Suku Shaibu, adalah salah satu masyarakat adat yang terdapat di Manipur India. Populasi suku Shaibu di Manipur diperkirakan sebesar 1.000 orang.
Suku Shaibu berbicara dalam bahasa Shaibu. Bahasa Shaibu sendiri berada di bawah dominasi bahasa Maring yang lebih dominan di wilayah ini. Sehingga bahasa Shaibu semakin jarang digunakan, bahkan di kalangan orang Shaibu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari suku Shaibu berbicara dalam bahasa Shaibu, tetapi di dalam gereja para imam Kristen Baptis mengajar mereka dengan bahasa Tangkhul dan bahasa Maring. Hal ini membuat mereka keberatan, mereka menuntut agar mereka mendapatkan Bible (Alkitab) dalam bahasa Shaibu.
Suku Shaibu dikelompokkan menjadi bagian sub-suku dari suku Maring. Tapi suku Shaibu sendiri tidak mengakui hal tersebut, karena mereka menganggap mereka berbeda dengan suku Maring.
Pemerintah India mengelompokkan suku Shaibu sebagai bagian dari sub-suku Maring. Mereka keberatan dengan embel-embel Maring pada identitas suku mereka. Menurut penuturan masyarakat Shaibu, "suku Shaibu memiliki gaya berpakaian, warna kulit, bahasa, ritual dan kebiasaan makanan yang berbeda dengan suku Maring, kesamaan antara kami dan Maring, adalah bahwa kita sama-sama hidup di bukit-bukit", lanjut mereka lagi, "sekarang kami dipaksa membaca Alkitab dalam bahasa Maring. Kami tidak tahu bahasa Maring. Orang tua kami pun tidak mengerti bahasa Maring. Kami ingin Alkitab dibaca dalam bahasa kita sendiri untuk kejelasan dan pemahaman kita sendiri ".
Dalam keseharian suku Shaibu, hidup pada bidang pertanian, pada tanaman padi, jagung, cabe serta jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Beberapa dari mereka telah ada yang bekerja pada sektor pemerintahan dan swasta, selain itu mereka juga ada yang menjadi pedagang. Generasi muda suku Shaibu kurang mendapat pendidikan, kebanyakan sampai tingkat SD, sehingga hal ini yang membuat suku Shaibu agak tertinggal dari suku-suku lain.
referensi:
Suku Shaibu berbicara dalam bahasa Shaibu. Bahasa Shaibu sendiri berada di bawah dominasi bahasa Maring yang lebih dominan di wilayah ini. Sehingga bahasa Shaibu semakin jarang digunakan, bahkan di kalangan orang Shaibu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari suku Shaibu berbicara dalam bahasa Shaibu, tetapi di dalam gereja para imam Kristen Baptis mengajar mereka dengan bahasa Tangkhul dan bahasa Maring. Hal ini membuat mereka keberatan, mereka menuntut agar mereka mendapatkan Bible (Alkitab) dalam bahasa Shaibu.
Suku Shaibu dikelompokkan menjadi bagian sub-suku dari suku Maring. Tapi suku Shaibu sendiri tidak mengakui hal tersebut, karena mereka menganggap mereka berbeda dengan suku Maring.
Pemerintah India mengelompokkan suku Shaibu sebagai bagian dari sub-suku Maring. Mereka keberatan dengan embel-embel Maring pada identitas suku mereka. Menurut penuturan masyarakat Shaibu, "suku Shaibu memiliki gaya berpakaian, warna kulit, bahasa, ritual dan kebiasaan makanan yang berbeda dengan suku Maring, kesamaan antara kami dan Maring, adalah bahwa kita sama-sama hidup di bukit-bukit", lanjut mereka lagi, "sekarang kami dipaksa membaca Alkitab dalam bahasa Maring. Kami tidak tahu bahasa Maring. Orang tua kami pun tidak mengerti bahasa Maring. Kami ingin Alkitab dibaca dalam bahasa kita sendiri untuk kejelasan dan pemahaman kita sendiri ".
Dalam keseharian suku Shaibu, hidup pada bidang pertanian, pada tanaman padi, jagung, cabe serta jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Beberapa dari mereka telah ada yang bekerja pada sektor pemerintahan dan swasta, selain itu mereka juga ada yang menjadi pedagang. Generasi muda suku Shaibu kurang mendapat pendidikan, kebanyakan sampai tingkat SD, sehingga hal ini yang membuat suku Shaibu agak tertinggal dari suku-suku lain.
referensi:
- kanglaonline.com
- e-pao.net: cultural and linguistic rights of Khoibu and Shaibu tribes must be respected
- wikipedia
- dan sumber lain
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,