Suku Toraja, Sulawesi

suku Toraja
pic soldomi
Suku Toraja, adalah suatu suku-bangsa yang mendiami dataran tinggi Sulawesi Selatan. Suku Toraja selain di Sulawesi Selatan terdapat juga pemukiman orang-orang Toraja di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Populasi suku Toraja diperkirakan lebih dari 1.000.000 orang.

Suku Toraja terpusat di kabupaten Tana Toraja, kabupaten Toraja Utara dan kabupaten Mamasa. Untuk istilah "toraja" sendiri, banyak versi yang berusaha menjelaskan artinya, menurut orang Bugis, arti "toraja" dari kata "to riaja", yang berarti 'orang yang tinggal di negeri atas" atau "orang yang tinggal di dataran tinggi". Sedangkan menurut orang Toraja sendiri, arti 'toraja", adalah dari "toraya", yang berarti "orang yang besar" atau "orang keturunan para raja". Nama Toraja ditegaskan oleh pemerintah kolonial Belanda menjadi nama komunitas suku yang bermukim di pegunungan ini pada tahun 1909.

Suku Toraja ini adalah sebagai salah satu suku asli dari bangsa protomalayan (proto malayo) yang terdapat di pulau Sulawesi, mereka merupakan salah satu suku tertua di Indonesia, seperti suku Dayak, Batak, Sasak, Wajo, Ranau dan lain-lain, yang diduga telah hadir di bumi Indonesia ini dalam gelombang migrasi para bangsa protomalayan sekitar 7000 tahun yang lalu. Diperkirakan masuknya bangsa Toraja ini melalui Formosa, Filipina dan terakhir menetap dan mengisolasi diri di dataran tinggi Sulawesi.

Suku Toraja berbicara dalam bahasa Toraja, yang memiliki keterkaitan kekerabatan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi, seperti dengan bahasa Bugis, Makasar, Mandar serta dengan bahasa-bahasa di Filipina serta dengan beberapa bahasa di Formosa Taiwan. Bahasa Toraja memiliki beberapa dialek yang tersebar di beberapa kecamatan dan kabupaten di Sulawesi Selatan. Selain itu bahasa Toraja juga diucapkan di sebagian wilayah di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.
Berdasarkan bahasa, suku Toraja terbagi menjadi beberapa dialek bahasa:
  • Toraja-Sa'dan
  • Kalumpang
  • Mamasa
  • Ta'e
  • Talondo'
  • Toala'.

Suku Toraja sebenarnya terdiri dari beberapa sub-kelompok (sub suku), salah satunya adalah suku Seko Lemo yang menurut penuturan orang Seko Lemo, bahwa mereka berasal dari Toraja Luwu, yang bermigrasi ke wilayah Seko sekitar tahun 1700. Di Palopo ada Toraja Makale-Rantepao, Bastem, dan Rongkong. Juga ada Toraja Sa'dan. Selain itu ada suku Enrekang, Duri, Marowangin dan Palopo, yang merupakan suku campuran antara Toraja dan Bugis, yang sering dinyatakan sebagai sub-suku Toraja dan juga sebagai sub-suku Bugis. Pada beberapa tulisan di web, suku Kaili, Pamona, Mori juga dikategorikan sebagai sub-suku Toraja, dan ada juga suku Rampi dan Kalekaju.

gadis Toraja
pic torajamamasa
Masyarakat suku Toraja mayoritas adalah pemeluk agama Kristen (Protestan, Katholik, Advent, Pentakosta dan lain-lain) dan sebagian kecil tetap mempertahankan agama asli mereka, yaitu agama Aluk To Dolo dan lainnya memeluk agama Islam.

Pada awalnya suku Toraja adalah penganut kepercayaan animisme dan sangat terisolasi di daerah pegunungan, menutup diri dari dunia luar. Keberadaan suku Toraja hingga sampai awal abad ke-20 tidak diketahui, hingga akhhirnya para misionaris Belanda menelusuri hutan pegunungan di Sulawesi Selatan dan menemukan komunitas masyarakat yang pada masa itu masih melakukan ritual-ritual animisme. Pada awal tahun 1900, misionaris Belanda memperkenalkan agama Kristen ke dalam kalangan masyarakat suku Toraja.

makam Toraja
pic alambudaya
Tradisi adat budaya suku Toraja yang terkenal adalah pada ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Salah satu keunikan dalam tradisi ini adalah tempat pemakamannya yang disebut sebagai "Rante", yaitu tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan 100 buah menhir/megalit, "Simbuang Batu". Sebanyak 102 bilah batu menhir yang berdiri dengan megah, terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang, dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan tersebut hanyalah faktor perbedaan situasi dan kondisi pada saat pembuatan/ pengambilan batu.

Keunikan lain dari suku Toraja adalah rumah adatnya yang disebut sebagai "Tongkonan", sebagai satu-satunya rumah adat paling unik di pulau Sulawesi berbeda dengan rumah-rumah adat suku-suku lain di pulau Sulawesi yang rata-rata mengikut model rumah khas Melayu. Tapi rumah adat Toraja berbeda sendiri, sekilas mirip dengan rumah-rumah adat suku-suku Batak di pulau Sumatra.

Masyarakat suku Toraja pada umumnya hidup sebagian besar pada bidang pertanian. Beberapa jenis tanaman menjadi kegiatan pertanian mereka sehari-hari. Mereka juga menanam tanaman keras seperti Markisa, kakao dan kopi. Kopi arabica menjadi tanaman utama bagi orang Toraja, dan produk kopi Toraja sudah dikenal di seluruh Indonesia bahkan ke mancanegara. Selain itu banyak dari mereka yang telah sukses pada bidang profesi lain, seperti menjadi pengusaha, pejabat di sektor pemerintahan, guru dan lain-lain.

sumber:
sumber lain, foto dan video:
  • youtube.com: video tana toraja
  • soldomi.wordpress.com
  • torajamamasa.blogspot.com
  • alambudaya.com

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,