masyarakat suku Lio |
Suku Lio di kabupaten Ende, hidup berdampingan dengan suku Ende, yang juga merupakan penghuni wilayah kabupaten Ende. Suku Lio sering juga disebut sebagai suku Ende Lio. Hal ini kadang membuat orang salah mengartikan antara suku Lio dengan suku Ende. Kalau dilihat secara fisik, kedua suku ini tidak ada perbedaan, hanya saja wilayah pemukiman yang berbedalah yang membuat kedua suku ini memiliki identitas yang berbeda. Kedua suku ini, adalah penghuni asli di wilayah kabupaten Ende. Mereka hidup berdampingan, sehingga secara budaya dan adat istiadat yang mereka amalkan, hampir tidak ada perbedaan.
Pada umumnya suku Lio bermukim di daerah pegunungan, lokasinya berada di sekitar wilayah utara kabupaten Ende. Sedangkan suku Ende bermukim di daerah pesisir yakni sekitar bagian selatan kabupaten Ende. Pada dasarnya, bentuk kebudayaan kedua suku ini hampir sama. Yang membedakannya adalah hasil pencampuran kebudayaan atau akulturasi. Budaya suku Lio merupakan perpaduan antara budaya asli daerah Lio dengan ajaran Kristen Katholik yang di bawa oleh bangsa Belanda. Sedangkan budaya suku Ende merupakan perpaduan budaya asli daerah Ende dengan ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari sulawesi yakni Makasar.
Sa'o Nggua |
Sa'o Ria |
Dalam membangun Sa'o Nggua ini harus dilakukan berbagai acara. Sebelum pemotongan kayu yang hendak digunakan sebagai bahan bangunan, terlebih dahulu dilaksanakan seremoni adat khusus. Di salah satu desa Lise Detu dan desa Lowobora, misalnya, seremoni tersebut dikenal dengan istilah rera mea dengan diiringi musik tradisional nggo-lamba (gong-gendang). Dari awal acara adat, sebelum pemotongan kayu hingga proses pengerjaannya, hanya jajaran/ perangkat adat resmi (para tua adat/ mosalaki) yang boleh membangun sa’o nggua, sementara masyarakat adat biasa (faiwalu anakalo) tidak dilibatkan secara langsung dalam proses itu.
Selain rumah adat Sa'o Nggua, terdapat satu lagi rumah tradisional suku Lio, yaitu Sa'o Ria. Rumah tradisional Sa'o Ria ini banyak terdapat di kecamatan Wolowaru.
Rumah adat, bagi masyarakt suku Lio juga melambangkan persekutuan dan persatuan yang menghimpun seluruh masyarakat adat (faiwalu anakalo) dalam setiap ritual adat.
sumber:
sumber foto:
bacaan:
- cintaende: eksistensi pemangku adat lio
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,