem (Halqomeylem), 
  • Hän (Han Hwech'in), 
  • Hanis, 
  • Hare, 
  • Hatteras, 
  • Haudenosaunee, 
  • Havasupai, 
  • Hawaiian
  • Heiltsuk, 
  • Heve, 
  • Hiaki,
  • Hichiti (Hitchiti), 
  • Hidatsa, 
  • Hocak (Ho-Chunk, Hochunk), 
  • Holikachuk, 
  • Homalco, 
  • Hoopa, 
  • Hopi, 
  • Hopland Pomo, 
  • Hualapai, 
  • Huelel, 
  • Huichol, 
  • Huichun, 
  • Hupa,
  • Huron
  • Illini (Illiniwek, Illinois), 
  • Inca
  • Ineseño (Inezeño), 
  • Ingalik (Ingalit), 
  • Innoko, 
  • Innu, 
  • Inuktitut (Inupiat, Inupiaq, Inupiatun), 
  • Iowa-Oto (Ioway), 
  • Iroquois Confederacy, 
  • Ishak, 
  • Isleño, 
  • Isleta, 
  • Itza Maya (Itzah), 
  • Iviatim, 
  • Iynu
  • James Bay Cree, 
  • Jemez, 
  • Juaneno (Juaneño), 
  • Juichun
  • Kabinapek, 
  • Kainai (Kainaiwa), 
  • Kalapuya (Kalapuyan, Kalapooya), 
  • Kalina (Kaliña), 
  • Kanenavish, 
  • Kanien'kehaka (Kanienkehaka), 
  • Kalispel, 
  • Kansa (Kanza, Kanze), 
  • Karankawa, 
  • Karkin, 
  • Karok (Karuk), 
  • Kashaya, 
  • Kaska, 
  • Kaskaskia, 
  • Kathlamet, 
  • Kato, 
  • Kaw, 
  • Kenaitze (Kenai), 
  • Keres (Keresan), 
  • Kichai, 
  • Kickapoo (Kikapu), 
  • Kiliwa (Kiliwi), 
  • Kiowa, 
  • Kiowa Apache, 
  • Kitanemuk, 
  • Kitsai, 
  • Klahoose, 
  • Klallam, 
  • Klamath-Modoc, 
  • Klatskanie (Klatskanai), 
  • Klatsop, 
  • Klickitat,
  • Koasati, 
  • Kolchan, 
  • Konkow (Konkau), 
  • Konomihu, 
  • Kootenai (Ktunaxa, Kutenai), 
  • Koso, 
  • Koyukon, 
  • Kuitsh, 
  • Kulanapo (Kulanapan, Kulanapa), 
  • Kumeyaay (Kumiai), 
  • Kuna, 
  • Kupa, 
  • Kusan, 
  • Kuskokwim, 
  • Kutchin (Kootchin), 
  • Kwaiailk, 
  • Kwakiutl (Kwakwala), 
  • Kwalhioqua, 
  • Kwantlen, 
  • Kwapa (Kwapaw), 
  • Kwinault (Kwinayl)
  • Laguna, 
  • Lakhota (Lakota), 
  • Lakmiak (Lakmayut), 
  • Lassik, 
  • Laurentian (Lawrencian), 
  • Lecesem, 
  • Lenape (Lenni Lenape), 
  • Lillooet, 
  • Lipan Apache, 
  • Listiguj (Listuguj), 
  • Lnuk (L'nuk, L'nu'k, Lnu), 
  • Lokono, 
  • Loucheux (Loucheaux), 
  • Loup, 
  • Lower Chehalis, 
  • Lower Coquille, 
  • Lower Cowlitz, 
  • Lower Tanana, 
  • Lower Umpqua, 
  • Luckiamute (Lukiamute), 
  • Luiseño, 
  • Lumbee, 
  • Lummi, 
  • Lushootseed, 
  • Lutuamian
  • Macushi (Macusi), 
  • Mahican, 
  • Maidu, 
  • Maina (Mayna), 
  • Makah, 
  • Makushi, 
  • Maliseet (Maliceet, Malisit, Malisset), 
  • Mandan, 
  • Mapuche (Mapudungun, Mapudugan), 
  • Maricopa, 
  • Massachusett (Massachusetts), 
  • Massasoit (Massassoit, Mashpee), 
  • Mattabesic Mattole, 
  • Maumee, 
  • Matlatzinca, 
  • Mayan, 
  • Mayo,
  • Mengwe, 
  • Menominee (Menomini), 
  • Mescalero-Chiricahua, 
  • Meskwaki (Mesquakie), 
  • Metis Creole, 
  • Miami-Illinois, 
  • Miccosukee, 
  • Michif, 
  • Micmac (Mi'gmaq),
  • Migueleño, 
  • Mikasuki, 
  • Mi'kmaq (Mikmawisimk), 
  • Mingo, 
  • Minqua, 
  • Minsi, 
  • Minto, 
  • Miskito (Mosquito), 
  • Missouria, 
  • Miwok (Miwuk), 
  • Mixe, 
  • Mixtec (Mixteco, Mixteca), 
  • Mobilian Trade Jargon, 
  • Modoc, 
  • Mohave, 
  • Mohawk
  • Mohegan, 
  • Mohican
  • Mojave
  • Molale (Molalla, Molala), 
  • Monache (Mono), 
  • Montagnais,
  • Montauk, 
  • Moosehide, 
  • Multnomah, 
  • Munsee (Munsie, Muncey, Muncie), 
  • Muskogee (Muscogee, Mvskoke), 
  • Musqueam, 
  • Mutsun
  • Nabesna, 
  • Nadot'en (Natoot'en, Natut'en), 
  • Nahane (Nahani, Nahanne), 
  • Nahuat, 
  • Nahuatl, 
  • Nakoda (Nakota), 
  • Nambe, 
  • Nanticoke, 
  • Nantucket, 
  • Narragansett,
  • Naskapi, 
  • Nass-Gitxsan, 
  • Natchez, 
  • Natick, 
  • Naugutuck, 
  • Navajo (Navaho), 
  • Nawat, 
  • Nayhiyuwayin, 
  • Nde, 
  • Nee-me-poo, 
  • Nehiyaw (Nehiyawok), 
  • Netela, 
  • New Blackfoot, 
  • Newe, 
  • Nez Perce, 
  • Niantic, 
  • Nicola, 
  • Niitsipussin (Niitsitapi), 
  • Nimiipuu (Nimi'ipu), 
  • Nipmuc, 
  • Nisenan (Nishinam), 
  • Nisga'a (Nisgaa, Nishga),
  • Nlaka'pamux (Nlakapamux), 
  • Nomlaki, 
  • Nooksack (Nooksak), 
  • Nootka (Nutka), 
  • Nootsak, 
  • Northeastern Pomo, 
  • Northern Carrier, 
  • Northern Cheyenne,
  • Nottoway, 
  • Nuu-chaa-nulth (Nuuchahnulth), 
  • Nuxalk
  • Obispeño, 
  • Ocuilteco, 
  • Odawa, 
  • Ofo, 
  • Ogahpah (Ogaxpa), 
  • Ohlone, 
  • Ojibwa (Ojibway, Ojibwe, Ojibwemowin), 
  • Oji-Cree, 
  • Okanagan (Okanogan), 
  • Okwanuchu,
  • Old Blackfoot, 
  • Omaha-Ponca, 
  • Oneida, 
  • Onondaga, 
  • O'ob No'ok (O:b No'ok), 
  • O'odham (Oodham), 
  • Opata, 
  • Osage, 
  • Otchipwe, 
  • Otoe, 
  • Ottawa
  • Pai, 
  • Paipai, 
  • Paiute, 
  • Palaihnihan (Palaihnih, Palahinihan), 
  • Palewyami, 
  • Palouse, 
  • Pamlico, 
  • Panamint, 
  • Papago-Pima, 
  • Pascua Yaqui, 
  • Passamaquoddy, 
  • Patuxet,
  • Patwin, 
  • Paugussett (Paugusset), 
  • Pawnee, 
  • Peigan, 
  • Pend D'Oreille, 
  • Penobscot (Pentagoet), 
  • Pentlatch (Pentlach), 
  • Peoria, 
  • Pequot, 
  • Picuris, 
  • Piegan (Piikani),
  • Pima, 
  • Pima Bajo, 
  • Pipil, 
  • Pit River, 
  • Plains Indian Sign Language, 
  • Pojoaque, 
  • Pomo (Pomoan), 
  • Ponca, 
  • Poospatuck (Poosepatuk, 
  • Poospatuk, 
  • Poosepatuck),
  • Popoluca (Popoloca), 
  • Potawatomi (Pottawatomie, Potawatomie), 
  • Powhatan, 
  • Pueblo, 
  • Puget Sound Salish, 
  • Purisimeño, 
  • Putún
  • Quapaw (Quapa), 
  • Quechan, 
  • Quechua, 
  • Quilcene, 
  • Quileute, 
  • Quinault, 
  • Quinnipiac (Quinnipiack), 
  • Quiripi
  • Raramuri, 
  • Red Indians, 
  • Restigouche, 
  • Rumsen, 
  • Runasimi
  • Saanich, 
  • Sac, 
  • Sahaptin, 
  • Salhulhtxw, 
  • Salinan, 
  • Salish, 
  • Samish, 
  • Sandia, 
  • Sanish (Sahnish), 
  • San Felipe, 
  • San Ildefonso, 
  • San Juan, 
  • Sanpoil, 
  • Santa Ana, 
  • Santa Clara,
  • Santiam, 
  • Santo Domingo, 
  • Saponi, 
  • Sarcee (Sarsi), 
  • Sastean (Sasta), 
  • Satsop, 
  • Savannah, 
  • Sauk, 
  • Saulteaux, 
  • Schaghticoke (Scaticook), 
  • Sechelt, 
  • Secwepemc (Secwepmectsin), 
  • Sekani, 
  • Selkirk, 
  • Seminoles, 
  • Seneca, 
  • Seri, 
  • Serrano, 
  • Seshelt, 
  • Severn Ojibwe, 
  • Shanel, 
  • Shasta (Shastan), 
  • Shawnee (Shawano),
  • Shinnecock,
  • Shoshone (Shoshoni), 
  • Shuar, 
  • Shuswap, 
  • Siksika (Siksikawa), 
  • Siletz, 
  • Similkameen, 
  • Sinkiuse (Sincayuse), 
  • Sinkyone, 
  • Sioux
  • Siuslaw, 
  • Skagit, 
  • Skicin, 
  • S'Klallam,
  • Skokomish, 
  • Skraeling, 
  • Skwamish, 
  • Slavey (Slave, Slavi), 
  • Sliammon (Sliamon), 
  • Sm'algyax, Snichim, 
  • Snohomish, 
  • Songish, Sooke, 
  • Souriquois (Sourquois),
  • Southeastern Pomo, 
  • Southern Paiute, 
  • Spokane (Spokan), 
  • Squamish, 
  • Sqwxwu7mesh, 
  • Stadaconan, 
  • St'at'imcets (St'at'imc), 
  • Stockbridge, 
  • Sto:lo, 
  • Stoney, 
  • Straits Salish, 
  • Sugpiaq, 
  • Suquamish, 
  • Susquehannock, 
  • Suwal, 
  • Swampy Cree, 
  • Swinomish
  • Tabasco 
  • Chontal, 
  • Tachi (Tache), 
  • Taensa, 
  • Tahltan, 
  • Tagish, 
  • Tahcully, 
  • Taino, 
  • Takelma (Takilma), 
  • Takla, 
  • Taltushtuntude, 
  • Tamyen, 
  • Tanacross, 
  • Tanaina, 
  • Tanana,
  • Tano, 
  • Taos, 
  • Tarahumara, 
  • Tataviam, 
  • Tauira (Tawira), 
  • Teguime, 
  • Tehachapi, 
  • Ten'a, 
  • Tenino, 
  • Tepehuano (Tepecano), 
  • Tequistlateco (Tequistlatec), 
  • Tesuque,
  • Tetes-de-Boules, 
  • Tewa, 
  • Thompson, 
  • Tigua, 
  • Tillamook, 
  • Timbisha (Timbasha), 
  • Timucua, 
  • Tinde,
  • Tinneh, 
  • Tiwa, 
  • Tjekan , 
  • Tlahuica (Tlahura), 
  • Tlatskanie (Tlatskanai), 
  • Tlatsop, 
  • Tlicho Dinne, 
  • Tlingit, 
  • Tohono O'odham, 
  • Tolowa, 
  • Tongva, 
  • Tonkawa, 
  • Towa, 
  • Tsalagi (Tsa-la-gi), 
  • Tsattine, 
  • Tsekani (Tsek'ehne),
  • Tsetsehestahese, 
  • Tsetsaut, 
  • Tsilhqot'in (Tzilkotin), 
  • Tsimshian (Tsimpshian), 
  • Tsitsistas, 
  • Tsooke, Tsoyaha, 
  • Tsuu T'ina (Tsuutina), 
  • Tualatin, 
  • Tubar (Tubare),
  • Tubatulabal, 
  • Takudh, 
  • Tulalip, 
  • Tumpisa (Tümbisha, Tumbisha), 
  • Tunica, 
  • Tupi, 
  • Tuscarora, 
  • Tutchone, 
  • Tutelo, 
  • Tututni, 
  • Tuwa'duqutsid, 
  • Twana, 
  • Twatwa (Twightwee)
  • Uchi (Uche, Uchee), 
  • Ukiah (Ukian, Uki, Ukia), 
  • Ukomnom, 
  • Umatilla, 
  • Unami, 
  • Unangan (Unangax), 
  • Unkechaug (Unquachog) Upper Chehalis, 
  • Upper Chinook,
  • Upper Cowlitz, 
  • Upper Tanana, 
  • Upper Umpqua, 
  • Ute
  • Ventureño, 
  • Virginian Algonkin
  • Wailaki (Wailakki), 
  • Wailatpu (Waylatpu), 
  • Walapai, 
  • Walla Walla, 
  • Wampano, 
  • Wampanoag, 
  • Wanapam, 
  • Wanki (Wangki), 
  • Wappinger, 
  • Wappo, 
  • Warijio (Warihio, Warijío), 
  • Warm Springs, 
  • Wasco-Wishram, 
  • Washo (Washoe), 
  • Wazhazhe, 
  • Wea, 
  • Wenatchi (Wenatchee), 
  • Wendat, 
  • Weott, 
  • Western Pomo, 
  • Whilkut,
  • White Clay People, 
  • Wichita (Witchita), 
  • Wikchamni, 
  • Willapa (Willopah), 
  • Winnebago, 
  • Wintu (Wintun), 
  • Wishram, 
  • Witsuwit'en (Witsuwiten), 
  • Wiyot (Wi'yot, Wishosk), 
  • Wolastoqewi (Wolastoqiyik), 
  • Wyandot (Wyandotte)
  • Yakama (Yakima),
  • Yanesha,
  • Yaquina (Yakonan, Yakon),
  • Yavapai,
  • Yawelmani,
  • Yaqui,
  • Yinka Dene,
  • Yneseño (Ynezeño),
  • Yocot'an,
  • Yokaia (Yakaya),
  • Yokuts (Yokut, Yokutsan),
  • Yoncalla (Yonkalla),
  • Yowlumni,
  • Ysleño,
  • Ysleta del Sur,
  • Yucatec Maya (Yucateco, Yucatan),
  • Yuchi (Yuchee) Yuki (Yukian),
  • Yuma,
  • Yupik (Yu'pik, Yuit),
  • Yurok (Yu'rok)
  • Zapotec,
  • Zia,
  • Zimshian,
  • Zoque,
  • Zuni


Brazil


Colombia
  • Bora (terdapat juga di Brazil dan Peru)
  • Nukak 


Ecuador


Mexico


Peru


Venezuela


Gallery



source:
-  native languages 
-  indonesia wikipedia

picture:
-  american problems

Suku Kulit Merah

suku Indian Kulit Merah
Suku Indian Kulit Merah, adalah suatu suku yang belum pernah dikenal, yang hidup tersembunyi dan mengasingkan diri dari kelompok masyarakat lain di luar komunitas mereka. Mereka hidup di pedalaman Brazilia yang dirilis oleh blog foto-foto pada 31 Januari oleh Survival International, sebuah kelompok suku-advokasi.

Suku Indian Kulit Merah ini adalah suku yang sebelumnya tidak dikenal dan tak tersentuh yang tinggal di hutan Brasil. Mereka bahkan tidak punya sebutan nama bagi identitas suku mereka sendiri.

Suku ini ditemukan, dan pemukiman mereka terlihat tidak jauh dari perbatasan Peru. Pada awalnya mereka disangka sebagai Indian Panoan, sebuah suku asli di daerah tersebut. Mereka belum mengenal pakaian, dalam keseharian mereka, laki-laki dan perempuan bertelanjang tanpa penutup tubuh.

seorang Indian Kulit Merah di tengah kebun Pisang
Ketika pesawat helikopter terbang melintas di atas pemukiman mereka, secara spontan mereka menengadah ke atas dan bersiap-siap memegang senjata. Sepertinya mereka curiga terhadap setiap kedatangan orang asing.

Seperti yang terlihat pada gambar, kondisi fisik mereka terlihat dalam keaadaan yang sehat. Mereka memiliki senjata untuk berburu berupa tombak dan sejenis sumpit dengan panah kecil yang beracun. Selain itu mereka juga ternyata memiliki kebun yang ditanami dengan tanaman pisang.

sumber foto:

  • unik-qu.blogspot.com/2011/09/suku-kulit-merah-di-pedalaman-brazilia.html

Suku Awa-Guaja

sedang berburu
Suku Indian Awa-Guaja, adalah penghuni hutan Maranhao (Brasil). Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Awa, sebuah istilah yang berarti manusia, atau orang. Suku Awa-Guaja adalah salah satu kelompok penduduk asli terakhir di Brasil yang hidup secara nomaden. Suku Awa-Guaja hidup pada perbukitan terpencil, timur laut Brasil. Meskipun mereka belajar untuk menanam jagung dan ubi kayu, tetapi dasarnya mereka adalah pemburu, nelayan dan pengumpul buah hutan. Di mana laki-laki berburu menggunakan busur dan panah, dan perempuannya memanen pisang dan buah berry liar.

sedang berburu
Mereka selalu telanjang, dan sangat dikenal karena murah senyum! Mereka berbicara memakai bahasa tubuh Tupi-Guarani. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, dengan komposisi bervariasi dari 4 sampai 30 manusia. Kelompok Awa-Guaja bekomunikasi dengan dunia luar pertama kali pada tahun 1973. Kemudian, dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah bertemu dan berkomunikasi dengan kelompok lain. Saat ini, 240 Awa-Guaja memiliki hubungan tetap dan teratur dengan masyarakat sipil, tetapi ada kelompok lain yang menolak kontak dengan masyarakat lain dan hidup terisolasi di hutan Gurupi.

Diperkirakan, sekitar 50 sampai 60 orang suku Awa yang tetap terisolasi dari total sekitar 300 orang Awa-Guaja.

sumber:
  • dreamstime.com/stock-images-native-indian-awa-guaja-brazil-image9868434
  • kaskus.co.id

Suku Naua

suku Naua
Suku Naua, adalah suku Indian yang hidup terasing di pedalaman hutan Brazil. Terakhir menyebutkan perempuan terakhir suku Naua menikah pada tahun1906, setelah itu suku ini dianggap telah punah, karena perang penyakit dan perbudakan.

Namun setelah hampir 100 tahun dianggap punah, tepatnya pada tahun 2000, sekitar 250 orang muncul dari hutan Brazil di sebuah kota terpencil Cruzeiro, di mana sepertiganya berumur di bawah 10 tahun, dan mengaku mereka adalah suku Naua. Suku yang dianggap musnah ini dulunya adalah suku yang paling banyak hidup di cekungan Amazon.

Bagaimana mereka ada dan mengapa tidak ada orang tahu tentang mereka? "Mereka telah memiliki banyak kontak dengan orang kulit putih, mungkin melalui industri menyadap karet," kata Antonio Pereira Neta Pegawai National India Foundation (NIF).

sedang berburu
Berkurangnya populasi mereka terjadi ketika penjajah portugis datang, mereka dipaksa sebagai pekerja paksa, kemudian adanya perang dan wabah penyakit membuat suku ini musnah.

Seorang anggota National India Foundation (NIF) berkomentar, "Ini adalah Suku Naua asli dan hak-hak mereka atas tanah harus dikembalikan". Bahwa tanah mereka sekarang merupakan bagian dari Taman Nasional, 2,2 juta hektar hutan di dekat perbatasan Brasil dengan Peru. Menurut hukum Brasil, taman nasional harus tidak berpenghuni, dan pemerintah baru-baru ini mencoba untuk membersihkan penduduk asli dari daerah tersebut.

Ketika Naua diberitahu bahwa mereka harus meninggalkan rumah mereka. Para pemimpin mereka melakukan perjalanan selama 2 hari menggunakan kano ke kota Cruzeiro do Sul untuk meminta sebuah organisasi Katolik Roma membantu untuk mengembalikan hak-hak mereka sebagai masyarakat asli. Mereka beranggapan, mereka tidak perlu menyerahkan tanah mereka, karena mereka adalah tuan rumah dari tanah itu sendiri.

sumber:
  • globalprayerdigest.org/index.php/issue/day/Naua-people-of-Brazil/ 
  • guardian.co.uk/world/2000/aug/19/3
  • kaskus.co.id

Suku Zo'e

suku Zo'e
Suku Zo'e atau Moon People atau Orang Bulan, bermukim di daerah yang belum terjamah di hutan hujan di negara bagian utara Brazil. Mereka hidup antara Sungai Amazon dan negara Suriname

Mereka juga dikenal sebagai Poturu, Poturujara atau Bure. Istilah "Zo'é" berarti "kita," sebagai lawan dari non-India atau musuh. Suku ini sangat khas karena baik pria maupun wanita memiliki tindikan bibir tradisional dengan potongan kayu yang disebut poturu, serta tubuh mereka yang dibalut pewarna merah dari buah urucum, sekitar usia sembilan tahun mereka sudah memakai tindikan itu. Bahasa Zo'é adalah sub-kelompok dari keluarga bahasa Tupi-Guarani.

Ritual pernikahan dari Zo'e adalah kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami. Pernikahan tersebut diatur ketika gadis-gadis sangat muda dan untuk pria yang lebih tua. Dan adalah khas untuk wanita yang lebih tua untuk memiliki minimal satu “Suami Muda”. Mereka poligami dan Poliandri.

Tidak diketahui berapa banyak istri atau suami yang diperbolehkan untuk dimiliki. Banyak wanita berpraktik poliandri, memiliki satu atau lebih suami , atau sebagai "suami muda/suami magang"; yaitu pemuda yang belajar bagaimana menjadi pasangan yang baik, dalam pertukaran untuk berburu untuk menghidupi keluarga.

sedang bergerak di hutan
suku Zo'e
Hubungan mereka fungsional dan harmonis. Sehingga kecemburuan hampir tidak pernah dijumpai. Kelompok dibentuk untuk menjaga masyarakat terhadap kelaparan. Incest tidak menjadi masalah, mereka menghasilkan keturunan yang baik dan sehat.

Sedikit yang diketahui tentang mereka. Mereka semi-nomaden pemburu dan pengumpul. Mangsa favorit mereka adalah monyet, yang berlimpah di wilayah pada musim kemarau. Selama musim hujan, Zo'e bergantung pada umbi-umbian seperti manioc sejenis singkong tapi beracun sehingga mereka harus mengolahnya dulu menjadi tepung untuk menghindari sifatnya yang beracun.

sumber:
  • en.wikipedia.org/wiki/Zo%27%C3%A9_people#cite_note-intro-0/ 
  • people.tribe.net/teakitty/blog/a5565296-9892-4f9a-afd6-4d259e2b9fb6
  • kaskus.co.id

Suku Huaorani

suku Huaorani
Suku Indian Huaorani, adalah salah suku asli Indian yang terdapat di bagian timur Ekuador membentang Hutan el Oriente. Antara Sungai Napo dan Curaray merupakan 600.000 hektar lahan yang merupakan rumah dari suku Huaorani, Suku Huaorani sering dijuluki “Prajurit menakutkan dari hutan hujan Amazon.” Wilayah ini termasuk Yasuni National Park, salah satu tempat makhluk hidup paling beragam di planet ini. Yang sangat menguatirkan bagi suku Huaorani, adalah karena disana juga terdapat pipa-pipa minyak sepanjang ratusan kilometer dan stasiun minyak beberapa perusahaan yang memiliki dampak buruk terhadap ekosistem tropis yang rapuh.

Karena adanya perambahan wilayah oleh pihak luar, sekarang hanya tertinggal kurang dari 2.000 orang Huaorani. Kontak pertama Huaorani terjadi 50 tahun yang lalu. Sebelum waktu itu, para dan pemburu dan perambah (Huaorani) berkeliaran dalam kelompok kecil di atas lahan tiga kali lebih besar dari wilayah yang mereka tempati masa sekarang. Baru-baru ini, pemerintah Ekuador memberikan hak komunal Huaorani atas wilayah mereka saat ini. Namun, pemerintah mempertahankan kepemilikan mineral dan minyak yang terletak didalamnya; sehingga Huaoranis tidak sepenuhnya memiliki tanah mereka, situasi yang sama terjadi dengan orang Indian Matses yang hidup di Peru.

sedang berburu
Orang Huaorani tidak tinggi, tetapi mereka memiliki tubuh yang kuat. Mereka berburu dengan cerbatanas (blowguns) dan tombak sepanjang 2,5 sampai 3 meter, sangat berat, terbuat dari kayu chonta. Selain Peralatan itu perlengkapan berburu mereka termasuk karkas, buah bulat yang keras diisi dengan kapas alami, dan tabung (sumpit) yang berisi panah tipis, panjang, yang dicelup cairan curace. Curace adalah ramuan beracun dibuat dengan merebus campuran anggur dan berbagai tanaman. Ini dapat melumpuhkan, dan bahkan membunuh korban. Mereka adalah pemburu yang handal, makanan Huaorani sebagian besar terdiri dari daging (monyet, babi hutan, penyu, dan tapir) tetapi mereka juga hidup dengan memakan buah dan umbi seperti pisang raja, pisang, singkong, dan buah-buahan hutan. Suku Huaorani percaya bahwa ketika seseorang meninggal, jiwa mereka akan memulai perjalanan menuju surga. Dalam perjalanan, di tengah jalan, sebuah anaconda besar akan menghalangi jalan mereka. Hanya jiwa-jiwa pemberani bisa melompati Ular dan mencapai surga. Siapapun yang gagal, akan kembali ke dunia sebagai rayap, dan menjelma menjadi sebuah kehidupan yang menyedihkan

Jaguar dihormati oleh suku Huaorani dan sering disebut "tigre" Beberapa prajurit tua yang diyakini memiliki kekuatan khusus dan mampu mengubah diri menjadi jaguar disebut Tigre. Artinya ia memiliki kekuatan mengubah dirinya menjadi hewan, dan untuk menjelajah hutan, berkomunikasi dengan hewan.

Huaorani ditakuti dan dikenal karena tombak mereka, yang panjang, dengan kedua ujungnya diruncingkan. Salah satu ujung diukir dengan duri tajam. Setelah tombak memasuki tubuh, tidak ada cara untuk mengeluarkannya kecuali merobek daging dan menyebabkan lebih banyak kerusakan. Mereka ditakuti oleh suku-suku tetangga untuk reputasi kekerasan mereka. Orang Huaorani memang sangat temperamental, dan tak terduga. Mereka memiliki sejarah panjang konflik berdarah; balas dendam dengan kekerasan adalah bagian dari budaya mereka. Sebagian besar konflik diselesaikan dengan menusuk pihak lain, maka keluarga korban akan membalas dendam, sehingga melestarikan lingkaran setan.

Beberapa komunitas Huaorani tinggal dekat dengan kamp-kamp perusahaan minyak dan dunia luar, dan akibatnya mereka mengalami degradasi budaya lebih daripada yang tinggal di daerah yang lebih terpencil. Biasanya tidak jauh dari penyalahgunaan alkohol dan kekerasan, dan hidup penduduk asli di sana telah menjadi lebih materialistik, mencari kemewahan seperti peralatan audio, rumah modern, dan televisi. Namun, masih ada beberapa komunitas yang terletak jauh di hutan, dekat perbatasan dengan Peru, di mana orang berjalan-jalan telanjang, berburu dengan cerbatanas dan tombak, tinggal di rumah-rumah tradisional, tidak minum alkohol (bahkan meremehkan penggunaannya) dan nyaris tidak berbicara Spanyol.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi suku Huaorani adalah perusahaan minyak, las petroleras. Wilayah mereka sangat kaya minyak dengan Ekuador sebagai eksportir minyak terbesar kelima di Amerika Selatan. Permasalahan yang datang seperti deforestasi, polusi, degradasi habitat, dan invasi oleh pemukim, militer, dan pekerja perusahaan minyak. Sementara beberapa Huaorani telah menolak petroleras, yang lain telah menjadi tergantung pada mereka, beberapa karyawan minyak adalah dari suku Huaorani

sumber:
  • amazon-indians.org/page11.html
  • amazon-indians.org
  • kaskus.co.id

Suku Nukak

suku Nukak
Suku Nukak, adalah salah satu suku Indian yang merupakan suku penyendiri atau tertutup, mereka melarikan diri dari hutan mereka, karena terjebak dalam perang saudara berdarah antara gerilyawan dan tentara Kolombia. Suku Nukak ini adalah salah satu suku dari beberapa suku Indian di Amazon yang nomaden. Hidup mereka dalam kelompok keluarga kecil jauh di dalam hutan hujan di Kolombia dan Brasil. Mereka bergerak dari kamp ke kamp setiap beberapa hari tergantung pada ketersediaan hasil buruan dan pengumpulan buah-buahan dan sayuran. Ikan juga merupakan makanan penting. Mereka kontak pertama kali dengan pihak luar di tahun 1988. Lebih dari setengah jumlah mereka telah meninggal, terutama karena flu dan malaria ditularkan oleh orang luar.

Suku Nukak Kolombia membangun rumah darurat dari daun, dan berburu monyet dengan sumpit. Yang anak panah nya telah diberi racuan ramuan anggur

“Kami sedikit sekarang, populasi suku Nukak yang stagnan tergerus oleh banyak masuknya orang asing yang membangun rumah dan perkampungan, dan mereka tidak peduli bahwa suku Nukak diambang kepunahan", kata laki-laki Nukak Chorebe ini.

suku Nukak
Suku Nukak yang tersisa tinggal 400 orang, setengahnya kini terlantar tanpa sarana untuk kembali ke hutan mereka karena pertempuran masih terus mengamuk. Mereka yang tetap di hutan memiliki risiko besar, tewas dalam baku tembak yang terus meningkat.

Tentara menyemprot perkebunan koka, yang ditanam oleh penjajah di tanah Nukak, dengan herbisida dari udara. Selain itu, ada lagi kelompok utama sayap kiri tentara gerilya, FARC, dan sayap kanan paramiliter tentara, AUC, keduanya memiliki sejumlah besar pasukan di wilayah Nukak. Kedua kelompok berusaha untuk menguasai tanaman koka menguntungkan.

Survival and Colombia's National Indian Organization (ONIC) mendesak semua pihak untuk melakukan gencatan senjata dan menarik diri dari wilayah Nukak, dan mengirim tim medis yang sangat dibutuhkan untuk mengobati orang Indian yang menjadi korban.

Direktur ONIC, Stephen Corry mengatakan hari ini, Jika pemerintah tidak bertindak cepat untuk melindungi Nukak dan tanah mereka, maka suku Nukak Akan musnah dari muka bumi.

sumber:
  • survivalinternational.org/news/1610 
  • kaskus.co.id

Suku Mashco-Piro

suku Mashco-Piro
Suku Mashco-Piro, adalah salah satu dari 15 suku Indian di Peru yang hidup tanpa ada kontak rutin dengan pihak luar. Hidup secara terasing, tepatnya, meskipun bukti menunjukkan mereka adalah keturunan orang yang memiliki kontak di masa lalu. Suku Mashco-Piro adalah suku nomaden yang hidupnya tergantung pada berburu dan mengumpulkan makanan mereka dari hutan, mereka juga menanam tanaman dan melakukan praktek pertanian

Pada tahun 1894, sebagian besar Suku Mashco-Piro dibantai oleh tentara pribadi Carlos Fitzcarrald, di daerah sungai Manu bagian atas. Kelompok yang selamat mundur ke kawasan hutan terpencil. Penampakan dari anggota Mashco-Piro meningkat pada abad 21. Menurut antropolog Glenn Shepard, yang telah bertemu dengan Mashco-Piro di tahun 1999, peningkatan penampakan anggota suku bisa disebabkan oleh pembalakan liar di daerah dan pesawat yang terbang rendah terkait dengan eksplorasi minyak dan gas.

“Apa gunanya menciptakan sebuah taman nasional di Manu atau menyediakan tempat untuk kelompok terasing jika anda tidak peduli untuk melindungi mereka? " kata seorang penyelamat Rebecca Spooner. "Tidak ada yang tidak realistis tentang hal ini. Yang dibutuhkan adalah pemerintah Peru memiliki kemauan politik yang cukup untuk mengalokasikan sumber daya yang cukup agar tanah Mashco-Piro terlindungi”.

sekelompok orang Mashco-Piro
Pemerintah Peru mengambil langkah besar tahun lalu dengan membuat hukum yang menjamin masyarakat adat memiliki hak untuk berkonsultasi dalam perjanjian dengan setiap proyek yang mempengaruhi mereka, secara efektif sehingga adalah ilegal bagi pemerintah Peru untuk mengizinkan segala macam aktivitas di darat pada lahan suku 'terasing' tersebut.

Pada bulan September 2007, sekelompok ahli ekologi memfilmkan sekitar 20 anggota suku Mashco-Piro dari atas helikopter yang terbang di atas Alto Purus taman nasional. Kelompok ini telah mendirikan kamp di tepi Sungai Las Piedras dekat perbatasan Peru dan Brazil . Para ilmuwan percaya bahwa suku ini lebih memilih untuk membangun pondok-pondok daun palem di tepi sungai pada musim kemarau untuk memancing. Selama musim hujan, mereka masuk ke hutan hujan yang lebat. Pondok serupa juga terlihat di tahun 1980.

Mereka menembakkan anak panah ke arah wisatawan yang melintas dengan perahu. Dan belum lama ini, panah yang tidak dilengkapi bagian tajam diarahkan kepada penjaga taman nasional yang nampaknya adalah sebuah peringatan.
Peristiwa terkini adalah suku Mashco-Piro menembakkan panah ke arah Nicolas 'Shaco' Flores, warga suku berbeda yang mencoba menjalin kontak resmi dengan Mashco-Piro setelah dua dekade.
Antropologis Glenn Shepardunderlines mengatakan serangkaian serangan itu menunjukkan suku Mashco-Piro masih ketakutan untuk berhubungan dengan dunia luar. Sehingga hanya pada jarak sekitar 120 meter, arkeolog Spanyol Diego Cortijo berhasil mengambil gambar anggota suku itu menggunakan sebuah teleskop.
Cortijo berhasil mengambil sejumlah foto paling rinci dari suku yang hampir tak bisa dihubungi ini.

Pada bulan Oktober 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (Peru) merilis video dari suku Mashco-Piro, yang diambil oleh wisatawan Gabriella Galli, seorang pengunjung Italia, ia juga memiliki foto anggota suku Mashco Piro.

Pada 2012, Survival International merilis beberapa foto baru dari anggota suku. Kelompok arkeolog Diego Cortijo Society Geografis Spanyol mengabadikan foto-foto keluarga suku Mashco-Piro di Manu Taman Nasional.

Sementara di sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai Madre de Dios untuk mencari petroglyphs. Setelah 6 hari ekspedisi Pemandu local Nicolas "Shaco" Flores, ditemukan tewas dengan panah bambu tajam tertancap di dalam hatinya, diyakini ia telah tewas oleh anggota suku Mashco-Piro. Flores telah berusaha untuk menjalin kontak permanen dengan kelompok ini 'Mashco-Piro' selama lebih dari dua puluh lima tahun, dan diyakini telah mengenal mereka lebih baik dari orang lain. Flores telah membuat sebuah taman di tepi sungai di depan rumahnya yang memungkinkan 'Mashco-Piro' untuk menggunakannya. Alasan kematiannya tetap tidak jelas. "Ini adalah insiden tragis, menggarisbawahi bahayanya memaksa kontak pada mereka yang begitu tegas menyatakan keinginan mereka untuk bebas," kata Glenn Shepard, seorang teman lama dari Flores. Dia orang yang murah hati dan berani. '

Kekhawatiran terbesar tentang keberadaan suku 'Mashco-Piro' adalah kurangnya pertahanan imunologi terhadap penyakit yang ditularkan orang luar ', yang berarti bahwa bahkan penularan flu bisa saja membunuh mereka.

sumber:

Suku Yora

perempuan suku Yora
Suku Yora, adalah salah satu suku Indian yang hidup di pedalaman hutan hujan tenggara Peru. Suku Yora terisolasi dan nomaden. Mereka selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Selama musim kemarau, keluarga mereka cenderung hidup dekat dengan sungai, agar mudah menangkap ikan dan telur penyu yang didapat dari pantai yang berpasir. Pada musim hujan mereka mundur lebih jauh ke dalam hutan untuk berburu dan mengumpulkan buah-buahan, buah dan kacang

"Ratusan tahun yang lalu, ketika Spanyol datang, mereka mengambil hak kami sebagai masyarakat adat dan sekarang hari ini perusahaan penebangan besar yang merampas hak adat", kata Sebastian, salah satu anggota suku yang tertinggal.

"Mereka semua meninggal. Paman saya dan sepupu meninggal ketika mereka berjalan bersama di sepanjang jalan, mata mereka mulai sakit, mereka mulai batuk, mereka jatuh sakit dan meninggal di sana di hutan. Ada yang kecil, anak-anak. Mereka meletakkan semua mayat di sebuah lubang besar dan semua orang meratap dan menangis”, kata Shocorua, seorang perempuan suku Yora

gadis suku Yora
Pemerintah Peru mulai mengijinkan perusahaan penebangan untuk menduduki wilayah terasing suku Indian di Amazon. Di lain pihak perwakilan suku wilayah tersebut telah mengajukan banding keberatan, karena kelangsungan hidup mereka terancam. Mereka tahu bahwa jika para penebang masuk, maka akan ada banyak orang asing yang masuk membawa penyakit menular yang fatal bagi suku-suku yang terisolasi.

Suku yang terisolasi adalah suku-suku Indian diantaranya, Yora, Mashco-Piro dan suku Amahuaca, yang tinggal di dekat perbatasan Peru-Brasil. Daerah ini merupakan hutan hujan

Tempat perlindungan mereka diserbu dan diduduki pada tahun 1980 oleh Kontraktor minyak Shell, yang mencari ladang minyak. Jalur eksplorasi minyak yang kemudian berfungsi sebagai gerbang masuknya koloni penyakit, seperti pilek, flu dan penyakit lainnya menyerang suku yang terisolasi dan tidak pernah ditemui. Dalam epidemi berikutnya, antara 50 dan 100 anggota suku Yora meninggal di hutan.

Pada tahun 1996, perusahaan minyak Mobil juga mengeksplorasi daerah ini. Setelah kuatnya kampanye penolakan dari vigils, demonstrasi dan ribuan surat dari pendukung Survival (penyelamat), Mobil mengundurkan diri dua tahun kemudian.

Sebuah kejadian tragis pada 11 Februari terjadi. Pada tanggal tersebut, sekelompok besar suku Yora tiba-tiba muncul di dekat sebuah komunitas Sharanahua dan Indian Amahuaca, jauh dari luar wilayah mereka. Maka bentrokan antar suku pun terjadi, dan banyak anggota suku Yora yang tertembak. Keluarga mereka membawa tubuh yang terluka kembali ke hutan, sehingga tidak diketahui berapa banyak yang meninggal atau luka-luka. Tentu saja ini akibat kegiatan penebangan yang sudah beroperasi di daerah ini yang menyebabkan suku Yora ketakutan dan melarikan diri ke wilayah suku-suku tetangga, yang selama ini selalu mereka hindari

Suku Kugapakori, Suku Naua dan suku Yora kehilangan lebih dari setengah populasi mereka karena konfrontasi kekerasan dan penyakit sederhana seperti flu akibat kontak dengan penebang dan pekerja minyak

* Sangat penting bagi pemerintah Peru untuk bertindak cepat, untuk melindungi suku ini dari invasi lebih lanjut. Sejarah telah memberikan bukti tragis tentang apa yang akan terjadi jika kawasan ini tidak dilindungi.

sumber:
  • corpwatch.org/article.php?id=567 
  • groups.yahoo.com/group/TurtleIslandNativeNetwork/message/577
  • kaskus.co.id

Suku Korubo

suku Indian Korubo
Suku Indian Korubo, adalah suku terpencil yang berada di pedalaman hutan Amazon. Mereka pertama kali melakukan kontak pada tahun 1996. Suku Korubo dikenal secara lokal di Brasil sebagai Caceteiros yang secara harfiah berarti "clubber" dalam bahasa Portugis. Selanjutnya, mereka dikenal sebagai "Head-Bashers" dalam pers populer. Anugerah nama ini, mereka terima karena mereka membawa klub perang yang mereka gunakan untuk bertarung dalam setiap pertempuran. Sayangnya bagi pemerintah Brasil FUNAI (Fundação Nacional Indio), tujuh anggota mereka telah dipukuli sampai mati oleh anggota suku Korubo. Anehnya, FUNAI tidak berusaha untuk menangkap atau menghukum individu yang terlibat, dan mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang hukum Brazil yang melarang pembunuhan seperti ini dan karenanya tidak bisa dituntut. Pembunuh itu kemudian diketahui bernama Maya seorang kepala kelompok Korubo

Suku Korubo menyebut diri mereka “Dslala”. Mereka berbicara dengan bahasa dalam keluarga Pano linguistik yang berkaitan erat dengan dialek Pano Utara yaitu dialek Matis dan Mayoruna-Matses India. Namun, tidak seperti suku-suku lain yang hidup di Lembah Sungai Javari seperti Matis, Mayoruna-Matses, dan Marubos, mereka tidak memiliki tato pada wajah mereka. Namun, mereka mudah dikenali dengan karakteristik potongan rambut mereka, yang erat dipotong di belakang dan lebih panjang di depan. Baik pria maupun wanita mengecat badannya sendiri dengan pewarna merah dari tanaman roucou. Sebuah cabang kelompok dipimpin oleh seorang wanita bernama Maya. Kelompok ini adalah kelompok sempalan memiliki sekitar 23 anggota dari kelompok yang lebih besar diperkirakan memiliki 150 anggota. Ini terjadi karena perselisihan yang terjadi antar kelompok.

Berburu dan bersenjata perang sumpit beracun adalah senjata utama dari kelompok, mereka tidak mudah untuk menggunakan senjata lain selain sumpit beracun itu. Mereka kerja sekitar 4-5 jam setiap harinya. Mereka sering hidup di dalam pondok besar, pondok komunal yang mereka sebut Malocas. Meskipun pada awalnya menjadi pemburu dan pengumpul, mereka juga berlatih hortikultura dan menanam tanaman khas dari Amazon seperti singkong, pisang dan jagung.

suku Korubo
Seperti suku-suku lain di Lembah Sungai Javari , seperti Mayoruna-Matses, mereka tidak mengenal praktek-praktek spiritual atau agama , mereka melakukan praktek pembunuhan bayi yang mengalami cacat ketika lahir seperti bibir sumbing. Sayangnya, bibir sumbing sering terjadi karena hubungan sedarah atau incest yang mereka lakukan. Bahkan anak yang lebih tua kadang-kadang juga dikorbankan. Sebagai contoh, Maya membunuh salah satu anak perempuannya sendiri ketika dia sakit malaria. Dia berkata bahwa dia membunuh anaknuya karena dia takut penyakit itu akan menyebar ke orang lain.

Beberapa anggota Suku Korubo melakukan kontak dengan masyarakat modern meskipun pada beberapa kesempatan mereka melakukan bentrokan dengan masyarakat sekitar. Populasi dari suku utama tidak diketahui tapi diperkirakan dari pengintaian udara sekitar beberapa ratus individu.

sumber:
  • en.wikipedia.org/WIKI/KORUBO 
  • www.amazon-tribes.com/index.html
  • kaskus.co.id

Suku Yanomami

anak kecil suku Yanomami
Suku Yanomami, ditemukan di Amazon antara Venezuela selatan dan utara Brasil.

Sebuah desa biasanya terdiri dari dua atau lebih suku kecil yang tidak ada pertukaran perempuan dalam pernikahan. Mereka memiliki antara 50-400 orang di desa. Bayangkan 400 orang yang tinggal di Shabono (rumah mereka), yang merupakan berbentuk oval dibuat di atas tanah dengan pusat berukuran 100 meter!. Shabono ini dibangun dari bahan yang berasal dari hutan, seperti daun, tanaman merambat dan batang pohon. Karena hujan yang deras maka Shabono yang baru selesai dibangun setelah 1-2 tahun. Pada malam hari anak-anak tidur di luar di tempat tidur gantung yang digantung pada pohon. Sering kali mereka membuat api unggun untuk menjaga diri mereka tetap hangat. Antar komunitas kunjungan sering terjadi. Upacara diadakan untuk menandai peristiwa seperti pemanenan buah sawit persik, dan reahu (pesta pemakaman) yang memperingati kematian seorang individu. Mereka hanya memiliki satu kamar sehingga tidak ada privasi, jadi jika terjadi kebakaran maka setiap orang harus membantu memadamkannya. Setiap keluarga memiliki perapian sendiri di mana makanan disiapkan dan dimasak pada siang hari. Setiap orang harus membantu untuk mendapatkan dan menyiapkan makan malam, jika ada yang tidak melakukannya maka dia tidak akan diizinkan untuk makan apapun. Yanomami sangat percaya pada kesetaraan pada setiap orang. Setiap komunitas adalah independen dari yang lain dan mereka tidak mengakui adanya 'kepala suku'. Keputusan dibuat secara konsensus, sering terjadi keputusan diambil setelah perdebatan panjang

suku Yanomami
Pakaian mereka dan pilihan makanan terbatas pada apa yang dapat mereka temukan di hutan hujan. Mereka mengenakan kulit hewan dan kain. Beberapa wanita tidak memiliki pakaian atas dan beberapa anak tidak memiliki pakaian apapun. Mereka memiliki body piercing di hidung dan telinga seperti kita tapi mereka juga menggunakan cat tubuh atau cairan berwarna.

Burung dan monyet adalah menu utama yang cukup banyak. Mereka sangat peka, mereka dapat melihat warna burung dari kejauhan dan mendengar gerak gerik burung itu. Meskipun mereka pemakan daging, mereka menanam tanaman mereka sendiri seperti ubi jalar. Semuanya dimasak di atas api terbuka. Anak-anak juga banyak membantu pekerjaan mereka. Yang unik Pemburu tidak akan pernah memakan daging yang telah ia bunuh. Sebaliknya ia akan berbagi hasil buruannya untuk teman dan keluarga. Sebagai imbalannya, ia akan diberi daging oleh pemburu lain. Mereka juga mengumpulkan kacang, kerang dan larva serangga. Madu liar adalah makanan yang sangat berharga dan setiap panen Yanomami memiliki 15 jenis panenan yang berbeda.

Di sini mereka mengajari anak mereka bahwa pisau, tombak dan panah bukan untuk mainan, tetapi mereka mengajari anak anaknya praktek memanah dan melempar, ketika mereka dewasa, mereka memiliki kemampuan untuk memanah hewan buruan. Jika mereka gagal, tidak ada yang akan membantu dan dia bisa kelaparan

Semua peralatan mereka terbuat dari kayu, sehingga mereka menggunakan busur dan anak panah dan mereka juga menggunakan tombak. Senjata berguna karena beberapa desa mungkin mencoba untuk menyerang dan menyerang desa-desa lain. Mereka sanggup untuk berperang mempertahankan desa mereka selama berjam jam.

sumber:
  • http://edubuzz.org/laurensblog/yanomami-tribe/ 
  • http://www.survivalinternational.org/tribes/yanomami/wayoflife

Suku Korowai

suku Korowai
Di selatan-timur Papua, ada sebuah suku dengan nama suku Korowai atau suku Kolufu, sedikit hal yang dapat diketahui tentang mereka sebelum tahun 1970-an. Mereka tinggal di bagian selatan dari bagian barat New Guinea dan dikatakan bahwa mereka dahulunya adalah manusia yang memakan daging manusia atau kanibal. Kulit mereka ditandai dengan bekas luka, hidung mereka ditusuk dengan tulang runcing, yaitu tulang burung yang dibengkokkan ke atas dari lubang hidung mereka. Ada sekitar 3000 orang Korowai yang masih tinggal di daerah-daerah, dan sebelum tahun 1970-an mereka tidak menyadari fakta bahwa ada kehidupan selain diri mereka sendiri.

Suku Korowai bertetangga langsung dengan suku Asmat yang hidup di utara Kabiur Dairam. Habitatnya dibatasi oleh dua sungai besar dan gunung-gunung di utara. Daerah hidup mereka adalah daerah berawa sekitar 600 km ². Di daerah yang secara normal sulit untuk hidup, ada hingga 2500 anggota Korowai hidup bersama dalam satu kelompok keluarga kecil. Suku Korowai adalah pemburu dan pengepul. Mereka memakan Sagu yang mereka ambil dari pohon Palm. Mereka memenuhi makanan protein utama mereka dari larva kumbang Capricorn. Hewan-hewan buruan mereka seperti babi hutan, burung kasuari, burung, ular, dan serangga kecil. Makanan nabati juga sangat penting bagi mereka. Terutama daun palem, pakis, sukun dan buah pandanae merah.

Sebagian besar orang Korowai adalah pemburu dan mengumpulkan makanan. Keahlian berburu mereka sangat baik dan memiliki keterampilan memancing. Mereka juga suka berkebun dan sekarang bergeser ke arah budidaya. Suku Korowai memiliki pengaturan tugas berdasarkan gender, seperti penyusunan jenis tertentu makanan Sagu dan ritual upacara keagamaan di mana hanya orang dewasa laki-laki yang terlibat. Beberapa Korowai sejak awal 1990-an telah menghasilkan pendapatan tunai dari hasil bekerja sama dengan perusahaan wisata yang mempromosikan wisata tour ke daerah Korowai. Dalam industri pariwisata, peluang penghasilan mereka terbatas seperti saat kelompok wisata di desa melakukan pesta sagu, membawa koper, dan atraksi/tarian traditional.

Sebagian besar keluarga Korowai tinggal di rumah pohon yang mereka bangun sendiri. Struktur kepemimpinan didasarkan pada kualitas laki-laki yang kuat bukan pada institusi. Perang antar klan sering terjadi terutama karena sihir dan konflik terkait ilmu sihir.

Patriclan adalah sistem di mana kendali garis keturunan ditangan ayah seseorang. Termasuk pewarisan harta benda. Dalam masyarakat Korowai bentuk turun ranjang adalah lumrah.

Suku Korowai telah dilaporkan masih mempraktekkan ritual kanibalisme hingga sekarang. Antropolog menduga kanibalisme tidak lagi dilakukan oleh klan Korowai yang sering berhubungan dengan pihak luar. Laporan terakhir menunjukkan bahwa klan tertentu telah dibujuk untuk mendorong pariwisata dengan mengabadikan mitos bahwa mereka masih merupakan praktek aktif.

Arsitektur panggung yang tinggi merupakan cirri khas dari rumah Korowai, jauh di atas terhindar dari banjir, Ketinggian dan ketebalan dari panggung merupakan kumpulan kayu besi , juga berfungsi untuk melindungi rumah dari serangan pembakaran di mana gubuk yang dibakar akan bisa membuat penghuninya cepat keluar. Bentuknya juga merupakan bentuk pertahanan dari serangan klan lain yang menangkap wanita dan anak-anak yang akan dijadikan budak atau korban kanibalisme.

sumber:

  • http://raafay-awan.blogspot.com/2011/03/krorwai-tribe-people-who-eat-human.html
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Korowai_people

Suku Una

suku Una
Hanya ada satu tempat di Bumi ini di mana manusia masih membuat alat dari batu yang dipoles yaitu di Guinea Baru, pulau terbesar kedua di dunia, letaknya di Utara Australia. Sampai tahun 1960-an, daerah ini sama sekali belum dikenal oleh seluruh umat manusia.
Populasi Suku Una ada Sekitar 3500 orang. Mereka tinggal di 40 desa dan dusun di wilayah Una sepanjang lereng selatan pusat cordillera dari Pegunungan Jayawijaya. Sistem dari lembah di mana Una tinggal terbentang dari utara ke selatan dan terletak sekitar antara '139o50 - 140o20 Bujur timur dan 4o32' - 4o54 'lintang selatan dalam kecamatan Jayawijaya provinsi Papua.

Kapak Una
Suku Una masih memiliki rahasia membuat kapak dari batu basal (adzes). Setiap desa Una memiliki ahli pemotong batu atau ahli pembuat kapak yang memiliki sebidang tambang, yang dilindungi oleh para tetua. Kedudukan Ahli pemotong batu adalah sama dengan kedudukan seorang dukun besar dan sangat dihormati. Mereka sangat dihormati karena merupakan sumber kesejahteraan masyarakat.

Ahli Pemotong batu percaya bahwa bentuk awal dari sebuah kapak ada dalam batu besar atau batu utama. Mereka bekerja dengan penuh konsentrasi untuk mendapatkan gambaran mental dari alat dan membuatnya seperti yang seharusnya. Pelatihan untuk menjadi ahli pemotong batu memakan waktu tiga sampai empat tahun. Seorang pemotong batu mulai memahat pada usia 15, tetapi mereka harus menunggu sampai mereka berumur 35 untuk membuat kapak yang mereka bikin simetris dan sesuai dengan model dasar budaya mereka, tanpa pengawasan seorang master. Kapak adalah alat yang sangat efektif. Mata kapak mempunyai berat berkisar 125-600 gram berat dan dirancang untuk berbagai penggunaan yang berbeda sesuai dengan panjang dan kekuatan mereka. Bentuk pegangan kapak serta corak hasil pahatan batu menunjukkan identitas daerah kapak itu berasal. Setelah sebuah kapak selesai, Kapak itu dianggap sebagai perpanjangan lengan pria itu.

Una Batu
Senjata-senjata ini sangat dihargai tinggi dalam pertukaran atau barter. Mereka secara teratur melakukan barter dengan suku-suku tetangga untuk busur, panah, bulu burung, jaring atau kalung dari taring anjing di mana itu menjadi barang berharga bagi suku

Una Alat
Keahlian Suku Una adalah representasi dari keahlian dan ketrampilan zaman prasejarah yang telah berlalu. Dengan demikian mereka adalah penjaga tradisi keahlian jaman lampau, para penjaga dari memori umat manusia.

sumber:

  • http://jpdutilleux.com/COLLECTIONS/UNA.HTML