Suku To Weula, Sulawesi

Suku Weula (To Weula), adalah salah satu suku yang pertama menghuni daerah Nuha di Luwu Timur provinsi Sulawesi Selatan.

Wilayah Distrik Nuha dulu di bawah pemerintahan Kerajaan Matano yang merupakan bagian dari Kedatuan Luwu (Kerajaan Luwu), terletak di atas dataran tinggi 362 m2 dari permukaan laut, di dalamnya terdapat 3 danau, yaitu danau Matano, danau Mahalona dan danau Towuti. Kondisi alamnya berbukit-bukit dan berhutan rimba, juga mempunyai padang rumput dan rawa-rawa di sekitar pinggir danau Mahalona dan Towuti.

Suku To Weula adalah suku yang banyak menguasai wilayah distrik Nuha, bagian timur terutama daerah yang memiliki peleburan batu besi seperti La Mangka (Otuno) di sana kampung Helai. Juga orang yang berasal dari daerah Kendari, Asera, Sanggona datang melebur batu besi di daerah Otuno bersama orang Weula dan juga orang-orang dari Mori datang juga di daerah iOtuno, mereka saling berjual beli besi (barter) barang dengan bongkahan besi yang sudah dilebur dari batu dan siap ditempa menjadi parang, alat perang dan perlengkapan lainnya.

Menurut cerita suku Weula sempat bercampur dengan suku Routa yang juga menghuni daerah ini. Tapi karena orang Routa memiliki perangai yang keras, kasar dan suku berperang, orang-orang yang datang menangkap ikan di telaga (danau-danau) dibunuh dan ditebas dengan pedang. Hal ini diketahui oleh sang penguasa wilayah ini, yaitu Mokole Matano, sehingga orang Routa diusir dengan paksa, dan pindah ke sekitar danau Towuti. 
Sepeninggal orang-orang Routa, daerah ini menjadi sunyi karena hanya dihuni oleh kelompok kecil orang Weula yang mendiami kampung Helai dekat Otuno atau dekat penambangan batu besi.

Selanjutnya kemudian datanglah suku-suku lain yang memasuki daerah ini, yaitu suku To Karonsi’e, To Kondre, To Taipa, To Tambe'e dan To Padoe. Rupanya kehadiran penduduk baru ini membuat terusik suku Weula yang juga berwatak keras dan tidak mau membagi wilayah tersebut. Akhirnya sang penguasa wilayah ini Mokole Matano membagi tanah tersebut dan menentukan batas-batasnya agar mereka tidak saling mengganggu satu sama lain. 
Dalam pembagian tanah-tanah tersebut, suku Weula tetap menjadi pemilik tanah yang paling banyak dan paling luas dibanding suku-suku baru tersebut tadi.

Saat ini masyarakat suku Weula atau To Weula sebagian besar hidup sebagai petani. Mereka memiliki kebun dan menanam berbagai jenis tanaman, seperti jagung, ubi-ubian, sayur-sayuran dan buah-buahan.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,