Suku Moma, Sulawesi

suku Moma Ngata Toro
upacara Wunca Ada Pae
pic aman sulteng
Suku Moma, adalah suatu etnis (suku) yang mendiami sebagian besar wilayah kecamatan Kulawi dan kecamatan Kulawi Selatan kabupaten Sigi provinsi Sulawesi Tengah. Populasi suku Moma diperkirakan sebesar 2.660 orang pada sensus tahun 2012.

Ngata Toro (Desa Toro), adalah pemukiman utama suku Moma ini, yang berada di kecamatan Kulawi kabupaten Sigi. Desa Toro adalah sebuah desa yang masih asli jauh dari pusat keramaian kota. Suku Moma ini merupakan suku asli di desa Toro ini. Tapi selain suku Toro, ada beberapa etnis lain yang juga mendiami desa Toro ini, yaitu suku Rampi dan suku Toraja yang sejak lama telah bermigrasi ke wilayah ini. Selain itu ada juga beberapa sub-etnis suku Kaili yang berasal dari lembah Sigi dan kota Palu yang ikut hidup bersama-sama di desa ini.

Suku Moma sangat menjaga hutan mereka, yang telah memberi kehidupan bagi mereka sejak zaman nenek moyang mereka. Beberapa aturan adat diterapkan pada pola kehidupan, guna bersama-sama menjaga hutan dari berbagai jenis ancaman kerusakan alam akibat perambahan lahan. Mereka percaya bahwa dari generasi ke generasi mereka hidup melindungi alam dan sumberdaya alam yang mereka miliki. Pembagian wilayah dan lahan garapan sudah ditentukan berdasarkan aturan adat. Mereka sangat menghormati aturan adat peninggalan nenek moyang mereka, yang tetap menjadi hidup seluruh masyarakat adat suku Moma.

Masyarakat suku Moma sampai saat ini masih tetap melestarikan beberapa bangunan tradisional mereka, walaupun rata-rata bangunan tradisional mereka sudah memiliki usia ratusan tahun. Salah satunya Lobo, adalah sebuah bangunan adat dari batang-batang kayu tertentu yang digunakan para tokoh adat dan masyarakat untuk no libu (berkumpul) guna membahas persoalan ngata (desa) atau berkumpul untuk memutuskan suatu persoalan secara adat. Selain Lobo, juga ada Paningku, Gampiri dan Bantaya yang juga memiliki fungsi masing-masing.

Masyarakat suku Moma sebagian beragama Kristen, dan sebagian lain beragama Islam. Walaupun terjadi perbedaan agama di antara mereka, tapi kerukunan beragama sangat baik di sini. Bagi mereka perbedaan agama hanyalah dinamika, tidak bisa membuat mereka menjadi manusia yang berbeda, yang utama bagi mereka adalah mereka tetap bersaudara. Tapi, walaupun mereka telah beragama Kristen dan Islam, mereka masih kuat memegang teguh adat istiadat mereka,seperti “Baliya” dalam rangka upacara penyembuhan orang sakit (wurake).

seorang organiser adat
Sulawesi Tengah
pic kongres4.aman
Salah satu tradisi suku Moma di Ngata Toro adalah upacara Wunca Ada Pae, merupakan upacara yang dilakukan setelah panen, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah dihasilkan. Hasil panen (makanan) digantung di bambu dan padi yang akan dijadikan bibit ditempatkan di bawah pohon bambu tersebut.  Setelah itu sang ketua adat meniup terompet yang terbuat dari batang padi dan diikuti oleh tarian Rego yang ditarikan oleh pemuda-pemudi adat.Moma. Dalam upacara Wunca Ada Pae, adalah membaca mantra-mantra yang dilakukan oleh ketua adat yang bertujuan untuk penyelamatan tanah, air, udara dan sumber daya alam yang terdapat di wilayah adat Moma Ngata Toro.

Masyarakat Moma di Ngata Toro, banyak memiliki perajin produk lokal seperti perajin tikar dari daun-daunan mirip ilalang, juga ada perajin kursi bambu dan perajin kulit kayu seperti baju adat yang terbuat dari kulit kayu.. Baju adat dari kulit kayu ini adalah merupakan baju adat asli suku Moma. Sayangnya baju kulit kayu ini semakin sedikit yang "mau" memproduksinya. Sehingga mereka mengkhawatirkan tradisi baju adat kulit kayu ini akan punah dari peredaran.

Kehidupan masyarakat suku Moma ini biasanya berprofesi pada bidang pertanian, seperti tanaman padi basah di sawah-sawah yang terhampar luas di sisi timur wilayah ini. 

sumber bacaan:
sumber lain dan foto:

  • amansulteng.blogspot.com
  • kongres4.aman.or.id

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,