Suku Lewobunga dan suku Lewonara, adalah 2 suku yang terdapat di pulau Adonara kabupaten Flores Timur provinsi Nusa Tenggara Timur.
Suku Lewobunga terutama mendiami desa Lewobunga, sedangkan suku Lewonara menempati desa Lewonara. Kedua desa ini berada di pulau Adonara kabupaten Flores Timur.
Suku Lewobunga, selain menyebut diri mereka sebagai orang Lewobunga, juga menyebut diri mereka sebagai orang Adonara. Begitu juga suku Lewonara, juga menyebut diri mereka sebagai orang Adonara.
Dari cerita rakyat suku Lewobunga, ketika nenek moyang suku Lewobunga memutuskan bermigrasi dari kampung asalnya, Kiwang Ona, kampung yang letaknya persis di tengah badan gunung Ile Boleng, ke wilayah yang disebut-sebut sebagai tanah suku Lewo Nara. Jadi antara suku Lewobunga dan suku Lewonara sejak zaman nenek moyang mereka telah hidup berdampingan.
Antara kedua suku ini sebenarnya sejak dahulu tidak terpisahkan, karena sejak awal mereka telah hidup bertetangga dan berdampingan. Segala aktifitas dilakukan bersama-sama. Kedua suku ini, sejak masa lalu telah terikat hubungan kekeluargaan karena banyak terjadi perkawinancampur di antara mereka. Banyak perempuan asal suku Lewobunga diperistri oleh orang dari suku Lewonara. Demikian juga sebaliknya.
Aktifitas menonjol sehari-hari seperti iris tuak, menyabung ayam, mengerjakan kebun, menjual ternak di pasar, hingga urusan keagamaan maupun pemerintahan, dilakukan secara bersama-sama dalam suasana keakraban. Warga dari kedua suku ini, sejak masa lalu terikat hubungan kekeluargaan karena terjadi perkawinancampur di antara mereka. Banyak perempuan asal suku Lewobunga diperistri oleh orang dari suku Lewonara. Demikian juga sebaliknya.
Dari segi pembangunan, terlihat desa pemukman suku Lewobunga secara fisik lebih menonjol dibanding dengan desa pemukiman suku Lewonara. Demikian pula fasilitas publik seperti sekolah, gereja dan fasilitas kesehatan lebih lengkap yang berada di desa pemukiman suku Lewobunga.
Menurut sejumlah pengamat di Flores Timur, hal ini memicu kecemburuan sosial. Apalagi, sebenarnya wilayah desa suku Lewobunga dahulunya adalah tanah ulayat orang Lewonara. Kondisi ini ternyata sudah berlangsung sejak tahun 1930. Protes yang dilancarkan pihak desa Lewonara, disebut-sebut bertujuan agar suku Lewobunga mengakui kepemilikan ulayat desa suku Lewonara. Pengakuan tersebut ditandai dengan orang Lewobunga harus menyebutkan Lewonara dalam setiap ritual adat, bentuk penghormatan terhadap pemilik ulayat adalah setiap rahang hewan yang dipotong, harus dipersembahkan kepada pihak suku Lewonara.
Suku Lewobunga terutama mendiami desa Lewobunga, sedangkan suku Lewonara menempati desa Lewonara. Kedua desa ini berada di pulau Adonara kabupaten Flores Timur.
Suku Lewobunga, selain menyebut diri mereka sebagai orang Lewobunga, juga menyebut diri mereka sebagai orang Adonara. Begitu juga suku Lewonara, juga menyebut diri mereka sebagai orang Adonara.
Dari cerita rakyat suku Lewobunga, ketika nenek moyang suku Lewobunga memutuskan bermigrasi dari kampung asalnya, Kiwang Ona, kampung yang letaknya persis di tengah badan gunung Ile Boleng, ke wilayah yang disebut-sebut sebagai tanah suku Lewo Nara. Jadi antara suku Lewobunga dan suku Lewonara sejak zaman nenek moyang mereka telah hidup berdampingan.
Antara kedua suku ini sebenarnya sejak dahulu tidak terpisahkan, karena sejak awal mereka telah hidup bertetangga dan berdampingan. Segala aktifitas dilakukan bersama-sama. Kedua suku ini, sejak masa lalu telah terikat hubungan kekeluargaan karena banyak terjadi perkawinancampur di antara mereka. Banyak perempuan asal suku Lewobunga diperistri oleh orang dari suku Lewonara. Demikian juga sebaliknya.
Aktifitas menonjol sehari-hari seperti iris tuak, menyabung ayam, mengerjakan kebun, menjual ternak di pasar, hingga urusan keagamaan maupun pemerintahan, dilakukan secara bersama-sama dalam suasana keakraban. Warga dari kedua suku ini, sejak masa lalu terikat hubungan kekeluargaan karena terjadi perkawinancampur di antara mereka. Banyak perempuan asal suku Lewobunga diperistri oleh orang dari suku Lewonara. Demikian juga sebaliknya.
Dari segi pembangunan, terlihat desa pemukman suku Lewobunga secara fisik lebih menonjol dibanding dengan desa pemukiman suku Lewonara. Demikian pula fasilitas publik seperti sekolah, gereja dan fasilitas kesehatan lebih lengkap yang berada di desa pemukiman suku Lewobunga.
Menurut sejumlah pengamat di Flores Timur, hal ini memicu kecemburuan sosial. Apalagi, sebenarnya wilayah desa suku Lewobunga dahulunya adalah tanah ulayat orang Lewonara. Kondisi ini ternyata sudah berlangsung sejak tahun 1930. Protes yang dilancarkan pihak desa Lewonara, disebut-sebut bertujuan agar suku Lewobunga mengakui kepemilikan ulayat desa suku Lewonara. Pengakuan tersebut ditandai dengan orang Lewobunga harus menyebutkan Lewonara dalam setiap ritual adat, bentuk penghormatan terhadap pemilik ulayat adalah setiap rahang hewan yang dipotong, harus dipersembahkan kepada pihak suku Lewonara.
perseteruan antara suku Lewobunga dan Lewonara |
Akhir-akhir ini, warga kedua suku ini, suku Lewobunga dan suku Lewonara, terjadi perselihan hingga perkelahian yang menyebabkan kematian. Dikarena karena terjadi sengketa masalah tanah, yang diklaim sebagai tanah adat masing-masing.
Perselisihan yang menyebabkan perang antara kedua etnis bertetangga ini, tercatat sejak tahun 1933, 1947, 1958, 1972, 1978, 1996, dan 1912, hingga saat ini kedua suku ini masih bersikeras pada pendirian masing-masing.
Perselisihan yang menyebabkan perang antara kedua etnis bertetangga ini, tercatat sejak tahun 1933, 1947, 1958, 1972, 1978, 1996, dan 1912, hingga saat ini kedua suku ini masih bersikeras pada pendirian masing-masing.
Mereka sangat patuh terhadap hukum adat karena memiliki konsekwensi yang tegas jika dilanggar. jika konsekwensi dari pelanggaran itu tidak dirasakan saat ini, maka akan dirasakan turunannya di kemudian hari. Melanggar adat, konsekwensinya kena penyakit atau mengalami kematian tiba-tiba, sakit berat, dikucilkan dari kampung bahkan dibunuh.
Aktifitas sehari-hari masyarakat suku Lewobunga dan suku Lewonara adalah berkebun di kebun milik mereka dengan menanami berbagai jenis tanaman untuk kebutuhan hidup mereka. Mereka juga memelihara ternak yang hasilnya dijual di pasar.
sumber:
Aktifitas sehari-hari masyarakat suku Lewobunga dan suku Lewonara adalah berkebun di kebun milik mereka dengan menanami berbagai jenis tanaman untuk kebutuhan hidup mereka. Mereka juga memelihara ternak yang hasilnya dijual di pasar.
sumber:
sumber lain dan foto:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,