Suku Mandar, Sulawesi

suku Mandar
Suku Mandar. merupakan suku asli yang berada di Sulawesi Barat  mendiami kabupaten Polewali, Mandar dan Majene. Penyebaran suku Mandar ini juga berada di provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.. Populasi suku Mandar di Sulawesi Barat diperkirakan lebih dari 260.000 orang dan di Kalimantan Selatan 29.322 orang pada sensus tahun 2000.

Suku Mandar masih berkerabat dengan suku Bugis dan Makassar, karena terdapat kedekatan dalam segi asal-usul sejarah, budaya dan bahasa.
Suku Mandar ini termasuk salah satu suku yang suka hidup di laut, termasuk salah satu suku bahari, tapi mereka berbeda dengan suku Bajo dan suku-suku laut. Pemukiman mereka kebanyakan berhadapan langsung dengan laut lepas.
Mereka menganggap lautan sebagai rumah dan ladang untuk mencari sumber kehidupan.

Dalam catatan sejarah Tana Mandar, dijelaskan bahwa Pitu Ulunna Salu (Tujuh Hulu Sungai) dan Pitu Ba, Bana Binanga (Tujuh Muara Sungai), adalah negara wilayah Mandar. Orang-orang dari wilayah itu, menyatakan diri masih bersaudara dalam kesatuan Mandar. Orang Mandar percaya bahwa mereka berasal dari Ulu Sa' (nenek moyang), yang bernama Tokombong di Wura (laki-laki) dan Towisse di Tallang (perempuan). Mereka itu di sebut juga To-Manurung di Langi.

Kehidupan laut bagi suku Mandar adalah kehidupan yang telah dilakoni sejak ribuan tahun yang lalu, sejak dari zaman nenek moyang mereka yang telah bersahabat dengan laut. Laut bagi mereka adalah pemberi segalanya bagia mereka, yang memberi banyak sumber pengetahuan bagi mereka. Pengetahuan laut mereka adalah rumpon (roppong) adalah merupakan teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang diciptakan oleh para pelaut Mandar, yang terbuat dari rangkaian daun kelapa dan rumput laut, dan satu lagi yaitu perahu sandeq, yang merupakan perahu layar bercadik khas Mandar yang memiliki kecepatan yang tinggi.

Sandeq
pic: banua mandar
Perahu-perahu suku Mandar terbuat dari kayu, namun mampu dengan lincah menyeberangi lautan bebas. Panjang sekitar 8-11 m dan lebar 60-80 cm, dan di sisi kiri dan kanan dipasang cadik dari bambu sebagai penyeimbang. Untuk berlayar, perahu tradisional ini mengandalkan dorongan angin yang ditangkap dengan layar berbentuk segitiga. Layar itu mampu mendorong Sandeq hingga berkecepatan 20 knot. Kecepatan yang tinggi untuk perahu dari kayu.

Pada masa lalu masyarakat suku Mandar memiliki ras nomaden laut, beberapa abad yang lalu, banyak dari mereka melakukan perjalanan melintas laut menyeberang ke pulau-pulau lain, sehingga banyak ditemukan pemukiman suku Mandar di daratan pulau Kalimantan, terutama di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

suku Mandar
(Koleksi Online Museum Belanda www.tropenmuseum.nl)
Suku Mandar memiliki tradisi adat dan bahasa yang sangat kuat. Filosofi hidup dan prinsip hidup mereka berbeda dengan suku Bugis, Makassar, Toraja dan suku lainnya yang menjadi suku tetangga mereka di Sulawesi.

Mayoritas suku Mandar adalah pemeluk agama Islam yang taat, diperkirakan sekitar 90% adalah pemeluk agama Islam, sedangkan pemeluk agama lain hanya sebesar 10%. Beberapa tradisi adat dan budaya suku Mandar banyak dipengaruhi oleh budaya Islam.

Suku Mandar dalam kehidupan sehari-hari untuk bertahan hidup, mayoritas adalah berprofesi sebagai nelayan. Mereka menangkap ikan dengan perahu-perahu layar berukuran kecil selama beberapa hari. Mereka pandai menentukan kapan harus melaut sesuai dengan kondisi angin dan cuaca yang akan mereka hadapi di tengah laut. Selain itu beberapa ada juga yang berprofesi sebagai pedagang. Di halaman rumah, mereka memelihara beberapa hewan ternak untuk melengkapi kebutuhan daging bagi keluarga mereka.

Related

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,