Suku Tukang Besi, Sulawesi

Wakatobi, tempat suku Tukang Besi
pic yptravel
Suku Tukang Besi, adalah suku yang bermukim di pulau Tukang Besi, yang tersebar di 4 pulau besar Wakatobi. Populasi suku Tukang Besi diperkirakan lebih dari 250.000 orang.

Suku Tukang Besi, termasuk dalam sub-suku dari suku Buton.
Ada 2 kelompok suku yang memiliki identitas sebagai "suku tukang besi", yaitu:
  • suku Tukang Besi Utara, adalah yang menetap di sebelah utara kepulauan Wakatobi. Suku Tukang Besi Utara ini masih berkerabat dengan suku Wolio dan suku Muna. Suku Tukang Besi Utara ini berbicara dalam bahasa Tukang Besi yang mirip dengan bahasa Cia-Cia.
  • suku Tukang Besi Selatan, yang tinggal di sebelah selatan kepulauan Wakatobi. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi sumber penghidupan sehari-hari.

Masyarakat suku Tukang Besi Selatan ini sejak kecil telah mengenal kehidupan laut. Sedari kecil mereka sudah dididik untuk hidup mengarungi laut, bahkan para ibu-ibunya juga sudah terbiasa dengan kehidupan laut.

Di wilayah Buton, pernah berdiri sebuah Kerajaan dan Kesultanan, sekitar abad ke-15. Seorang yang datang dari Johore memasuki wilayah Buton, membangun pemukiman dan mendirikan sebuah Kerajaan, yaitu Kerajaan Buton.. Kekuasaan Kerajaan Buton ini diperintah oleh seorang Raja, yang wilayah kekuasaannya termasuk wilayah kepulauan Tukang Besi.
Pada 1540, agama Islam masuk ke wilayah ini, dan Raja ke-6 meninggalkan keyakinan lamanya dan memeluk agama Islam. Setelah menjadi Islam, sang Raja ini merubah status Kerajaan menjadi Kesultanan, dan sang Raja ini menjadi Sultan pertama di Kesultanan Buton.

Rumah tradisional suku Tukang Besi, dibangun sejajar dengan tanah, dan terbuat kayu yang kuat. Atap terbuat dari papan kecil, daun palem. Rumah mereka hanya memiliki jendela kecil dan sebuah pintu. 

generasi muda
suku Tukang Besi
pic partnersintl
Dalam kehidupan sosial masyarakat suku Tukang Besi ini, mereka sangat menghormati Monogami (satu suami, satu istri). Orang tua terlibat dalam perencanaan perkawinan, para muda-mudi bebas menentukan pasangan mereka. Setelah perkawinan, pasangan suami-istri tinggal dengan keluarga pengantin perempuan, sampai sang suami memiliki rumah sendiri.

Mayoritas suku Tukang Besi adalah penganut agama Islam. Agama Islam berkembang dan diterima dengan baik oleh masyarakat suku Tukang Besi. Beberapa tradisi adat mereka dipengaruhi oleh unsur budaya Islam. Tapi dalam keseharian suku Tukang Besi ini, mereka masih mempercayai adanya makhluk gaib yang dianggap bisa mempengaruhi kehidupan mereka. Makhluk-makhluk gaib adalah roh penjaga, roh panen dan roh jahat yang bisa menyebabkan penyakit. Mereka juga percaya roh nenek moyang mereka membantu keluarga mereka yang sedang sakit. Mereka juga percaya terhadap tempat-tempat keramat, karena dianggap keramat dan sakral, yang akan membawa penyakit atau kesialan apabila dilanggar.

Dalam kehidupan suku Tukang Besi, mereka percaya bahwa setelah mati, mereka akan mengalami reinkarnasi (kelahiran kembali, sebagai wujud manusia yang lain). Keyakinan ini adalah keyakinan yang mengandung unsur Hindu-Budha, sejak masa lalu yang tetap diyakini sampai hari ini.

Kehidupan lain suku Tukang Besi ini, selain berprofesi sebagai nelayan di laut, sebagian dari mereka juga hidup dengan bercocok tanam, mereka menanam ubi yang menjadi makanan utama mereka, yang biasanya dibakar, dan dimakan dengan ikan. Mereka juga menanam padi di sawah dan menanam tanaman jagung. Profesi lain yang ditekuni adalah sebagai Tukang Besi. Profesi sebagai Tukang Besi ini telah dijalani sejak berabad-abad yang lalu, karena trampilnya dalam membuat berbagai peralatan dari besi, maka identitas komunitas mereka pun melekat sebagai suku Tukang Besi. Selain itu mereka juga trampil membuat perahu, sebagai perajin kuningan dan perak, barang pecah-belah, kain tenun dan membuat makanan.

sumber:
sumber lain dan foto:
  • yptravel.com
  • partnersintl.org

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,