Suku Dayak Bawo

suku Dayak Bawo
Suku Dayak Bawo, hidup dan bermukim di kabupaten Barito Selatan, berada di kecamatan Gunung Bintang Awai di desa Patas, dekat dengan Buntok (ibukota kabupaten Barito Selatan). Perkampungan suku Bawi ini masih terlihat rumah-rumah panggung yang dilengkapi perlengkapan upacara keagamaan dan perlengkapan tradisional masyarakat setempat. Selain di daerah kabupaten Barito Selatan provinsi Kalimantan Tengah, suku Dayak Bawo juga ditemukan di kabupaten Kutai provinsi Kalimantan Timur.

Suku Dayak Bawo, populasinya tidak banyak, sebagian besar menetap di hulu sungai Ayuh dan di kaki pegunungan Muller-Schwaner di daerah perbatasan provinsi KalimantanTengah dan Kalimantan Timur.

Suku Dayak Bawo pernah memiliki sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Gunung Bawo, sekitar tahun 1700 Masehi. Kerajaan Gunung Bawo ini dipimpin oleh seorang kepala suku yang bergelar Tambuang. Gelar ini dapat diberikan kepada orang Dayak Bawo, apabila memiliki sifat kepemimpinan yang baik, berwibawa, kesaktian tinggi, kehidupan di atas rata-rata, dan memiliki hubungan darah dari Tambuang sebelum-sebelumnya.
Kerajaan Gunung Bawo dibubarkan oleh Belanda yang ingin mengusai kerajaan Gunung Bawo, tetapi rakyatnya menentang, sehingga masyarakat Bawo meninggalkan kerajaan Gunung Bawo. Sebagian besar menetap di sungai Ayuh dan kaki pegunungan Muller dan Schwaner.

Suku Bawo saat ini masih mempertahankan agama nenek moyang mereka, yaitu agama Kaharingan, tetapi beberapa dari mereka telah memeluk agama Kristen.

Balian, adalah semacam dukun tapi bukan dalam arti dukun sebenarnya. Pengobatan dan perawatan bagi anggota suku Dayak Bawo yang sakit akan dilaksanakan secara sukarela dan kekeluargaan oleh sang Balian ini. Balian adalah seseorang yang mengetahui cara pengobatan berdasarkan obat-obatan alami yang didapat dari alam, diserta mantra-mantra ampuh yang sebagian besar memang dapat disembuhkan oleh sang Balian.

Suku Dayak Bawo, berhubungan dengan masyarakat dayak lainnya hanya melalui jalur sungai. Dalam perjalanan menuju perkampungan suku dayak lain, melalui sungai akan ditempuh selama berhari-hari.

Masyarakat Dayak Bawo hidup secara tradisional, dengan pola pertanian berladang berpindah, mencari hasil hutan seperti rotan, damar. Tapi saat ini mereka mulai menanam pohon karet untuk mendapatkan getah karet. Sejak mendapat hasil dari getah pohon karet inilah, kebiasaan lama yang berladang berpindah mulai ditinggalkan oleh mereka.

sumber:

  • Gimong Awan (Pemerhati Budaya Dayak Kalimantan Tengah)
  • gambar-foto: boykomar.multiply.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,