Suku Moro, Maluku

Suku Moro, adalah suatu suku yang konon menurut mitos pernah hidup di pulau Morotai, salah satu pulau di kepulauan Halmahera Utara provinsi Maluku Utara Indonesia.

Masyarakat kepulauan Halmahera meyakini bahwa suku Moro pernah berdiam di pulau Morotai, salah satu pulau di kepulauan Halmahera Utara. Pada masa lalu terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Jailolo yang diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Namun ketika masuknya Portugis pada 15, Kerajaan Jailolo yang rakyatnya adalah suku Moro, terdesak ke dalam hutan Morotai. Setelah itu suku Moro ini seperti raib di dalam hutan. Ada sebuah anggapan bahwa suku Moro pindah ke pulau lain, yang diperkirakan ke Filipina. Tapi kisah masyarakat Halmahera tentang suku Moro tetap menjadi cerita hangat di kalangan masyarakat Halmahera hingga saat ini.

Beberapa tua-tua adat (pemuka adat atau orang yang dituakan di Morotai), mengatakan bahwa suku Moro adalah penduduk asli pulau morotai. Tidak diketahui apakah suku Moro di Morotai ada hubungan dengan suku Moro di Filipina. Belum pernah ada penelitian tentang hal ini.

Masyarakat Halmahera hingga saat ini meyakini perkampungan suku Moro masih ada, banyak pantangan untuk tidak sembarang menebang pohon atau membunuh binatang karena diyakini pohon atau binatang itu adalah jelmaan dari suku Moro. Ada sebuah cerita, tentang penduduk setempat yang pernah berjumpa dengan suku Moro, suatu ketika penduduk setempat ini hendak ke ladang, ia bertemu dengan sepasang ular belang, karena takut digigit ular tersebut, maka ia pun membunuh kedua ekor ular tersebut, tak berapa lama ia mengalami suatu hal yang aneh, ia pingsan, dan ketika sadar ia telah berada di salah satu rumah yang ternyata rumah itu adalah rumah kepala kampung, ternyata kedua ekor ular yang ia bunuh tersebut adalah jelmaan dari warga suku Moro, setelah meminta maaf atas ketidaktahuannya. Setelah itu sang kepala desa suku Moro membolehkannya kembali ke dunia nyata, dengan syarat membawa satu rangkai buah pinang berwarna kuning (yang telah masak) dan satu rangkai buah pinang berwarna hijau (masih muda/ belum masak). Tapi ia menolaknya dengan alasan di kampungnya juga banyak terdapat buah pinang, demi menghormati sang kepala desa ia mangambil sebiji buah pinang berwarna hijau, tak lama sang kepala desa membawanya ke sebuah telaga, diperintahkannya untuk membasuh muka, setelah membasuh muka, ia pun telah berada di tempat semula, dimana ia membunuh ke dua ekor ular tadi. Setelah itu pulanglah ia ke rumahnya, betapa kagetnya ketika ia temukan keluarganya sedang memperingati 7 hari kematiannya. Rupanya penduduk setempat ini telah pergi selama 7 hari. Sehingga keluarganya meyakini bahwa ia telah mati. Maka dirinya pun menceritakan hal yang ia alami, serta mengeluarkan buah pinang berwarna hijau pemberian kepala desa suku Moro tersebut, betapa kagetnya karena buah pinang yang ada ditangannya kini berubah menjadi sebongkah perak berbentuk buah pinang.

Beberapa kisah misteri suku Moro banyak diceritakan pada tahun 80-an, bahkan apabila ada kejadian aneh seperti "sepotong tangan melayang sambil menjepit rokok di jarinya atau suara tanpa terlihat oknumnya", biasanya langsung dianggap sebagai aktifitas orang Moro. Cerita lain bahwa di tengah hutan Halmahera pada suatu tempat yang dipenuhi pohon-pohon besar yang rimbun yang kira-kira seluas lapangan sepakbola, tapi anehnya di tempat tersebut tidak satupun daun tergeletak di tanahnya, seperti telah disapu bersih. Di tempat ini tidak ada tanda-tanda bangunan, pondok atau semacamnya, tapi terdapat tungku batu yang masih hangat.

film "The Island of Dr. Moreau"
Ada sebuah film, yang mungkin berhubungan dengan pulau Moro. Mungkin kisah tentang suku Moro ini menarik perhatian dunia luar, sehingga terbit sebuah film, yang berjudul "The Island of Doctor Moreau" dari novel karya H.G. Wells, dalam ceritanya, tentang seorang kulit putih yang terdampar di pulau Moreau (Moro) dan ditemukan oleh sekelompok nelayan yang berbicara dalam bahasa dialek Melayu Indonesia. Dia diantar oleh nelayan itu kepada seorang doktor yang juga orang kulit putih yang sudah lama menetap di pulau Moro itu. Dia diberi kamar istrahat dan dilarang untuk keluar dari kamar. Tapi karena mendengar suara aneh, diapun penasaran, dia keluar dari kamarnya dan menuju ke arah suara aneh tadi. Tempat itu seperti rumah rumah sakit, dia mengendap-endap, dan dia melihat beberapa orang berseragam putih-putih seperti perawat, tapi betapa terkejutnya dia, ketika melihat salah satu dari perawat itu ternyata berwajah hewan yang sedang mengendong bayi mungil yang berbentuk aneh.

Sampai sekarang penduduk setempat tetap menganggap suku Moro yang pernah menjelajahi Halmahera sebagai sosok yang penuh misteri yang saat ini bersemayam di dunia lain. 

sumber:
sumber lain dan foto:
  • explodingheads.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,