Orang Pakawa, Sulawesi

Orang Pakawa (To Pakava), adalah suatu komunitas masyarakat yang berada di lembah Palu kabupaten Donggala provinsi Sulawesi Tengah.

orang Pakawa
Orang Pakawa saat ini sedang dalam ketidaktentuan, karena tanah adat mereka yang mereka tempat sejak zaman nenek moyang mereka, diganggu oleh pemerintah setempat. Tanah wilayah adat mereka hingga hampir semua wilayah perkampungan orang Pakawa oleh pemerintah setempat dimasukkan ke dalam kawasan hutan negara dengan status hutan lindung dan hutan produksi.

Dari hal ini keberadaan orang Pakawa sepertinya tidak diperhitungkan sama sekali. Tindakan pemerintah setempat, dilakukan tanpa penjelasan dan persetujuan orang Pakawa.

Hingga kini, masyarakat Pakawa tidak memahami apa arti patok-patok yang dipasang pemerintah di wilayah adat mereka. Dengan adanya penetapan kawasan tersebut, setiap perkampungan orang Pakawa yang terdapat di dalam kawasan hutan dianggap illegal. Padahal, perkampungan itu sudah dihuni sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang silam.

Rumah-rumah orang Pakawa di desa Bamba Kanini dibakar, mereka dipaksa pindah ke dataran Palolo.
Perpindahan itu memunculkan persoalan baru yang tak kalah peliknya. Di Palolo, mereka bersengketa lagi dengan pihak Balai Taman Nasional Lore Lindu yang tidak ingin wilayahnya dijarah. Peristiwa itu menjadi kenangan pahit dalam hidup orang-orang Pakava. Mereka diusir dari tanahnya sendiri tapi tidak diterima di tempat baru. Nasib mereka terluntalunta karena tidak jelas tempat tinggalnya.

Selain itu, penggusuran dan pengingkaran terhadap hak adat orang Pakawa juga terjadi di Duria Talunggayu, Dasengguni, Bamba Raba, dan sekitarnya. Sejumlah lokasi tersebut diambil secara paksa untuk kepentingan proyek transmigrasi. Sekarang, tempat tersebut telah berganti menjadi Mertajaya dan Mertasari yang masuk dalam wilayah Pasangkayu kabupaten Mamuju Utara provinsi Sulawesi Barat.

Sementara itu, perkampungan mereka di Sampoa, Bamba Raiya, Simarege dan sekitarnya telah digusur untuk dijadikan areal perkebunan Kelapa Sawit milik PT Pasangkayu, anak perusahaan dari Astra Group.
Sekarang, nama-nama tempat (kampung) itu telah berganti menjadi Afdeling Alfa, Delta, Fanta hingga Afdeling Golf.

Melihat kejadian-kejadian yang menimpa orang Pakawa di atas, sangat memilukan. Kiranya pemerintah bisa lebih menghargai dan mengakui hak orang Pakava atas sumber daya alam. Pemerintah harus menghargai bahwa orang Pakawa itu ada, dan bukan siapa-siapa, karena orang Pakawa juga saudara sebangsa.

Masyarakat Pakawa pada dasarnya hidup dengan membuka lahan kebun dengan menanam padi, jagung, ubi jalar, ub kayu dan lain-lain. Selain itu mereka juga menanam kakao yang menjadi tanaman utama mereka. Tapi saat ini lahan-lahan pertanian mereka banyak diambil pemerintah, sehingga masa depan orang Pakawa terombang-ambing akibat ulah pemerintah daerah setempat.

sumber:
  • seprinanders.blogspot.com
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,