Suku Balawanga, Nusa Tenggara Timur

Suku Balawanga, adalah suatu komunitas adat yang terdapat di Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur.

Asal-usul suku Balawanga, menurut cerita rakyat suku Balawanga, dikatakan bahwa orang Balawanga, Pureklolon dan Matarau berasal dari Seran Goran di wilayah Maluku. Ketiga klan ini sering juga disebut sebagai Klemata atau juga sebagai suku Kaka Arin.
Dalam cerita rakyat, diceritrakan bahwa ketiga suku ini, berasal dari satu nenek moyang, yaitu dari pasangan Lappi dan Somi. Dari pasangan ini lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Lomma. Setelah anak mereka ini menjadi dewasa, Lappi dan keluarganya, tidak betah tinggal di Seran Goran. Maka Lappi dan keluarganya diikuti sekelompok orang lain, mengembara mencari tempat yang lebih baik untuk masa depan keluarga mereka, menaiki perahu kecil. Dalam perjalanannya, mereka mendarat di sebuah tempat yang bernama Selimuna Batan Lepan yang terletak di Kedang pulau Lembata. Sedangkan sekelompok yang lain berlayar terus dan mendaratkan perahunya di daerah Adonara. Lappi sekeluarga menetap di Kedang dan berbaur dengan penduduk lain yang telah terlebih dahulu mendiami daerah Kedang itu.

Anak mereka, Lomma menikah dengan perempuan penduduk asli daerah Kedang, yang bernama Kidi Kedang. Mereka menurunkan 2 orang putera yang bernama Ola Baga dan Pati. Pati tumbuh besar dan menamakan keluarga beserta keturunan-keturunannya sebagai Matarau. Sedangkan Ola Baga menikah dengan Kewa dan menamai keluarganya dengan nama Pureklolon. Ola Baga dikarunia 2 orang anak yang bernama Tede dan Bala. Dari keturunan Tede sebagai anak sulung, berhak memakai nama keluarga dari Orang Tua mereka. Sedangkan Bala harus mencari nama lain untuk nama keluarganya sendiri. Lalu setelah menikah, Bala memberi nama Wanga bagi keturunan-keturunannya. Sehingga keturunan-keturunan Bala kemudian dikenal dengan sebutan Balawanga.

Dari cerita di atas, maka terlihat asal-usul ke 3 suku bersaudara ini, yaitu:
  • suku Pureklolon, sebagai yang tertua dari keturunan Ola Baga, 
  • suku Matarau dari keturunan Pati, 
  • suku Balawanga dari keturunan Bala.

Ketiga suku inilah yang sering disebut sebagai suku Kaka Arin (suku kakak adik) atau Klemata (bersaudara).

Dalam perjalanan mereka sebelum tiba di Lembata, mereka sempat singgah di tempat yang bernama Beru Watan Tukan Parek Wai Lolon di sekitar Bajak pulau Lembata.

Di Beru Watan Tukan Parek Wai Lolon, mereka hanya sebentar menetap, karena terjadi perselisihan dan pertengkaran antara Ola Baga dan Pati. Pertengkaran yang menegangkan karena Geni Kebare, di antara mereka berdua tidak ada yang menyerah. Masing-masing menyatakan atau menunjukan dirinya yang palin hebat, yang paling kuat. Perselisihan di antara kedua bersaudara ini tidak bisa damai, sehingga akhirnya Ola Baga dan Pati berpisah. Pati dengan keturunannya berlayar menuju Lewolera. Sedangkan Ola Baga dengan keturunanya berlayar menuju Lewohala. Keturunan Ola Baga berlabuh di sebuah tempat yang bernama Watu Puken, Mamuelan dan Okan Paga Wewa Matan. Menurut mitos, perahu yang mereka pakai, kini telah berubah menjadi batu besar yang disebut dengan nama Jong Toda Nara, yang berarti Jong = perahu, Toda Nara = membawa semua penumpang. Dan nama desa Jontona berasal dari singkatan kalimat Jong, Toda Nara, yang mengandung arti "perahu yang membawa banyak penumpang".

Istilah Balawanga yang dipakai oleh suku Balawanga, adalah berasal dari dua kata, yaitu Bala dan Wanga. Bala adalah nama nenek moyang lapis ke 4 dan ke 6. Sedangkan Wanga adalah nama nenek moyang lapis ke 7 dan ke 9.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,