Suku-Marga Minangkabau

Istilah suku pada suku Minangkabau agak membingungkan bagi etnis lain di luar suku Minangkabau. Ada yang mengartikannya sebagai suku atau etnis, tapi ada juga yang mengartikan istilah suku pada suku Minang berarti marga seperti pada suku Batak, Ambon, Toraja dan Minahasa. Bagi orang Minangkabau, istilah suku, berarti kira-kira seperti sub-klan atau bisa juga sebagai marga atau nama keluarga. Ada segelintir masyarakat Minangkabau beranggapan apabila memakai nama suku atau marga, akan menghilangkan identitas Minang-nya, karena meniru-niru kebiasaan orang Batak yang memakai marga di belakang namanya. Tetapi tidak sedikit juga orang Minang yang malah bangga memakai nama suku atau marga di belakang nama, karena justru menampilkan identitas asli Minang-nya. Pro-kontra ini terus terjadi, tetapi bagaimanapun juga tergantung pilihan masing-masing, mau pakai marga boleh, tidak pakai marga juga sah-sah saja.
Untuk aturan suku (marga) pada orang minangkabau adalah menganut cara matrilineal, yaitu marga diturunkan berdasarkan marga sang ibu, tidak patrilineal seperti aturan marga pada suku Batak atau suku-suku lain di Indonesia. Satu hal yang masih tetap terjaga pada masyarakat Minangkabau, adalah sesama satu suku (marga) tidak diperkenankan untuk saling kawin mawin (menikah).

Marga pada suku Minangkabau
  • Andomo Koto
  • Balaimansiang
  • Banuampu
  • Banuhampu
  • Bariang 
  • Bejo
  • Bendang
  • Bodi
  • Caniago
  • Dalimo
  • Dalimo
  • Guci
  • Jambak
  • Kalumpang
  • Kampai
  • Koto
  • Kutianyie
  • Kutianyir
  • Lamu
  • Lubuk Batang
  • Malayu
  • Mandahiling
  • Mandailiang
  • Mandaliko
  • Mansiang
  • Pagacancang
  • Pagar Tanjung
  • Panai
  • Panyalai
  • Pataping
  • Payobada
  • Penago
  • Piboda
  • Piliang
  • Pisang
  • Pitopang
  • Pitopang
  • Rajo Dani
  • Salayan
  • Salo
  • Salo
  • Sikumbang
  • Simabua
  • Simabur
  • Sinapa
  • Singkuang
  • Singkuang
  • Sipanjang
  • Sipisang
  • Sumagek
  • Sumagek
  • Sumpadang
  • Sungai Napa
  • Supanjang
  • Tanjung
  • Tigo Lareh
  • Tubu

Marga suku Minang di Negeri Sembilan Malaysia
  • Anak Acheh
  • Anak Melaka
  • Batu Belang
  • Batu Hampar (Tompar)
  • Biduanda (Dondo)
  • Mungkal
  • Paya Kumbuh (Payo Kumboh)
  • Seri Lemak (Solomak)
  • Seri Melenggang (Somolenggang)
  • Tanah Datar, di Negeri Sembilan
  • Tiga Batu, di Negeri Sembilan
  • Tiga Nenek, di Negeri Sembilan



diolah dari berbagai sumber

16 comments:

  1. Boleh nnyak gak...?
    Klau misalnya laki2 minang brmarga Chaniago mnikah dngan prempuan batak bermarga Tarigan, maka anak yang dihasilkan akan bermarga pihak laki2 atau perempuan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Si anak g bisa pake marga dari minang krn ibu non minang. Juga g bisa pake marga dari batak krn bpk non batak.

      Delete
    2. Si anak g bisa pake marga dari minang krn ibu non minang. Juga g bisa pake marga dari batak krn bpk non batak.

      Delete
    3. Jika ayah dari suku minang dan ibu dari suku/ marga batak maka anaknya tidak bisa mewarisi suku atau marga salah satu dari keduanya.
      Namun, hal ini bukan berarti si anak jadi terbuang. Dalam adat minang, jika si anak ingin mengikuti ayahnya sebagai org minang maka ia bisa masuk/ bergabung dg suku lain di minang selain dari suku ayahnya. Cara ini disebut dg istilah "malakok".
      Di batak juga ada solusi seperti itu dg aturan adatnya pula, yg sebaiknya tanyakan langsung dg org batak yg mengerti adatnya.
      Demikianlah yg saya ketahui dan pahami, semoga ada manfaatnya.

      Delete
  2. Maaf kalau setau saya nanti anaknya ngga dapet marga karna suku Minang menurunkan marga dari sang ibu lalu suku batak menurunkan marga dari sang ayah

    ReplyDelete
  3. mengenai komen anonymous di atas, tentang jadi marga apa, kalau perempuan batak Karo marga tarigan kawin dengan laki-laki minang ?
    rumit juga!
    Tapi sebenarnya mereka hidup di lingkungan batak atau lingkungan minang ? kalau hidup di lingkungan minang tentunya ikut ada minang, dan tentunya pasti pakai marga Tarigan, walaupun marga tersebut bukan berasal dari Minang. Kalau mengikuti tradisi batak, mestinya ikut marga sang ayah, tapi rada rumit ya kalau pulang ke kampung si ibu di tanah Karo, ikut marga mana anaknya ? ada beberapa kejadian seperti ini pernah terjadi, biasanya orang Batak yang sangat kuat dengan tradisi marganya, tetap lebih menonjolkan sisi marga bataknya walaupun itu berasal dari ibu. Tapi bagaimanapun juga tergantung kesepakatan mereka sendiri mau pakai marga yang mana.

    ReplyDelete
  4. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS

    ReplyDelete
  5. Jika kita telusuri kultur sosialnya antara Suku Batak dan Suku Minang semula tidak jauh beda, dulunya sama-sama memiliki paham "patrilineal," namun perubahan menjadi paham "matrilineal" itu ketika berkembang pesatnya agama Islam di Sumbar, terutama pada masa zamannya para kiayi (Imam Bonjol - red). Sedangkan marga marga Minangkabau tidak banyak berobah dengan marga marga Batak hanya saja disesuaikan dengan aksen Minangnya.

    Lihat saja semisal;
    1. Sihombing menjadi Sikumbang. (Humbang - Batak - red).
    2. Sinaga menjadi Chaniago.
    3. Pane menjadi Panai.
    4. Tanjung tetap Tanjung.
    5. Silaen menjadi Salayan.
    6. Sibagariang menjadi Bariang.
    7. Tambak menjadi Jambak.
    8. Pulungan menjadi Piliang.
    9. Dll.

    Persamaan bahasa seperti;
    1. Joring menjadi jariang.
    2. Moncak atau Silat menjadi Silek.
    3. Sambut menjadi Sambuik.
    4. Sulim/Suling menjadi Saluang.
    5. Sordam menjadi Surdam.
    6. Biang (anjing - red) menjadi Anjiang.
    7. Mata menjadi Mato.
    8. Dll.

    Ornamen seperti;
    1. Pakaian Hitam-hitam, sama.
    2. Makan Sirih, sama.
    3. Dll.

    Adapun perubahan perubahan cara penyebutannya, hal itu adalah akibat dari perkembangan zaman yang kerap membawa-bawa perubahan itu sendiri, seumpama tentang bahasa yang dibawa oleh para pendatang baru dari negeri asalnya.

    Jadi, suku Batak dan suku Minang itu sangat dekat pertaliannya, seperti halnya Suku Batak yang gemar memelihara anjing, suku Minang juga hampir demikiannya walau ada larangan secara agama.

    Demikian pendapat saya ini untuk diteliti lebih mandalam. Terima kasih !)***

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sepakat dg saudara yg mengatakan bahwa suku minang dan suku batak memiliki pertalian yg dekat. Tapi keduanya tetap berbeda walau hidup berdampingan dan terjadi pembauran dimasa lalunya.
      Tapi, saya tidak sepakat pada sistem kekerabatan berubah menjadi matrilineal ketika islam masuk dimasa Imam Bonjol. Bagaimana mungkin Islam yg lebih condong pafa sistem patrilineal (dilihat dari hukum warisan dan budaya bangsa arab), merubah sistem kekerabatan suatu kaum jadi matrilineal?
      Pertanyaan yg seharusnya muncul, mengapa Islam bisa diterima dan bisa menjadi falsafah hidup orang minang yg matrilineal?
      Atau, mengapa sistem patrilineal tidak bisa dipaksakan pada suku minang?
      Sejarahnya cukup panjang. Para ulama minang dimasa lampau telah melakukan diskusi yg panjang dg tokoh2 pemuka Islam di Mekah. Dgn sistem matrilineal, adat minang bisa menjaga dan memuliakan derajat perempuan. Ini sesuai dg tuntunan Rasulullah yg ingin mengangkat martabat perempuan yg di budaya arab masih di nomor duakan. Akhirnya, pemuka Islam di Mekah bisa menerimanya, bahkan memberi penghargaan kpd ulama minang dg mengangkatnya sebagai imam besar masjidil haram, yg namanya adalah Syekh Katib Al-Minangkabawi. Sebagai bukti kebenaran cerita ini, jika anda pergi ke Mekah, cobalah bertanya pada pemuka agama islam disana tentang suku minang yg matrilineal.
      Sayangnya, diranah minang sendiri terjadi pertentangan antara ajaran islam murni dg ajaran islam yg sedang dlm proses penyatuan dg adat minang yg saat itu masih dipengaruhi hindu dan budha. Termasuk juga sistem matrilinealnya.
      Pertentangan inilah yg memicu lahirnya perang saudara yg kita kenal dg "Perang Padri". Pertumpahan darah yg memakan banyak korban, bahkan pembantaian terhadap keluarga kerajaan.
      Pada masa itulah Belanda masuk ke bumi minang dan berpihak pada kaum adat. Akhirnya kedua golongan ini menyadari telah diadu domba oleh belanda, kemudian mereka bersatu melawan belanda hingga lahirlah pergerakan nasional utk mengusir penjajah.
      Cukup panjang juga ya.... Semoga bermanfaat....

      Delete
  6. kalau dalam suku batak anak tersebut bisa punya marga dari tulang/paman dari pihak ibu, ya yang pasti harus di adatkan dulu baru sah anak tersebut punya marga.

    ReplyDelete
  7. Apa betul y orang padang chaniago masuk sama marga sinaga batak toba...??

    ReplyDelete
    Replies
    1. coba dilihat dalam tarombo batak bang .. diurut jalur yg ke sinaga.. mungkin ada di situ...

      Delete
  8. Mau tanya..
    Kenapa orang minang pengambilan suku/marga dari pihak ibu..tolong dijelaskan..meskipun saya orang minang tapi saya agak buta tentang adat minang..terimakasih

    ReplyDelete
  9. Saya mau bertanya. Apa Piliang itu sama dengan Pili? Saya berasal dari marga Pili dan ketika di cari hanya ada Piliang

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,