Suku Kravet, Kamboja

Suku Kravet, adalah salah satu kelompok masyarakat yang hidup terpencil di provinsi Stung Treng Kamboja. Populasi orang Kravet diperkirakan hanya sekitar 7.200 orang.

Suku Kravet oleh pemerintah Kamboja disebut sebagai suku bukit. Suku-suku bukit terdiri dari 20 suku bukit dengan tradisi dan budaya yang berbeda, yang pada umumnya menempati daerah pegunungan utara timur.
Perkampungan suku Kravet berada di tempat yang jauh dari desa-desa kelompok etnis lain, berada di tempat terpencil dengan melalui hutan basah dan perjalanan yang sangat sulit, sehingga hanya dapat didatangi ketika musim kemarau.

Desa orang Kravet, terdapat sebuah gerbang yang terbuat dari bambu di kedua sisi jalan dengan balok silang atas dan di bawah. Menurut keyakinan mereka bahwa itu adalah gerbang roh. Ketika terjadi perang di dekat Vietnam dan ancaman dari pasukan Khmer Merah, desa mereka tidak pernah tersentuh oleh ancaman dari perang atau dari pasukan Khmer Merah. Mereka percaya roh di gerbang itulah yang melindungi mereka. Mereka menggunakan sebidang tanah kecil di dekatnya untuk melakukan korban kerbau untuk menenangkan roh ini.

Orang Kravet sampai saat ini masih mengamalkan sistem kepercayaan agama ethnic, Agama ethnic mereka melibatkan banyak tabu, serta peredaan bagi roh baik dan roh jahat.

Karena terpencilnya wilayah pemukiman suku Kravet, mereka belum memiliki fasilitas memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Untuk kelahiran anak mereka sepenuhnya tergantung dengan keberadaan dukun beranak. Pemerintah setempat melakukan pelatihan kepada dukun-dukun beranak untuk mencegah dampak yang tidak baik bagi kelahiran anak di desa Kravet. Selain itu pemerintah setempat juga memberikan penyuluhan berupa program anti malaria.

Masyarakat suku Kravet pada umumnya terlibat dalam pertanian subsisten, yang tinggal di desa kecil gubuk kaku dengan eksterior dan partisi dinding yang terbuat dari anyaman pohon palem dan lantai dari potongan bambu anyaman bertumpu pada balok bambu. Ladang ('slash-dan-bakar') teknik pertanian ini juga dipraktekkan oleh banyak suku-suku pegunungan timur utara.

referensi:


artikel terkait:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,