suku Tombulu |
Suku Tombulu, memiliki 8 klan (walak), yaitu:
- Tomohon (Tou Muung)
- Sarongsong
- Tombariri
- Kakaskasen
- Ares
- Maumbi (Kalawat Atas)
- Kalawat Wawa (Klabat Bawah) di Paniki
- Likupang.
Asal-usul suku Tombulu, menurut cerita rakyat (legenda/ mitos) seperti yang ditulis Pdt.M.Ph. Wilken dan Graflaand, yang tersimpan secara turun temurun dalam masyarakat suku Tombulu, adalah nenek moyang pertama di Minahasa adalah Opo Toar dan Lumimuut. Menurut ceritanya mereka hanyut terbawa arus dari arah utara, lalu terdampar di pantai barat Minahasa, di batu karang yang dinamai Batu Kapal yang terletak di daerah Sapa (kecamatan Tenga kabupaten Minahasa Selatan sekarang). Mereka hanyut terbawa arus air bah. Dalam tulisan Dr. Riedels Zano Simezuk Wangko, air bah merendam seluruh dataran sampai ke puncak gunung Lokon, Gunung Mahwu, dan gunung Soputan.
Opo Toar dan Lumimuut, berdiam di sekitar gunung Wulur Mahatus. Kemudian pindah ke sekitar Niutakan dekat Tompasu Baru. Di Tempat baru ini Opo Toar kawin dengan Lumimuut. Setelah sekian lama ternyata jumlah mereka bertambah banyak dan memenuhi daerah itu, sehingga mereka mulai menyebar ke seluruh Malesun (Minahasa). Awalnya terdapat 25 kepala keluarga yang menyebar, salah satunya antara lain keluarga Pinontoan dan istrinya Ambilingan dengan 6 orang anaknya. Mereka datang ke dataran gunung Lokon. Keturunan dari keluarga inilah yang diyakini menurunkan "suku Tombulu".
- Tonaas Tumbelwoto, memimpin sebagian orang Tombulu pergi tumani ke Wanua Tula’u hingga terbentuklah walak Saronsong,
- Sebagian rakyat berpindah ke Kinilow Tu’a. Tonaas Ka’awoan meninggalkan Kinilow Tu’a memimpin sebagian orang Tombulu pergi kearah barat ke suatu tempat yang terdapat rumput yang dinamai Wariri, sebagian orang yang menetap di sana disebut Touwariri, lalu sebutannya menjadi orang Tombariri.
- Selanjutnya dari sana sebagian rakyat yang dipimpin oleh Walian Lokon Mangundap, Kalele, Apor, Karundeng, Kapalaan, dan Posumah, mendirikan negeri baru yang dinamai Katinggolan yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya Wanua Woloan.
- Tonaas Mokoagow juga meninggalkan Kinilow Tu’a dan pergi tumani ke Wanua Mu’ung dan Kamasi membentuk Tou Mu’ung (Tomohon).
- Tonaas Ticonumu dan Tuerah pergi tumani ke Wanua Kakaskasen dan membentuk Walak Kakaskasen,
- Tonaas Lolong lasut dan Ruru pergi tumani ke Wanua Wenang dan Ares membentuk Walak Ares (di kota Manado sekarang).
- Dari Kinilow Tu’a beberapa taranak pergi tumani ke Wanua kali dari sana Tonaas Alow pergi melintasi sungai wenang utara, lalu tumani ke Wanua Kalawat atas dan membentuk Kalawat atas yang kemudian berubah menjadi Kalawat Maumbi.
- Dari Kalawat Atas keluar Tonaas Kondoy, Wangko Saumanan pergi ke barat tumani ke Wanua Kalawat Kalewosan yang kemudian menjadi Wanua ure, kini disebut Komo Luar. Kalawat Kalewosan ini kemudian menjadi Kalawat Wawa, ibu negeri Wanua ure.
- Tonaas Kalengkongan beserta sebagian rakyat meninggalkan Kalawat Atas dan Kalawat Wawa, pergi tumani ke Wanua Likupang. Menimbulkan Walak Likupang.
masyarakat Tombulu |
Dalam hal kepercayaan, seperti sub-suku Minahasa lain pada umumnya memeluk agama Kristen, begitu pula suku Tombulu ini adalah pemeluk agama Kristen. Agama Kristen telah lama berkembang dalam lingkungan masyarakat suku Tombulu, Diperkirakan mereka memeluk agama Kristen sejak kehadiran bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda ke tanah Minahasa ini.
Masyarakat suku Tombulu pada dasarnya hidup sebagai petani. Mereka menanam padi di sawah dan ladang. Selain padi mereka juga menanam beberapa jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Juga beberapa tanaman keras seperti cengkeh dan kopra.
sumber:
sumber:
- deutromalayan.blogspot.com
- bode-talumewo.blogspot.com
- wikipedia: tombulu
- noviepangalila: asal mula suku tombulu di minahasa
- romymamahit: asal-usul woloan
- veengle: tombulu
- wangunen: tanggapan
- buku sejarah Gereja Jemaat GMIM Petra Kinilow di Tomohon, terbitan bulan mei 2008, hal 2-4
- pakatuans.blogspot.com
- search.wn.com
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,