Suku Kluet, suatu komunitas suku yang mendiami kota Tapaktuan sebagai ibukota Aceh Selatan.
Suku Kluet mendiami beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah, dan kecamatan Kluet Timur. Daerah Kluet ini dipisahkan oleh sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan bermuara di Lautan Hindia. Bahasa Kluet terbagi atas 3 dialek yaitu Dialek Paya Dapur, Manggamat dan Krueng Kluet. Mata pencahariannya umumnya adalah bertani, berladang dan berkebun.
Kluet sampai saat ini masih memiliki sejumlah adat dan budaya yang masih lestari. Sejumlah sastra lisan masih berkembang dalam komunitas ini. Dikenal dua macam syair dalam masyarakat Kluet, yaitu syair meubobo dan syair meukato. Syair meubobo biasanya digunakan oleh rombongan pengantar pengantin laki-laki (linto baro). Sedangkan syair meukato, merupakan pantun yang berbalas-balas antara rombongan mempelai laki dan rombongan mempelai perempuan.
Pemakai bahasa Kluet semakin hari semakin berkurang. Bahasa Kluet dipakai di wilayah timur laut Tapaktuan dan di sekitar Kutacane, Aceh. Pada tahun 2000, jumlah pemakai bahasa ini mencapai 195.000 orang.
Menurut Prof. Van Vollenhoven, anthropologi, ahli bahasa, dan pakar budaya pada jaman Penjajahan Belanda, menemukan banyak kesamaan adat istiadat asli (sebelum dipengaruhi agama yg masuk belakangan), kesamaan budaya, kesamaan asal etnis, dan kesamaan dasar rumpun bahasa antara Batak Karo dan Pakpak dengan Suku Kluet, Gayo, Alas dan Singkil.
Van Vollenhoven mengklasifikasikan Rumpun Adat ini sebagai Rumpun Budaya Batak.
Menurut cerita rakyat suku Kluet dan suku Alas, bahwa kedua suku ini masih berkerabat dekat, dilihat dari cerita asal usul yang tersimpan dalam kedua kelompok masyarakat ini, bahwa orang Kluet berasal dari Raja Enggang yang merupakan adik dari Raja Patuha di Dairi dan abang dari Raja Lambing yang merupakan nenek moyang marga Selian dan orang Alas di Tanoh Alas dan marga Sebayang di Taneh Karo. Sedangkan Raja Enggang yang merupakan nenek moyang orang Kluet, keturunan pertama di Tanah Kluet adalah marga Pinim.
diolah dari berbagai sumber
dan
http://marhalimselian.wordpress.com/kutacane
Suku Kluet mendiami beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah, dan kecamatan Kluet Timur. Daerah Kluet ini dipisahkan oleh sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan bermuara di Lautan Hindia. Bahasa Kluet terbagi atas 3 dialek yaitu Dialek Paya Dapur, Manggamat dan Krueng Kluet. Mata pencahariannya umumnya adalah bertani, berladang dan berkebun.
Kluet sampai saat ini masih memiliki sejumlah adat dan budaya yang masih lestari. Sejumlah sastra lisan masih berkembang dalam komunitas ini. Dikenal dua macam syair dalam masyarakat Kluet, yaitu syair meubobo dan syair meukato. Syair meubobo biasanya digunakan oleh rombongan pengantar pengantin laki-laki (linto baro). Sedangkan syair meukato, merupakan pantun yang berbalas-balas antara rombongan mempelai laki dan rombongan mempelai perempuan.
Pemakai bahasa Kluet semakin hari semakin berkurang. Bahasa Kluet dipakai di wilayah timur laut Tapaktuan dan di sekitar Kutacane, Aceh. Pada tahun 2000, jumlah pemakai bahasa ini mencapai 195.000 orang.
Menurut Prof. Van Vollenhoven, anthropologi, ahli bahasa, dan pakar budaya pada jaman Penjajahan Belanda, menemukan banyak kesamaan adat istiadat asli (sebelum dipengaruhi agama yg masuk belakangan), kesamaan budaya, kesamaan asal etnis, dan kesamaan dasar rumpun bahasa antara Batak Karo dan Pakpak dengan Suku Kluet, Gayo, Alas dan Singkil.
Van Vollenhoven mengklasifikasikan Rumpun Adat ini sebagai Rumpun Budaya Batak.
Menurut cerita rakyat suku Kluet dan suku Alas, bahwa kedua suku ini masih berkerabat dekat, dilihat dari cerita asal usul yang tersimpan dalam kedua kelompok masyarakat ini, bahwa orang Kluet berasal dari Raja Enggang yang merupakan adik dari Raja Patuha di Dairi dan abang dari Raja Lambing yang merupakan nenek moyang marga Selian dan orang Alas di Tanoh Alas dan marga Sebayang di Taneh Karo. Sedangkan Raja Enggang yang merupakan nenek moyang orang Kluet, keturunan pertama di Tanah Kluet adalah marga Pinim.
diolah dari berbagai sumber
dan
http://marhalimselian.wordpress.com/kutacane
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,