Suku Chakma, Bangladesh

suku Chakma
Suku Chakma (Changhma/ Changmha), adalah suatu komunitas masyarakat yang mendiami Chittagong Hill di Bangladesh. Selain itu suku Chakma ini juga terdapat di sebelah Timur Laut India dan negara bagian Rakhine di Burma (Myanmar). Populasi mereka adalah yang terbesar di Chittagong Hill. Di Myanmar mereka dikenal sebagai orang Daingnet.

Suku Chakma terdiri dari 46 klan (Gozas). Ada sebuah suku yang dikenal sebagai suku Tangchangya yang dianggap sebagai cabang dari suku Chakma. Antara suku Chakma dan suku Tangchangya berbicara dengan bahasa yang sama, serta kebiasaan, budaya dan memeluk agama yang sama, yaitu agama Theravada Buddhisme.

Secara ras dan bahasa, suku Chakma termasuk dalam rumpun Tibeto-Burman. Mereka masih terkait hubungan erat dengan suku-suku di kaki pegunungan Himalaya. Asal usul mereka diyakini berasal dari Arakan yang pindah ke Bangladesh, menetap di kabupaten Cox Bazar, daerah Korpos Mohol dan tersebar di negara bagian India di Mizoram, Arunachal Pradesh dan Tripura.

Pada dasarnya suku Chakma, dari dahulu berbicara dalam bahasa Chakma yang termasuk keluarga bahasa Tibeto-Burman. Tapi saat ini sebagian besar orang Chakma telah terpengaruh bahasa tetangga mereka yaitu bahasa Chittagonian (sebuah bahasa dari Indo-Arya Timur, yang terkait erat dengan bahasa Bengali). Bahasa Chakma dikenal sebagai bahasa Changma Vaj atau Changma Kodha, yang termasuk bagian dari bahasa Bengali cabang dari Indo-Arya Timur Laut. Suku Chakma juga memiliki script bahasa sendiri yang dikenal sebagai Ojhopath. Bahasa Chakma ditulis dalam aksara yang hampir identik dengan aksara Khmer dan Lanna (Chiangmai), yang sebelumnya digunakan di Kamboja, Laos, Thailand dan bagian selatan Burma.

Istilah penamaan "chakma" diperkirakan berasal dari kata Sanskerta Sakthiman.

gadis suku Chakma
Seperti di Mizoram India dan Tripura, suku Chakma telah tinggal di negara modern Bangladesh jauh sebelum merdeka. Namun, akhir-akhir ini dengan banyaknya migrasi etnis Bengali ke daerah tradisional suku Chakma telah meningkatkan ketegangan di Jalur Bukit Chittagong. Sepertinya pemerintah Bangladesh agak memihak etnis Bengali, sehingga banyak terjadi pemberontakan oleh pihak Chakma. Konflik berakhir dengan Perjanjian Perdamaian pada tahun 1997.

Suku Chakma adalah pengikut Buddha Theravada selama berabad-abad. Pada masa lalu mereka adalah penganut agama Lories (sekte Buddha) yang diamalkan untuk melakukan semua ritual keagamaan dalam masyarakat Chakma. Mereka menggunakan sebuah kitab suci "Agartara". Para pengikut Lories masih ditemukan di daerah pedesaan terpencil, tetapi jumlah mereka mulai menurun karena perkembangan agama Buddhis dalam masyarakat suku Chakma.

Tradisi budaya suku Chakma yang paling penting adalah Festival Bizu dan Festival Buddha Purnima. estval Bizu adalah festival sosial-keagamaan dengan diiringi tarian Bizu.Festival Bizu ini berlangsung selama tiga hari dan dimulai pada hari terakhir dari bulan hari pertama Chaitra.

Suku Chakma terdiri dari 40 goza (septs) atau klan:
  • Anghu atau Amhoo
  • Baburo
  • Boga
  • Bongsha atau Wangjha
  • Borbwa atau Borwa
  • Bar Bungo
  • Guro / Chigon Bungo
  • Bor Chege
  • Chege (ATMR Chege, Bhwa Chege, Bannya Chege,)
  • Mhulheema Chege
  • Khyang Chege / Khyangya atau Khyangjoy
  • Chadonga atau Chadogo
  • Chekkoba atau Chekkaba
  • Dachchya atau Dhachchya
  • Dhamei atau Dhavenga
  • Haia atau Hoia
  • Hedoga
  • Bor Kambhe atau Bor Kammhei
  • Guro Kambhe atau Chigon Kammhei
  • Kudugo
  • Hurohuttye atau Hurohujjye
  • Kngha
  • Larma
  • Lakchara
  • Lebha
  • Mhulheema
  • PWA
  • Bor Phaksa
  • Guro Phaksa atau Chigon Phaksa
  • Pugho atau Pumha
  • Phema
  • Padugo
  • Pittingya atau Pittinghya
  • Pedangchhuri atau Pedangsari
  • Rangi
  • Tonnya
  • Phedungsa Tonnya
  • Puran Teyha
  • Nwa Teyha, dan
  • Uchchari.

sumber:
  • galenfrysinger.com: chakma
  • wikipedia
  • neblog.in: foto
  • english wikipedia: foto
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,