Suku Bada, Sulawesi

Suku Bada,  adalah salah satu komunitas masyarakat adat yang berada di sekitar Lembah Bada, yang dikelilingi oleh pegunungan yang berada di kecamatan Lore Selatan kabupaten Poso provinsi Sulawesi Tengah, yang terpusat di kota kecil Gintu sebagai ibukota kecamatan.

Suku Bada adalah salah dari kelompok suku Pamona. Asal-usul suku Bada, menurut para peneliti, bahwa suku Bada ini dahulunya hidup dalam satu kesatuan dengan kelompok suku Pamona lainnya, tapi seiring perjalanan waktu, kemungkinan terjadi perselisihan di antara mereka atau terjadi bencana, maka mereka memisahkan diri menjadi kelompok-kelompok tersendiri. Salah satunya adalah kelompok masyarakat suku Bada ini

Watu Palindo
pic puskesmas gintu09
Masyarakat suku Bada pada masa lalu, menganut aliran kepercayaan animisme dan hidup dengan cara-cara yang sangat tradisional dan primitif. Pada masa lalu, suku Bada memiliki sebuah tempat penyembahan berhala, yaitu Watu Palindo, yang berarti Batu Penghibur. Watu Palindo ini adalah sebuah peninggalan dari zaman Megalitik setinggi 3 meter, yang diperkirakan telah berumur ribuan tahun. Mereka melakukan upacara animisme, yaitu Upacara Hualaik, membawa sajian-sajian berupa nasi pulut putih dan telur ayam kampung untuk dipersembahkan kepada dewa-dewa. Watu Palindo adalah patung batu yang berbentuk manusia, dan sebagai patung batu yang terbesar di daerah Bada. Masyarakat suku Bada pada masa itu, menganggap Watu Palindo adalah bentuk dari Raja Dewa. Selain patung Watu Palindo, terdapat juga beberapa peninggalan zaman purba suku Bada yang lain, yaitu patung-patung batu yang berupa patung monyet, patung babi, patung kerbau dan patung-patung batu lainnya yang semuanya menghadap ke Watu Palindo.

Masyarakat suku Bada mayoritas memeluk agama Kristen. Agama Kristen masuk ke wilayah suku Bada sejak sekitar 100 tahun yang lalu. Saat ini agama Kristen menjadi agama rakyat bagi suku Bada, terlihat dari berdirinya gereja suku, yaitu Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST).

Suku Bada juga memiliki beberapa jenis rumah tradisional adat, yang terbuat dari tiang dan dinding bambu dan beratap ijuk. Rumah-rumah adat suku Bada adalah:
Tambi, rumah adat suku Bada
pic orajoo
  • Lobo (Baruga), Rumah adat yang digunakan untuk berbagai acara adat seperti festival, upacara atau pesta modulu-dulu (makan bersama). 
  • Tambi, merupakan rumah tempat tinggal bagi masyarakat suku Bada.
  • Gampri, adalah rumah yang digunakan sebagai lumbung padi

Beberapa ciri khas lain suku Bada:
  • Pakaian adat dan perlengkapan perempuan:
    • Pohea sebagai pengikat kepala
    • Hiora hiasan kepala yang terbuat dari kalide dan bulu-bulu ayam yang sudah diwarnai.
    • Awolo sebagai kalung
    • Kaewa adalah baju adat yang disulam dari benang emas
    • Wini adalah rok yang berasal dari sarung donggala atau rok yang terbuat dari kulit kayu
  • Pakaian adat dan perlengkapan perempuan:
    • Siga sebagai ikat kepala untuk laki-laki, baju dan celana yang sudah dirancang sedemikian rupa
    • Piho atau parang yang diselipkan di pinggang
    • Pahua semacam sarung modelnya hingga sepanjang sarung.

sumber bacaan:
sumber lain dan foto:
  • puskesmasgintu09.blogspot.com
  • orajoo.wordpress.com

2 comments:

  1. terima kasih atas infonya,,
    saya asli suku bada, tapi tidak pernah pulang ke bada,,
    saya hanya mengenal suku saya dari papa & internet,,,
    saya sungguh, amat bangga jadi orang bada,,
    (y)

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,