Orang Pendau, adalah suatu komunitas masyarakat yang terdapat di kabupaten Donggala dan juga terdapat di kabupaten Tolitoli provinsi Sulawesi Tengah. Populasi orang Pendau diperkirakan sekitar 3.800 orang.
Sebelumnya orang Pendau hidup terisolasi di lereng-lereng pegunungan, namun belakangan mereka banyak berbaur dengan etnis-etnis pendatang yang ikut memenuhi wilayah orang Pendau, terutama sejak dilakukan pembinaan dari Dinas Sosial Sulawesi Tengah seperti di desa Panggalasiang kecamatan Sojol.
Orang Pendau secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Agama Islam tumbuh dengan kuat di kalangan orang Pendau. Hanya sebagian kecil orang Pendau yang memeluk agama Kristen.
Bahasa yang diucapkan oleh orang Pendau adalah bahasa Pendau. Bahasa Pendau merupakan bahasa anak-dialek bahasa Tolitoli. Keberadaannya diambang kepunahan, karena jumlah penuturnya semakin sedikit, akibat pengaruh bahasa lain yang lebih dominan. Orang Pendau sendiri saat ini lebih suka berbicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Palu.
Budayawan Masyhuddin Masyhuda, mengklasifikasikan bahasa pendau sebagai dialek dari bahasa Balaesang yang penuturnya biasa pula disebut orang Pendau, yang secara geografis mendiami wilayah kecamatan Balaesang terutama antara desa Tambu dan desa Siweli. Selain itu terdapat pula pada beberapa tempat di kecamatan Dampelas dan kecamatan Sojol di kabupaten Donggala.
Sedangkan menurut Ts. Atjat, bahasa Pendau digolongkan sebagai bagian dari sub-dialek bahasa Kaili sebagai induknya, dengan kata sangkat Ndau. Bahasa Pendau hampir punah dan jarang digunakan disebabkan terjadinya akulturasi dan derasnya pengaruh kebudayaan dari suku-suku pendatang yang lebih mendominasi komunitas Pendau yang kecil, selain itu orang Pendau juga kurang mendapat pendidikan yang baik.
Orang Pendau pada dasarnya hidup sebagai petani. Mereka membuka ladang dan kebun di lereng-lereng pegunungan. Selain itu mereka juga memanfaatkan hasil hutan seperti mengumpulkan rotan.
sumber:
Sebelumnya orang Pendau hidup terisolasi di lereng-lereng pegunungan, namun belakangan mereka banyak berbaur dengan etnis-etnis pendatang yang ikut memenuhi wilayah orang Pendau, terutama sejak dilakukan pembinaan dari Dinas Sosial Sulawesi Tengah seperti di desa Panggalasiang kecamatan Sojol.
Orang Pendau secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Agama Islam tumbuh dengan kuat di kalangan orang Pendau. Hanya sebagian kecil orang Pendau yang memeluk agama Kristen.
Bahasa yang diucapkan oleh orang Pendau adalah bahasa Pendau. Bahasa Pendau merupakan bahasa anak-dialek bahasa Tolitoli. Keberadaannya diambang kepunahan, karena jumlah penuturnya semakin sedikit, akibat pengaruh bahasa lain yang lebih dominan. Orang Pendau sendiri saat ini lebih suka berbicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Palu.
Budayawan Masyhuddin Masyhuda, mengklasifikasikan bahasa pendau sebagai dialek dari bahasa Balaesang yang penuturnya biasa pula disebut orang Pendau, yang secara geografis mendiami wilayah kecamatan Balaesang terutama antara desa Tambu dan desa Siweli. Selain itu terdapat pula pada beberapa tempat di kecamatan Dampelas dan kecamatan Sojol di kabupaten Donggala.
Sedangkan menurut Ts. Atjat, bahasa Pendau digolongkan sebagai bagian dari sub-dialek bahasa Kaili sebagai induknya, dengan kata sangkat Ndau. Bahasa Pendau hampir punah dan jarang digunakan disebabkan terjadinya akulturasi dan derasnya pengaruh kebudayaan dari suku-suku pendatang yang lebih mendominasi komunitas Pendau yang kecil, selain itu orang Pendau juga kurang mendapat pendidikan yang baik.
Orang Pendau pada dasarnya hidup sebagai petani. Mereka membuka ladang dan kebun di lereng-lereng pegunungan. Selain itu mereka juga memanfaatkan hasil hutan seperti mengumpulkan rotan.
sumber:
- jamrindonggala.blogspot.com/2010/10/bahasa-pendau-terancam-punah.html
- joshuaproject.net
- wikipedia
Posts
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,