Suku Buru, Maluku

suku Buru
Suku Buru, adalah suatu kelompok etnis yang terdapat di pulau Buru yang merupakan pulau terbesar kedua setelah pulau Seram di provinsi Maluku Indonesia. Selain di pulau Buru mereka juga terdapat di beberapa pulau lain di Maluku. Populasi suku Buru diperkirakan sebesar 35.000 orang.

Suku Buru, menyebut diri mereka sebagai Gebfuka atau Gebemliar, yang berarti "orang dunia" atau "orang tanah". 

Bahasa sehari-hari suku Buru adalah mengggunakan bahasa Buru. Bahasa Buru termasuk kelompok bahasa Maluku Tengah dari bahasa Malayo-Polynesian. 

Bahasa Buru memiliki 3 sub-bahasa (dialek), yaitu:
  • bahasa Rana, diucapkan oleh suku Rana, 5.000 penutur, selain bahasa Rana, suku ini juga memiliki dialek rahasia, yaitu bahasa "Ligahan".
  • bahasa Masarete, diucapkan oleh suku Masarete
  • bahasa Sama Wae, diucapkan oleh suku Sama Wae
  • bahasa Fogi, diperkirakan sudah punah

Selain berbicara dalam bahasa Buru, mereka juga rata-rata bisa berbicara dalam bahasa Melayu Ambon, tapi dengan logat kental Buru. Suku Buru memiliki nama-nama marga yang khas, yaitu Lesnussa, Latbual, Nurlatu, Lehalima, Wael dan Sigmarlatu.

Suku Buru sebagian beragama Islam terutama yang tinggal di bagian selatan pulau Buru, sebagian lagi yang tinggal di bagian utara pulau Buru beragama Kristen Protestan. Sedangkan yang mempertahankan agama kepercayaan tradisional tersebar di seluruh bagian pulau Buru, dan di daerah tengah pulau yang secara terbuka mengaku pemujaan dewa tertinggi Opo Hebe Snulat dan Nabiat utusan-Nya. 

Rumah tradisional orang Buru sebagian berbentuk rumah panggung, terbuat dari bambu. Atap ditutupi dengan daun kelapa atau alang-alang, dengan lantai ubin menjadi semakin populer. Pakaian tradisional orang Buru, para laki-laki memakai sarung dan tunik panjang mengitari, sedangkan para perempuan mengenakan sarung dan baju pendek. Namun, memiliki perbedaan warna dengan orang Masarete, Wae Sama dan Rana. 

suku Buru di Sawah
Masyarakat suku Buru sebagian besar hidup dalam pertanian padi sawah. Mereka juga memiliki ladang yang ditanami jagung, sagu, ubi jalar dan beberapa jenis rempah-rempah, seperti allspice, pala dan pohon Eucalyptus, yang digunakan untuk minyak aromatik. Selain itu di luar kegiatan berladang mereka juga berburu babi hutan, rusa dan kuskus. Dalam berburu mereka menggunakan senjata tradisional, yaitu parang lurus dan tombak pendek. Suku Buru terkenal sebagai pemburu handal, karena ketrampilan mereka menggunakan tombak.
Kegiatan lain mereka juga menjadi nelayan untuk menangkap ikan tuna di laut. Orang Buru juga banyak yang bekerja di perusahaan-perusahaan industri. 

sumber:
sumber lain dan foto:
  • gambar 1 & 2, scribd.com

7 comments:

  1. kayanya kebalikan
    di selatan lebih banyak beragama kristen
    sedangkan di utara lebih banyak beragama islam
    sekedara saran

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh begitu ya, maaf kalau kami keliru, segera diperiksa dan diperbaiki.
      trims,
      Salam

      Delete
    2. Bu bisa tanya sdki ka? Marga sollisa tu asal dar mana? Danke sblmnya

      Delete
  2. apakah ada makam wali di daerah kab.Buru???

    ReplyDelete
  3. Bisakah di prbanyak koleksi pakaian adat buru,,mulai dari ikat kepala dan bajunya.
    sangt rindu dgn kampung halaman,tp blm pernah ke buru.
    makasih.

    ReplyDelete
  4. Bisakah di prbanyak koleksi pakaian adat buru,,mulai dari ikat kepala dan bajunya.
    sangt rindu dgn kampung halaman,tp blm pernah ke buru.
    makasih.

    ReplyDelete
  5. Masih banyak yg kurang bos , tentang marga asli pulau buru , di beta pung kampong hatawano ( Negeri Tagalisa / petuanan Tagalisa) salah satu desa tertua juga di pulau buru dan marga orang buru yg di desa hatawano antara lain - Warhangan , Tasalisa , Tasidjawa dan masih ada lagi tolong di koreksi lagi yaa biar lengkap 🙏🙏

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,