Suku Dayak Pompakng

Suku Dayak Pompakng, adalah suku dayak yang bermukim di kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Pompakng ini lebih memilih hidup di perkampungan di sepanjang tepian sungai di sepanjang sungai Kapuas dan sungai Sekayam.

Suku Dayak Pompakng ini hidup di tengah mayoritas suku Melayu, serta dikelilingi oleh suku-suku dayak lainnya, seperti Dayak Hibun, Dayak Pangkodatn, Dayak Panu, Dayak Jangkang, Dayak Benawas dan Dayak Desa.

Asal-usul suku Dayak Pompakng menurut penuturan tetua suku ini berasal dari kampung Borakng dan kampung Kamokng. Kehadiran orang Dayak Pompakng di pantai Kapuas diperkirakan pada abad ke-17.
Pada perjalanan migrasi suku Dayak Pompakng melalui aliran Sungai Kapuas, dan membangun pemukiman di Lintang Lama dan sempat mendirikan rumah panjang yang akhirnya terbakar, yang terkenal dengan sebutan Tomawakng Mosu yang artinya "bekas kampung yang hangus". Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mencari daerah baru dan membuat pemukiman baru, yang diberi nama Lintang Bale’ Angin, dan kampung ini pun berkembang.
Setelah lama menetap di kampung ini, datanglah pasukan Melayu Raja Sulaiman yang beragama Islam, memperluas wilayah kekuasaannya, dan mengawini "Sinot", seorang anak perempuan suku Dayak Pompakng, anak dari seorang tokoh sakti yang bernama Macatn Buri, yang akhirnya namanya diganti menjadi "Putri Nur Sinah".
Akibat dari perkawinan itu maka wilayah kekuasaan Raja Sulaiman meluas hingga perkampungan Lintang Bale' Angin yang merupakan daerah asal Sinot atau Putri Nur Sinah.
Tetapi setelah berada di bawah kekuasaan Melayu Raja Sulaiman, masyarakat Dayak Pompakng di Lintang Bale’ Angin, ingin diislamkan atau dimelayukan oleh Raja Sulaiman. Namun yang terjadi, justru masyarakat dayak Pompakng di Lintang Bale' Angin menentang. Tidak tahan terhadap tekanan Raja Sulaiman, maka masyarakat Dayak Pompakng pindah secara besar-besaran untuk mencari daerah baru.

Di tempat baru mereka mendirikan tempat pemukiman baru di Jawai, Jeranai, dan Sengkuang. Namun usaha Raja Sulaiman untuk mengislamkan mereka akhirnya berhasil juga, sebagian dari mereka dimelayukan (diislamkan) oleh Raja Sulaiman. Sebagian lain tetap kokoh pada pendiriannya, dan memilih untuk pergi menjauh dari wilayah kekuasaan Raja Sulaiman dan menyusuri hilir sungai Kapuas dan menambatkan perahunya di Korosek untuk bergabung dengan orang Dayak Pompakng yang sudah terlebih dahulu mendiami kampung tersebut.
Setelah beberapa lama hidup di wilayah tersebut, jumlah mereka semakin bertambah dan merasa kampung Korosek ini semakin sempit. Akhirnya mereka pindah ke tempat yang mereka idam-idamkan, yaitu di seberang sungai perkampungan mereka. Tetapi tidak lama setelah hidup tenang dan damai di tempat ini, terjadi perselisihan dengan suku Dayak Panu yang menjadi tetangga mereka selama ini, dan peristiwa bekayau pun terjadi (perang dengan memenggal kepala), maka kawasan ini pun menjadi ragu untuk dijadikan kawasan menetap suku Dayak Pompakng. Kawasan ini diberi nama Jo’oh Oti yang sekarang disebut Jonti. Bukti adanya migrasi dari Korosek ini adalah adanya peninggalan di Korosek berupa sebuah tamawakng atau "bekas pemukiman". Tidak semua masyarakat suku Dayak Pompakng yang bertahan di Jonti ini, sekelompok kecil memilih pergi ke daerah lain seperti Senggodakng dan Penyelimau yang terletak di pinggir sungai Kapuas. Sedangkan sekelompok kecil lain kembali ke daerah dekat dengan daerah Lintang Bale’ Angin. Dalam perjalanan sekelompok kecil lain mendirikan tempat pemukiman baru yang dinamai Lintang Sompaoh. Pada kemudian hari, orang Dayak Pompakng yang menghuni kampung Lintang Sompaoh mencari tempat untuk ladang dan penghidupan baru, lalu mendirikan tempat pemukiman baru yang kemudian menjadi Kampung Lintang Kapuas, Pelaman dan Sungai Oba.

(foto gerard)
babi adat dalam acara adat
dibagikan kepada masyarakat
(orangkampokng.blogspot.com)
Bahasa yang diucapkan oleh suku Dayak Pompakng ini disebut sebagai dengan istilah bahasa Kidoh atau bahasa Bokidoh. Bahasa Kidoh ini memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Dayak Ribun (Hibun), bahasa Dayak Kodatn (Pangkodatn), bahasa Dayak Panu, juga dengan bahasa Dayak Simpakng di kabupaten Ketapang dan juga dengan bahasa Dayak Jangkang. Bahkan bahasa Kidoh atau bahasa Dayak Pompakng ini mirip juga dengan dengan bahasa suku Melayu Sanggau (bahasa Sinan atau bahasa bekonay-konay).

Kepala Adat tertinggi Dayak Pompakng disebut Tomongokng Agokng, yang merupakan Tomongokng tertinggi dalam masyarakat adat Pompakng. Dia memiliki kekuasaan secara adat atas seluruh masyarakat adat Pompakng.

Adat perkawinan di dalam masyarakat adat Dayak Pompakng tidak boleh dilakukan antar pasangan yang satu garis keturunan sampai pada generasi ke tiga. Artinya mereka masih merupakan saudara dari satu aya’ (orang tua dari kakek dan nenek) yang sama. Perkawinan dapat dilakukan di antara mereka yang mempunyai darah yang sama satu aya’, hanya mulai pada generasi yang keempat.
Jika adat ini dilanggar, artinya terjadi perkawinan antar pasangan satu garis keturunan pada generasi ke tiga apalagi kedua, akan dikenakan sanksi adat yang berat. Diyakini perkawinan demikian termasuk incest (perkawinan sedarah), akan mendatangkan bencana bagi pasangan tersebut dan keturunannya, misalnya anak yang lahir akan bisu, buta, lumpuh atau sakit-sakitan. Selain itu keluarga mereka akan jadi bahan cemoohan masyarakat adat.

Rumah adat suku Dayak Pompakng, Ompu’ Domuh (rumah panjang) selalu menghadap ke utara atau selatan. Arah demikian erat kaitannya dengan adatistiadat. Sebab menurut kepercayaan jika menghadap ke arah lain, semua rejeki, dan berkat akan hilang.
Bentuk Ompu’ Domuh memang unik, Onyatn (tangga) untuk turun naik hanya dua buah, satu terletak di ujung sebelah barat dan sebuah lagi di ujung sebelah timur.

sumber:

  • word-dialect.blogspot.com
  • orangkampokng.blogspot.com
  • kebudayaan-dayak.org
  • pontianak.tribunnews.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,