Suku Ao (Naga), India

suku Ao
Suku Ao, adalah salah satu suku dari Kelompok Naga, dari wilayah utara-timur India. Suku Ao tersebar dari Tsula (Dikhu) Valley (di timur) ke Tsurang (Disai) Valley (di barat) di kabupaten Mokokchung. Populasi suku Ao pada sensus 2010 adalah sebesar 824.000 orang.

Menurut perkiraan, suku Ao ini dahulunya berasal dari Mongolia yang melakukan perjalanan migrasi melalui wilayah Asia Tenggara dan berhenti di Nagaland.

Suku Ao, bermukim di bagian utara-timur Nagaland, terutama terppusat di kabupaten Mokokchung dan sebagian kecil terdapat di negara bagian Assam. Kabupaten Mokokchung, dianggap sebagai daerah utama suku Ao. Wilayah adat suku Ao ini meliputi area seluas 1.615 km2 yang berbatasan dengan Assam ke sebelah utara, Wokha di barat, Tuensang ke sebelah timur dan Zunheboto sebelah selatan.

perempuan Ao
Walaupun dahulunya suku Ao ini adalah penganut animisme yang percaya dengan adanya roh-roh di alam, roh nenek moyang mereka dan kekuatan alam yang bisa mempengaruhi kehidupan mereka. Tapi saat ini mereka telah memeluk agama Kristen, terutama Kristen Baptis yang dibawa para Misionaris Kristen pada abad ke-19. Saat ini hampir 100% masyarakat suku Ao telah memeluk agama Kristen.

kain tenun suku Ao
Festival Mong Moatsu merupakan festival tahunan yang dirayakan oleh suku Ao pada minggu pertama bulan Mei. Festival ini dimanfaatkan oleh para anggota suku untuk mengisi waktu luang, hiburan dan rekreasi bagi anggota suku setelah kerja keras dari musim tanam.
Sangpangtu, adalah puncak festival. Berbagai ritual juga terkait dengan festival. Salah satunya adalah prediksi masa depan dengan membaca tanda-tanda dari perayaan.

Dalam persiapan untuk festival, orang-orang berlomba membuat bir beras terbaik dan membesarkan babi terbaik dan sapi untuk disembelih, sedangkan para perempuan menempatkan keterampilan mereka dalam membuat garmen untuk digunakan baik untuk membuat riasan untuk hari besar. Pada hari Sangpangtu, baik laki-laki dan perempuan duduk bersama untuk makan, minum dan menulis lagu prajurit dan lagu-lagu cinta. Ini juga waktu ketika para tetua suku mendesak generasi muda untuk menjadi berani dan heroik seperti nenek moyang mereka yang harus menghadapi ancaman para pemburu kepala dari suku-suku lain.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,