orang Lamalera |
Secara ras, orang Lamalera memiliki postur fisik mirip dengan orang-orang dari Sulawesi Tengah. Beberapa anggapan mereka masih berhubungan sejarah masa lalu dengan suku-suku di Sulawesi Tengah. Sedangkan menurut cerita turun-temurun, bahwa orang-orang Lamalera dahulunya berasal dari daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwuk, mereka melakukan perjalanan menyeberangi laut. Melakukan perjalanan laut untuk mencari tempat yang lebih baik.
Dalam perjalanan mereka sampai di pulau Lepanbatan. Tapi setelah sekian lama menetap di pulau Lepanbatan ini, ternyata pulau Lepanbatan tenggelam akibat bencana alam, sehingga mereka pun bergegas meninggalkan pulau Lepanbatan dan melanjutkan perjalanan melalui laut dengan menaiki peledang kebakopuka (perahu tradisional), serta membawa kerangka perahu yang bernama Buipuka, yang sampai sekarang masih digunakan di Lamalera. Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau yang bernama pulau Lembata. Mereka mendarat di pantai sebelah selatan pulau Lembata, yaitu wilayah Lamalera sekarang. Di Lamalera ini lah mereka berkembang menjadi 3 suku, yaitu suku Blikololong, suku Lewotuka dan suku Bataona. Ketiga suku ini disebut sebagai suku Lika Telo (Tiga Tungku, sebagai suku pendiri Lamalera). Setelah itu dari ke 3 suku ini berkembang menjadi 19 suku-suku kecil yang tersebar di seluruh wilayah Lamalera dan ke luar wilayah selatan pulau Lembata.
Suku Lamalera berbicara dalam bahasa Lamalera, yang diucapkan di 4 desa pesisir selatan pulau Lembata. Bahasa Lamalera termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Suku Lamalera sendiri terdiri dari 19 suku, yaitu:
Wilayah Lamalera terletak di pantai selatan pulau Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat ini pulau Lembata sudah menjadi kabupaten sendiri yang sebelumnya gabung dengan Kabupaten Flores Timur. Di hadapannya terbentang laut sawu yang cukup ganas. Sudah sejak dulu masyarakat Lamalera terkenal sebagai masyarakat nelayan, dan pemburu ikan paus secara tradisional. Secara administratif desa Lamalera berada di wilayah kecamatan Wulandoni, di perkampungan tersebut Lamalera terbagi menjadi dua desa yaitu desa Lamalera A dan desa Lamalera B dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.000 jiwa.
perburuan ikan paus, suku Lamalera menggunakan peralatan yang sangat tradisional untuk berburu. Dengan hanya bermodalkan perahu kayu dan bambu runcing berujung besi, mereka siap memburu mamalia laut paling besar ini. Suku Lamalera berburu ikan paus hanya berbekal kapal nelayan khas yg disebut Palendang dan tombak kayu yang ujungnya diberi besi tajam. Kesuksesan dalam perburuan bergantung pada kerja sama tim pemburu. Tradisi ini memang banyak ditentang oleh berbagai pihak. Tapi sebenarnya suku Lamalera dalam berburu ikan paus, tidaklah sembarangan dan serakah dalam berburu, mereka berburu hanya sesuai dengan kebutuhan saja. Mereka sangat menghargai laut, karena laut memberi mereka kehidupan sejak zaman nenek moyang mereka.
perburuan dimulai, beberapa ritual harus dilakukan oleh penduduk Lamalera. Pada tanggal 28 atau 29 April, biasanya suku Wujon (salah satu sub-suku Lamalera) di Lamalera yang tinggal di dataran tinggi pegunungan akan turun ke pantai dan berdoa memanggil paus.
Ritual tidak sampai di situ, pada tanggal 30 dan 31 April semua penduduk Lamalera akan berdoa untuk keselamatan nelayan yang akan berangkat ke laut. Karena masyarakat Lamalera adalah penganut agama Kristen, doa pun dilakukan sesuai dengan agama Kristen. Seorang pemimpin akan berdiri di depan mimbar yang telah disediakan di pantai.
Suku Lamalera percaya bahwa nenek moyang mereka datang ke pulau Lembata dengan menaiki seekor ikan paus. Secara tradisi mereka sangat menghormati ikan paus. Oleh karena itu mereka tidak pernah serakah untuk berburu ikan paus.
sumber:
Suku Lamalera sendiri terdiri dari 19 suku, yaitu:
- Ebang
- Wujon (Lango Wujon, Langawujon)
- Tenaor
- Tufaona (Tufa Ona)
- suku Lika Telo: (3 suku pendiri Lamalera)
- Blikololong (Puhuu)
- Lewotuka (Levo Tuka)
- Bataona:
- Batafor
- Bediona
- Sulaona
- Lamakera
- Tapooná
- Lamanifak
- Atakei
- Oleoná
- Lefolei
- Ebaoná
- Lelaoná
- Atafollo
Wilayah Lamalera terletak di pantai selatan pulau Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat ini pulau Lembata sudah menjadi kabupaten sendiri yang sebelumnya gabung dengan Kabupaten Flores Timur. Di hadapannya terbentang laut sawu yang cukup ganas. Sudah sejak dulu masyarakat Lamalera terkenal sebagai masyarakat nelayan, dan pemburu ikan paus secara tradisional. Secara administratif desa Lamalera berada di wilayah kecamatan Wulandoni, di perkampungan tersebut Lamalera terbagi menjadi dua desa yaitu desa Lamalera A dan desa Lamalera B dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.000 jiwa.
sedang menombak ikan paus |
perburuan dimulai, beberapa ritual harus dilakukan oleh penduduk Lamalera. Pada tanggal 28 atau 29 April, biasanya suku Wujon (salah satu sub-suku Lamalera) di Lamalera yang tinggal di dataran tinggi pegunungan akan turun ke pantai dan berdoa memanggil paus.
Ritual tidak sampai di situ, pada tanggal 30 dan 31 April semua penduduk Lamalera akan berdoa untuk keselamatan nelayan yang akan berangkat ke laut. Karena masyarakat Lamalera adalah penganut agama Kristen, doa pun dilakukan sesuai dengan agama Kristen. Seorang pemimpin akan berdiri di depan mimbar yang telah disediakan di pantai.
Suku Lamalera percaya bahwa nenek moyang mereka datang ke pulau Lembata dengan menaiki seekor ikan paus. Secara tradisi mereka sangat menghormati ikan paus. Oleh karena itu mereka tidak pernah serakah untuk berburu ikan paus.
sumber:
sumber lain dan foto:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,