|
tarian suku Sawang |
Suku Sawang, adalah suatu komunitas masyarakat adat yang mendiami wilayah kabupaten Belitung. Suku Sawang ini adalah penduduk asli pulau kabupaten Belitung, yang tersebar di Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur provinsi Bangka Belitung.
Masyarakat suku Sawang dahulunya hidup di laut, hidup di perahu beratap selama berbulan-bulan secar nomaden mencari sumber kehidupan di laut. Mereka membangun pemukiman di pesisir pantai, dan memiliki kebiasaan hidup seperti suku Laut yang berada di Kepulauan Riau. Menurut dugaan suku Sawang ini dahulunya berasal dari daerah Kepulauan Riau, dan masih berkerabat secara rumpun dengan suku Laut. Namun, mereka saat ini tidak lagi 100% sebagai
"orang laut", karena sebagian besar dari mereka telah terbiasa hidup di darat. Sebagian lain masih tetap mempertahankan tradisi hidup
"melaut" nya.
Bahasa Sawang, adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Sawang. Tetapi sepertinya bahasa Sawang ini mulai tergeser oleh bahasa lain yang lebih dominan. Hampir 90% masyarakat suku Sawang tidak lagi menggunakan bahasa aslinya. Mereka merasa malu dan rendah diri apabila berbicara menggunakan bahasa Sawang.
|
pemukiman suku Sawang |
Budaya dan adat-istiadat suku Sawang ini saat ini berada dalam kondisi mengkhawatirkan, karena kebanyakan dari mereka mulai meninggalkan adat dan budaya komunitasnya.Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat suku Sawang cenderung mengadopsi budaya dari daerah lain. Budaya suku Sawang sepertinya hampir tenggelam. Bisa dikatakan kalangan generasi mudanya semakin tidak mengenal budaya sukunya sendiri. Jadi apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka adat, budaya, kebiasaan serta bahasa mereka sendiri akan punah dari kehidupan suku Sawang.
|
tradisi Buang Jong |
Tradisi Suku Sawang yang hingga saat ini masih dipertahankan adalah Tradisi
“Buang Jong”. Buang Jong adalah tradisi dimana komunitas Suku Sawang membuat miniatur perahu yang nantinya akan dilarungkan ke laut lepas bersama beraneka kue yang dibuat oleh mereka. Miniatur perahu yang terbuat dari kayu jeruk antu berisi beberapa kue serta sesaji yang berbentuk seperti ketupat dan ada juga makanan yang dibungkus dengan dedaunan mirip dengan kue lemper. Setelah acara Buang Jung maka selama 3 (tiga) hari, mereka tidak boleh/dilarang untuk ke laut ini merupakan pantangan adat Suku Sawang. Buang Jung ini merupakan acara puncak untuk mengakhiri acara-acara yang telah digelar selama sepekan serta salah satu bentuk rasa syukur mereka kepada Sang Pencipta dan sekaligus memohon perlindungan lahir dan bathin ketika mereka sedang melaut untuk mencari nafkah.
Suku Sawang masih bisa ditemui di provinsi Bangka Belitung, seperti di Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur. Suku Sawang harus tetap mempertahankan komunitas beserta adat, budaya dan bahasanya untuk tetap melestarikan suku Sawang sebagai suatu komunitas suku dan membiarkan mereka hidup di komunitasnya yang kental dengan adat dan budaya tradisional. yang mana sebenarnya suku Sawang masih memiliki nilai adat dan budaya positif yang harus dilestarikan agar tidak hilang tergeser oleh kemajuan zaman.
Masyarakat suku Sawang sudah ada di Babel sejak lama yang dikenal dengan suku laut karena mayoritas dari mereka adalah hidup melaut. Komunitas suku sawang itu lebih memilih tinggal di laut atau di pinggir pantai.
sumber:
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,