Suku Dabang, adalah suatu kelompok masyarakat adat kecil yang terdapat di Alishan, Formosa, Taiwan.
nama lain: Dapang, Tabangu
bahasa: Tsou dialek Dabang
kelompok bahasa: Austronesia
Suku Dabang merupakan sub-kelompok dari suku Tsou Utara (Northern Tsou), bersama dengan suku Tefuye dan Lijia. Ketiga kelompok masyarakat adat ini lah yang disebut sebagai suku Tsou Utara. Secara tradisional orang Dabang, Tefuye dan Lijia, tidaklah berbeda, terutama dalam tradisi, budaya dan bahasa, hanya terdapat perbedaan dalam dialek.
Daerah Dabang, awalnya didirikan oleh suku-suku yang mendiami wilayah ini sekitar 300 tahun yang lalu, dan sekarang menjadi desa terbesar untuk bermukimnya suku Tsou.
Ritual adat yang utama pada masyarakat Dabang, adalah tradisi ritual "Mayasibi" (Mayasvi dalam bahasa Tsou)", yaitu ritual tradisional pengorbanan yang diadakan setiap tahun, yang dilakukan atas dasar rotasi. Mayasvi biasanya terjadi pada pertengahan Februari, tapi waktunya dapat berubah dari tahun ke tahun. Hal ini diadakan baik oleh masyarakat suku Dabang maupun suku Tefuye. Awalnya tradisi ini adalah sebuah upacara untuk menghormati para dewa dan untuk menyambut kembalinya prajurit, serta untuk mengakui prestasi penting seperti pembangunan rumah. Namun, selama pendudukan Jepang atas Taiwan (1895-1945), Jepang berperang dengan suku-suku asli, dan upacara ini berubah menjadi acara yang digelar setahun sekali.
sumber:
artikel lain:
nama lain: Dapang, Tabangu
bahasa: Tsou dialek Dabang
kelompok bahasa: Austronesia
laki-laki suku Dapang (dmtip) |
Daerah Dabang, awalnya didirikan oleh suku-suku yang mendiami wilayah ini sekitar 300 tahun yang lalu, dan sekarang menjadi desa terbesar untuk bermukimnya suku Tsou.
Ritual adat yang utama pada masyarakat Dabang, adalah tradisi ritual "Mayasibi" (Mayasvi dalam bahasa Tsou)", yaitu ritual tradisional pengorbanan yang diadakan setiap tahun, yang dilakukan atas dasar rotasi. Mayasvi biasanya terjadi pada pertengahan Februari, tapi waktunya dapat berubah dari tahun ke tahun. Hal ini diadakan baik oleh masyarakat suku Dabang maupun suku Tefuye. Awalnya tradisi ini adalah sebuah upacara untuk menghormati para dewa dan untuk menyambut kembalinya prajurit, serta untuk mengakui prestasi penting seperti pembangunan rumah. Namun, selama pendudukan Jepang atas Taiwan (1895-1945), Jepang berperang dengan suku-suku asli, dan upacara ini berubah menjadi acara yang digelar setahun sekali.
sumber:
artikel lain:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,