suku Poumai |
Pada masa lalu suku Poumai juga terlibat dalam perburuan kepala. Suku Poumai tersebar di lebih dari 100 desa yang dibagi menjadi tiga blok, yaitu Paomata (Paomaitya), Lepaona dan Chillivai. Suku Poumai ini terkenal karena keberanian dan kesetiaan mereka.
Mayoritas suku Poumai saat ini adalah penganut agama Kristen. Suku Poumai berbicara dalam bahasa Poumai yang disebut bahasa Poula.
Istilah Hari dalam bahasa Poumai
- Rahtho = Minggu
- Tapayu = Senin
- Philikhayu = Selasa
- Vekouyu = Rabu
- Thaosoyu = Kamis
- Kidzüyu = Jumat
- Hahpayu = Sabtu
Istilah Bulan dalam bahasa Poumai
- Donükhou = Januari
- Thounükhou = Februari
- Meihakhou = Maret
- Roupakhou = April
- Dukhou = Mei
- Nakhou = Juni
- Yükhou = Juli
- Kaokhou = Agustus
- Laikhou = September
- Ngekhou = Oktober
- Yalupakhou = November
- Dorupakhou = Desember
suku Poumai |
Suku Poumai walaupun termasuk suku Naga, tapi mereka dianggap sebagai suku Naga yang berbeda. Maksudnya berbeda, karena suku Poumai sebelumnya bersama suku Tarao dan Kharam dikenal sebagai "Mao Tribe".
Asal usul suku Poumai, mereka berangkat dari Makhel (Mekhro). Dalam perjalanan waktu, masyarakat Makhel tersebar di wilayah geografis yang berbeda. Beberapa menetap di bagian yang berbeda dari Manipur sementara yang lain telah menetap di Nagaland dan di tempat lain.
Catatan sejarah lisan suku Poumai, menceritakan bahwa orang pertama yang bermukim di Poumai Makhel adalah Khyapou Dukhuo dan Supou Paoyuo, para pemukim di Saranamei. Kelompok Lepaona duduk di Koide bawah keadaan kepala suku dari Napou-Rakhuo. Kelompok Proupuozei (Proumai) bermigrasi dari Makhel dan menetap di Phaofii.
Suku Poumai menyebar ke berbagai daerah. Suku Maram dan suku Thangal dan Paomata bermigrasi ke arah barat daya, Lepaona dan Chillivai bergerak menuju sisi timur dan menetap di sutu, sekarang dikenal sebagai "Saranamei". Dari sini, satu kelompok bergerak lebih jauh ke timur dan menetap di Nafu, juga sekarang dikenal sebagai Koide.
Desa pemukiman suku Poumai berada di puncak bukit atau pegunungan, untuk menjauhkan diri dari perang suku yang pada masa lalu. Umumnya, desa Poumai tidak terlalu besar, sekitar 20 sampai 500 rumah per desa. Rumah biasanya dibangun dalam baris saling berhadapan. Setiap rumah dengan taman di halaman belakang, tumbuh sayuran, buah-buahan, tebu dan bambu. Rumah-rumah dihiasi dengan tengkorak kerbau dan manusia-on-the-papan patung.
Tata kehidupan keluarga Poumai adalah patrilieneal. Sang ayah adalah kepala keluarga dan ia tidak hanya mewakili keluarga dalam segala hal, tetapi juga merupakan penghasil roti keluarga. Tugas ibu adalah membesarkan anak-anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengumpulkan kayu bakar. Anak-anak terlihat setelah tugas sehari-hari orang tua mereka sehingga rasa tanggung jawab dapat dikembangkan yang akan berguna dalam kehidupan mereka di kemudian hari. Bahkan, dari pagi sampai senja anak-anak dikelilingi oleh kegiatan pendidikan.
Suku Pomai memiliki beberapa alat musik, yaitu Lana: mirip sebuah kecapi dengan senar tunggal yang terbuat dari botol dengan bentuk seperti labu kering, Chu: flute adat yang terbuat dari bambu dan Hahkai: tanduk kerbau. Lana dan Hahkai biasanya dimainkan oleh laki-laki.
Pakaian tradisional suku Poumai, adalah gaun laki-laki terdiri dari rok dan kain. Pada hari-hari biasa, para laki-laki hanya menutup sebatas pinggang ke bawah, kecuali pada acara-acara besar. Selama melaksanakan tradisi adat, mereka mengenakan Roh-lai (mahkota), Vee-hoxzü (bulu burung warna-warni), Phao-hah dan Paongi (gading gelang). Perempuan mengenakan Lakiteisha (selendang hitam dengan garis-garis merah dan hijau), Poüpumü (rok putih dengan garis-garis hitam dan hijau), Bao-sa (gelang), Baoda (gelang kuningan), dan Toutah atau Tou (kalung).
Kehidupan masyarakat suku Poumai adalah pada bidang pertanian, terutama pada tanaman padi. Mereka juga memelihara binatang lokal, selain itu pada saat senggang mereka berburu binatang liar dan burung. Mereka trampil membuat minuman Pou-yu (bir beras) sebagai minuman yang populer di kalangan suku Poumai. Kebiasaan orang tua adalah mengunyah tembakau. Mereka juga trampil membuat pot tanah dan peralatan lain seperti tooly (pot beras), vuly (pot kari), naikhaoti (mangkuk kari), khouli (pitcher), duki (dayung) dan ngaki (botol besar untuk fermentasi bir beras).
sumber:
- indianetzone.com
- english wikipedia: foto
- flickrhivemind.net: foto
- dan sumber lain
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,