Orang Pendek, Jambi

ilustrasi orang pendek
Pendek, adalah suatu makhluk menyerupai atau seperti manusia yang terdapat di Kerinci provinsi Jambi, Indonesia.

Orang Pendek dipercaya hidup tersebar di beberapa wilayah Sumatera seperti Jambi, Palembang, Bengkulu dan kemungkinan tersebar di seluruh daerah pulau Sumatra, terutama daerah pegunungan. Orang Pendek memiliki sebutan-sebutan lain, tergantung sebutan sesuai di daerah mana ditemukan, yaitu Orang Pende, Atu Pendek, Ijaoe, Sedabo, Sedapa, Sindai, Uhang Pandak, Orang Letjo dan Orang Gugu. Orang Pendek ini memiliki tinggi sekitar 70 cm dan diselubungi oleh bulu gelap, namun daerah wajah tidak berbulu.

Menurut penduduk yang pernah melihat orang pendek, mengatakan bahwa orang pendek ini sekilas seperti kera, tapi berjalan dengan 2 kaki seperti manusia, dan bisa berkomunikasi dengan sesama mereka, layaknya manusia. Hal ini mirip dengan Bigfoot di Amerika atau Yeti di Himalaya, hanya bedanya Orang Pendek ini berukuran tinggi tidak lebih dari 1 meter.

Awalnya, para peneliti beranggapan bahwa Orang Pendek ini adalah Siamang (sejenis kera). Tapi dari penuturan penduduk setempat yang pernah melihat Orang Pendek ini, mengatakan bahwa perilaku Orang Pendek ini tidak seperti Siamang atau kera. Lagipula Orang Pendek tidaklah ganas atau buas, karena Orang Pendek hanya menyerang hewan-hewan kecil untuk makanan. Karena itu penduduk setempat tidak mengganggu kehadiran Orang Pendek ini.

Ahli Cryptozoology W Osman Hill, mengatakan bahwa Orang Pendek masih memiliki hubungan dengan Homo Erectus dari pulau Jawa, sedangkan peneliti lain beranggapan Orang Pendek masih berhubungan dengan Hobbit dari Flores, atau juga dengan Orang Mantee di provinsi Aceh, yang juga memiliki tinggi tubuh  tidak lebih dari 1 meter.

jejak kaki Orang Pendek
Legenda Orang pendek mulai terdengar sejak awal abad 20. Pada tanggal 21 Agustus 1915, Edward Jacobson menemukan sekumpulan jejak misterius di tepi danau Bento, di tenggara gunung Kerinci, Propinsi Jambi. Pemandunya yang bernama Mat Getoep mengatakan bahwa jejak sepanjang 5 inci tersebut adalah milik Orang Pendek.

Desember 1917, seorang manajer perkebunan bernama Oostingh bertemu dengan Orang Pendek di hutan dekat bukit Kaba. Ketika makhluk itu melihatnya, ia bangkit berdiri lalu dengan tenang berjalan beberapa meter dan kemudian naik ke pohon dan menghilang.

Selain di Kerinci, makhluk ini sempat dilaporkan terlihat di wilayah Palembang. Seorang Belanda yang bernama Van Herwaarden menceritakan bahwa ia melihat Orang Pendek di sebuah pohon di utara Palembang pada Oktober 1923. Pertama, Herwaarden bermaksud menembaknya, namun kemudian ia melihat makhluk itu sangat mirip dengan manusia sehingga ia memutuskan untuk membiarkannya. Pengalamannya dipublikasikan di majalah Tropical Nature no.13 yang terbit tahun 1924.

Pada tahun 1924 juga, Museum Nasional Bogor menerima cetakan jejak yang dipercaya sebagai milik orang pendek, namun museum beranggapan bahwa jejak tersebut adalah milik beruang yang diketahui kadang memang berdiri dengan dua kaki. Para ilmuwan yang skeptis kemudian menulis keraguan mereka akan keberadaan Orang pendek.

Orang Pendek, kembali menjadi perhatian, pada tahun 1989 ketika seorang penulis Inggris bernama Deborah Martyr menemukan jejak kaki Orang Pendek di barat daya Sumatera. Jejak-jejak tersebut setara dengan jejak anak kecil berusia 7 tahun. Ia lalu mencetak jejak tersebut dengan gips dan mengirimnya ke badan pemerintahan yang mengurus taman nasional, namun kemudian cetakan itu hilang.

Setelah 5 tahun meneliti, Martyr akhirnya melihat sendiri Orang Pendek di wilayah gunung Kerinci pada 30 September 1994. Makhluk itu terlihat sedang berjalan dengan tenang dengan dua kakinya. Setelah jarak beberapa puluh meter, makhluk itu berhenti sebentar, menoleh ke Martyr, lalu menghilang ke dalam hutan. Sejak penampakan itu, Martyr masih menjumpai makhluk itu dua kali.

Luar biasanya, walaupun Orang Pendek umumnya berhabitat di Kerinci, propinsi jambi, namun penampakan makhluk ini terjadi di hampir seluruh Sumatera.

Pada tahun 1995 ketika gempa besar melanda Liwa, Lampung, beberapa penduduk lokal menyampaikan kepada para pekerja asing, bahwa mereka menyaksikan beberapa Orang Pendek keluar dari hutan, mungkin takut akibat gempa besar tersebut.

Para peneliti kemudian mulai mendapat kemajuan ketika pada tahun 2001, sekelompok tim ekspedisi amatir dari Inggris yang dipimpin oleh Adam Davies menemukan sekumpulan jejak yang dipercaya milik Orang pendek. Cetakan jejak kaki tersebut dikirim ke Cambridge untuk dianalisa dan hasilnya mengatakan bahwa jejak tersebut adalah mirip dengan jejak seekor kera dengan campuran karakter gibon, orangutan, simpanse dan manusia.

Dengan adanya segudang laporan penampakan dan contoh rambut serta cetakan jejak kaki, pada September 2009 ini, sekelompok tim peneliti dari Inggris yang bernama Centre for Fortean Zoology (CFZ) berangkat menuju Kerinci untuk mencari keberadaan Orang Pendek.

Saat saya menulis artikel ini, yaitu tanggal 1 Oktober 2009, Tim tersebut masih berada di Kerinci. Tujuan mereka jelas. membawa bukti yang lebih kuat dan meyakinkan mengenai keberadaan Orang Pendek.

Tim yang terdiri dari empat orang ini akan dibantu oleh suku Kubu yang mendiami daerah pedalaman untuk mencari keberadaan makhluk ini. Kepala suku dan banyak dari anggota suku ini telah menyaksikan keberadaan Orang Pendek dengan mata kepala mereka sendiri.

Tim ini berangkat pada awal September 2009. Pada pertengahan September, mereka melaporkan bahwa mereka telah menemukan jejak kaki yang diyakini sebagai milik Orang Pendek. Bahkan dua anggota tim, Dave Archer dan Sahar Didmus mengaku melihat Orang pendek dengan mata kepala sendiri. Menurut mereka, makhluk itu awalnya bersembunyi di belakang pohon, lalu kemudian tiba-tiba berlari dengan dua kakinya masuk lebih dalam ke hutan. menurut Dave, Orang pendek dikatakan sekilas mirip dengan simpanse. Bedanya makhluk ini berjalan dengan dua kaki seperti manusia.

jejak kaki Orang Pendek
Foto berikut dikirim oleh anggota tim sebagai bukti keberadaan makhluk misterius ini.

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa Orang Pendek ini masih memiliki hubungan dengan Homo Erectus di Jawa, kalau hal ini benar, maka Orang Pendek ini telah hidup turun temurun sejak 1.800.000 tahun yang lalu, atau dikatakan seperti Hobbit dari Flores atau Homo Floresiensis, berarti Orang Pendek telah hidup turun temurun sejak antara 94.000 - 18.000 tahun yang lalu, atau dengan Orang Mantee di provinsi Aceh, yang juga memiliki tinggi tubuh  tidak lebih dari 1 meter.

Dari beberapa peneliti yang mencoba mengungkap keberadaan Orang Pendek ini, apakah Orang Pendek memang benar-benar ada, atau hanya sekedar cerita-cerita rakyat biasa ? Tentunya hal ini perlu penelitian yang lebih mendalam, untuk mengungkap semuanya.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,