penari suku Dayak Murung |
Suku Dayak Murung, sebenarnya mereka juga adalah suku Dayak Siang, tetapi bukan bagian dari sub-suku Dayak Siang, mereka adalah suku Dayak Siang yang telah lama hidup di daerah pinggiran sungai Barito dan sungai Bomban, salah satu kampungnya adalah desa Murung (Lebu Murung), karena itu mereka disebut sebagai suku Dayak Murung atau suku Dayak Siang Murung. Sedangkan suku Dayak Siang, menetap di kecamatan Tanah Siang, walaupun juga berada di wilayah kabupaten Murung Raya, tetapi mereka menetap di tanah asli suku Dayak Siang, yaitu kecamatan Tanah Siang.
Dari segi budaya, adat-istiadat dan bahasa tidak ada perbedaan sama sekali antara suku Dayak Murung dengan suku Dayak Siang. Selain itu mereka juga terlibat banyak kekerabatan yang sangat erat. Hanya karena telah terpisah dalam waktu yang sangat lama, dari nama awal mereka sebagai Dayak Siang, maka identitas penamaan suku mereka pun terjadi penambahan di belakang nama suku menjadi Dayak Siang Murung, dan lama kelamaan menjadi Dayak Murung.
Dari segi budaya, adat-istiadat dan bahasa tidak ada perbedaan sama sekali antara suku Dayak Murung dengan suku Dayak Siang. Selain itu mereka juga terlibat banyak kekerabatan yang sangat erat. Hanya karena telah terpisah dalam waktu yang sangat lama, dari nama awal mereka sebagai Dayak Siang, maka identitas penamaan suku mereka pun terjadi penambahan di belakang nama suku menjadi Dayak Siang Murung, dan lama kelamaan menjadi Dayak Murung.
gadis suku Dayak Murung |
Suku Dayak Murung, membuat perkampungan mereka di sepanjang aliran sungai Barito yaitu di sisi kanan Sungai Barito, yang disebut dengan desa Murung (Lebu Murung). Di sebelah sisi kiri sungai Barito hidup suku dayak lain, yaitu suku Dayak Bakumpai, bermukim di desa Bakumpai (Lebu Bakumpai). Dari muara sungai banyak terdapat pohon bamban (tumbuhan hutan) sampai puncak ongkong (batu) bamban. Lalu sungai ini diberi nama Bamban atau yang lebih populer disebut Sungai Bumban (dalam bahasa Murung, bamban disebut bumban). Desa ini dulunya hutan belantara yang ditumbuhi pohon bakung. Dirung artinya teluk, bakung adalah sejenis pohon pisang tetapi rendah dan tidak berbuah.
Pada masa sering terjadinya perang antar suku dayak, dalam tradisi kayau, masyarakat setempat menanam pohon bakung di teluk sungai untuk membuat benteng pertahanan. Teluk bakung/teluk sungai berada di desa Dirung Bakung. Dalam kehidupan sehari-hari, suatu kebiasaan orang Dayak Murung yang berjalan seperti orang berbaris/berderet memanjang ke belakang, merupakan hal yang aneh bagi kebanyakan orang, tetapi inilah yang terjadi dan nyata adanya. Hal itu dikarenakan warga terbiasa berjalan di hutan melewati jalan setapak yang hanya bisa di lewati satu orang. Anehnya kalau mereka berjalan di jalan yang cukup besar pun, seperti desa mereka sendiri dan bisa dilewati banyak orang, mereka tetap berjalan seperti orang berbaris/berderet memanjang ke belakang.
Masyarakat suku Dayak Murung secara umum hidup sebagai petani, mengingat sekitar desa mereka banyak kebun karet. Di samping itu ada yang bekerja sebagai petani peladang (berpindah), berkebun, mencari ikan di sungai serta mendulang emas dan intan secara tradisional. Sedangkan yang bekerja di sektor pemerintahan hanya sedikit.
sumber:
- soni amelia: mail-archive.com
- gambar-foto: wisayamelayu.com
- gambar-foto: thmtj64.blogspot.com
- wikipedia
- dan sumber lain
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,