masyarakat suku Kedang |
Suku Kedang adalah merupakan penduduk asli di daerah kabupaten Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar orang Kedang berdiam di kecamatan Omesuri dan kecamatan Bayusuri. Di daerah pemukiman suku Kedang juga terdapat bahasa lain, yaitu bahasa Lamaholot, bahasa Boru Hewa dan bahasa Melayu Kupang. Bahasa Kedang berbeda dengan bahasa-bahasa yang digunakan suku lain di wilayah ini, sehingga di daerah ini sebagai bahasa pengantar antara suku Kedang dengan suku-suku lain, menggunakan bahasa Melayu Kupang atau memakai bahasa Indonesia.
Masyarakat suku Kedang pada umumnya memeluk agama Kristen. Agama Kristen, terutama Kristen Katolik, diperkenalkan kepada masyarakat suku Kedang dibawa oleh para misionaris dari Eropa, sekitar tahun 1900.
Rumah Adat suku Kedang yang disebut Ebang, merupakan bentuk identitas diri yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Kedang. Rumah Ebang ini ada hampir di semua kampung pemukiman suku Kedang. Rumah adat Ebang, memiliki bentuk lonjong dan segi empat. Rumah adat Ebang memiliki beberapa fungsi baik sebagai tempat untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan juga sebagai lumbung pangan, tempat untuk menyimpan hasil panen. Hasil panen disimpan di loteng yang terbagi dalam bilik-bilik kamar berukuran kecil, yang terbuat dari bambu atau papan. Di tempat ini disimpan bahan pangan seperti padi, jagung dan kacang-kacangan.
sumber:
Rumah Adat suku Kedang yang disebut Ebang, merupakan bentuk identitas diri yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat suku Kedang. Rumah Ebang ini ada hampir di semua kampung pemukiman suku Kedang. Rumah adat Ebang, memiliki bentuk lonjong dan segi empat. Rumah adat Ebang memiliki beberapa fungsi baik sebagai tempat untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagai persoalan juga sebagai lumbung pangan, tempat untuk menyimpan hasil panen. Hasil panen disimpan di loteng yang terbagi dalam bilik-bilik kamar berukuran kecil, yang terbuat dari bambu atau papan. Di tempat ini disimpan bahan pangan seperti padi, jagung dan kacang-kacangan.
Selain itu, Ebang juga merupakan simbol perdamaian dan pemersatu keluarga dan masyarakat. Biasanya, dalam urusan adat, pejabat pemerintah turut diundang hadir untuk menyaksikan penyelesaian adat oleh para tetua adat. Di tempat ini semua masalah akan dibicarakan secara terbuka dan dalam suasana kekeluargaan dan persaudaraan.
Rumah adat Ebang terbuat dari bahan lokal seperti kayu berbentuk balok atau bambu dengan atap dari rumput alang-alang. Beberapa tahun belakangan ini, di sejumlah kampung atap Ebang diganti dengan seng. Rumah adat Ebang dilengkapi pula sebuah bale-bale besar, tempat untuk bermusyawarah. Rumah adat Ebang terdiri dari 4 tiang/tonggak utama dilengkapi dengan lawen (papan berbentuk bundar) berfungsi untuk menahan hama tikus atau biinatang pengerat lainnya agar tidak masuk ke dalam lumbung.
Di beberapa kampung, hukum dan sanksi adat masih diberlakukan sehingga membuat warga yang melakukan kejahatan atau pelanggaran hukum adat akan merasa jera. Sanksi adat diberikan dalam bentuk gong atau gading dengan sejumlah hewan jika masalah tersebut berkaitan dengan urusan kawin-mawin seperti si pemuda menghamili anak gadis orang lain, tetapi tidak mau bertanggung jawab. Selain itu sanksi adat juga bisa diberikan dalam bentuk sumbangan batu, pasir atau semen untuk pembanguan desa apabila pelanggaran-pelanggaran tersebut berkaitan dengan masalah pemerintahan dan kemasyaratan pada umumnya.
perempuan Kedang |
Kehidupan masyarakat suku Kedang pada umumnya pada bidang pertanian. Pertanian dikerjakan pada lahan kering atau di ladang. Mereka menanam jagung sebagai tanaman utama, palawija, ubi, pisang dan lain-lain. Peralatan yang digunakan pada pertanian, masih menggunakan alat yang sederhana, seperti tofa dan parang. Musim tanam hanya sekali dalam setahun, sehingga di waktu tidak menanam, mereka melakukan kegiatan menangkap ikan.
sumber:
sumber lain dan foto:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,