Suku Wancho (Naga), India

suku Wancho
Suku Wancho, adalah salah satu suku dari Kelompok Naga, yang mendiami bukit Patkai kabupaten Tirap di negara bagian Arunachal Pradesh, India. P\opulasi suku Wancho diperkirakan mencapai 35.000 orang.

Secara kultural mereka terkait dengan etnis Nocte dan Konyak dari Mon dan kabupaten Tirap.

Suku Wancho berbicara dalam bahasa Wancho, yang termasuk rumpun keluarga bahasa Tibeto-Burman.

suku Wancho
Berbeda dengan suku naga lainnya, suku Wancho, Nocte dan Konyak, sebagian besar masih tetap mempertahankan kepercayaan animisme. Suku Wancho yang masih animisme percaya adanya dua dewa yang kuat, Rang dan Baurang.
Agama Kristen berkembang di kalangan suku Wancho. Wancho Kristen adalah pemeluk Kristen Baptis dan Katolik Roma. Masuknya agama Kristen di kalangangan suku Wancho, mengakibatkan penghapusan tradisi pengayauan dalam tradisi kuno suku Wancho.

gadis suku Wancho
gadis suku Wancho
Tradisi adat suku Wancho secara tradisional diatur oleh dewan kepala tetua suku, yang dikenal sebagai Wangham atau Wangsa.
Seperti suku-suku tetangga paling, Wancho membangun rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap jerami atau daun kering.
Pada masa dahulu suku Wancho menjalani tradisi "kayau", yaitu memenggal kepala musuh mereka. Pada akhir 1991, tradisi Kayau dihapuskan oleh Misionaris Kristen dan Pemerintah, dengan mengambil langkah-langkah melarang praktek pengayauan.

Suku Wancho memiliki tradisi Tato yang memainkan peranan penting di kalangan suku Wancho. Menurut tradisi, seorang pria tato dari kaki sampai seluruh wajahnya, kecuali daerah sekitar mata dan bibir. Para perempuan menghiasi diri dengan kalung dan gelang, dengan beberapa tato juga.

Tradisi budaya suku Wancho adalah Festival Oriah, yang diadakan antara bulan Maret hingga April, yang dilaksanakan selama 12 hari diselingi dengan doa, lagu-lagu dan tarian. Selama festival, penduduk desa bertukar tabung bambu diisi dengan bir beras sebagai tanda ucapan selamat. Kemudian kulit babi ditawarkan kepada kepala desa sebagai tanda penghormatan. Selain itu juga diadakan pengorbanan babi dan kerbau. Anak laki-laki dan perempuan, mengenakan kostum seremonial, bernyanyi dan menari selama Festival Oriah ini. Sekelompok orang menari di sekitar "Jangban", tiang upacara yang ditancapkan selama Festival Oriah berlangsung.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,