Suku Mashco-Piro

suku Mashco-Piro
Suku Mashco-Piro, adalah salah satu dari 15 suku Indian di Peru yang hidup tanpa ada kontak rutin dengan pihak luar. Hidup secara terasing, tepatnya, meskipun bukti menunjukkan mereka adalah keturunan orang yang memiliki kontak di masa lalu. Suku Mashco-Piro adalah suku nomaden yang hidupnya tergantung pada berburu dan mengumpulkan makanan mereka dari hutan, mereka juga menanam tanaman dan melakukan praktek pertanian

Pada tahun 1894, sebagian besar Suku Mashco-Piro dibantai oleh tentara pribadi Carlos Fitzcarrald, di daerah sungai Manu bagian atas. Kelompok yang selamat mundur ke kawasan hutan terpencil. Penampakan dari anggota Mashco-Piro meningkat pada abad 21. Menurut antropolog Glenn Shepard, yang telah bertemu dengan Mashco-Piro di tahun 1999, peningkatan penampakan anggota suku bisa disebabkan oleh pembalakan liar di daerah dan pesawat yang terbang rendah terkait dengan eksplorasi minyak dan gas.

“Apa gunanya menciptakan sebuah taman nasional di Manu atau menyediakan tempat untuk kelompok terasing jika anda tidak peduli untuk melindungi mereka? " kata seorang penyelamat Rebecca Spooner. "Tidak ada yang tidak realistis tentang hal ini. Yang dibutuhkan adalah pemerintah Peru memiliki kemauan politik yang cukup untuk mengalokasikan sumber daya yang cukup agar tanah Mashco-Piro terlindungi”.

sekelompok orang Mashco-Piro
Pemerintah Peru mengambil langkah besar tahun lalu dengan membuat hukum yang menjamin masyarakat adat memiliki hak untuk berkonsultasi dalam perjanjian dengan setiap proyek yang mempengaruhi mereka, secara efektif sehingga adalah ilegal bagi pemerintah Peru untuk mengizinkan segala macam aktivitas di darat pada lahan suku 'terasing' tersebut.

Pada bulan September 2007, sekelompok ahli ekologi memfilmkan sekitar 20 anggota suku Mashco-Piro dari atas helikopter yang terbang di atas Alto Purus taman nasional. Kelompok ini telah mendirikan kamp di tepi Sungai Las Piedras dekat perbatasan Peru dan Brazil . Para ilmuwan percaya bahwa suku ini lebih memilih untuk membangun pondok-pondok daun palem di tepi sungai pada musim kemarau untuk memancing. Selama musim hujan, mereka masuk ke hutan hujan yang lebat. Pondok serupa juga terlihat di tahun 1980.

Mereka menembakkan anak panah ke arah wisatawan yang melintas dengan perahu. Dan belum lama ini, panah yang tidak dilengkapi bagian tajam diarahkan kepada penjaga taman nasional yang nampaknya adalah sebuah peringatan.
Peristiwa terkini adalah suku Mashco-Piro menembakkan panah ke arah Nicolas 'Shaco' Flores, warga suku berbeda yang mencoba menjalin kontak resmi dengan Mashco-Piro setelah dua dekade.
Antropologis Glenn Shepardunderlines mengatakan serangkaian serangan itu menunjukkan suku Mashco-Piro masih ketakutan untuk berhubungan dengan dunia luar. Sehingga hanya pada jarak sekitar 120 meter, arkeolog Spanyol Diego Cortijo berhasil mengambil gambar anggota suku itu menggunakan sebuah teleskop.
Cortijo berhasil mengambil sejumlah foto paling rinci dari suku yang hampir tak bisa dihubungi ini.

Pada bulan Oktober 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (Peru) merilis video dari suku Mashco-Piro, yang diambil oleh wisatawan Gabriella Galli, seorang pengunjung Italia, ia juga memiliki foto anggota suku Mashco Piro.

Pada 2012, Survival International merilis beberapa foto baru dari anggota suku. Kelompok arkeolog Diego Cortijo Society Geografis Spanyol mengabadikan foto-foto keluarga suku Mashco-Piro di Manu Taman Nasional.

Sementara di sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai Madre de Dios untuk mencari petroglyphs. Setelah 6 hari ekspedisi Pemandu local Nicolas "Shaco" Flores, ditemukan tewas dengan panah bambu tajam tertancap di dalam hatinya, diyakini ia telah tewas oleh anggota suku Mashco-Piro. Flores telah berusaha untuk menjalin kontak permanen dengan kelompok ini 'Mashco-Piro' selama lebih dari dua puluh lima tahun, dan diyakini telah mengenal mereka lebih baik dari orang lain. Flores telah membuat sebuah taman di tepi sungai di depan rumahnya yang memungkinkan 'Mashco-Piro' untuk menggunakannya. Alasan kematiannya tetap tidak jelas. "Ini adalah insiden tragis, menggarisbawahi bahayanya memaksa kontak pada mereka yang begitu tegas menyatakan keinginan mereka untuk bebas," kata Glenn Shepard, seorang teman lama dari Flores. Dia orang yang murah hati dan berani. '

Kekhawatiran terbesar tentang keberadaan suku 'Mashco-Piro' adalah kurangnya pertahanan imunologi terhadap penyakit yang ditularkan orang luar ', yang berarti bahwa bahkan penularan flu bisa saja membunuh mereka.

sumber:

1 comments:

  1. Saya berharap agar pemerintah Peru membetikan perhatian yg serius pada keberadaan dan kelangsungan hidup suku2 di pedalaman hutan Amazone ini. Melihat gambar yg ada, mereka hampir sama dengan Saudara2 kita yg ada dipedalaman Papua, hanya para pria tidak pakai koteka. Kiranya Tuhan memberkati kehidupan saudara2 kita yg msh menjalani hidup nomaden dipedalaman hutan belantara, Amen.

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,