Suku Alune

suku Alune
Suku Alune, adalah salah satu suku tertua di provinsi Maluku yang berada di kabupaten Maluku Tengah, selain itu mereka juga tersebar di pulau-pulau kecil sekitarnya. Kadang-kadang mereka juga dianggap sebagai orang Alifuru. Populasi suku Alune ini diperkirakan lebih dari 17.000 orang.

Suku Alune menurut cerita penuturan masyarat suku Alune, bahwa mereka berasal dari keturunan suku Patasiwa.
Masyarakat suku Alune ini biasanya hidup di daerah pantai. Mereka dianggap berasal dari pulau Seram, dan dari pulau ini lah mereka menyebar ke pulau-pulau sekitarnya terutama di Maluku Tengah. Kadang-kadang mereka juga disebut sebagai orang Seram, sesuai dengan nama pulau tempat mereka berasal. Mereka juga dikategorikan sebagai Suku Terasing oleh pihak Departemen Sosial.

Orang Alune ini memiliki ciri-ciri fisik dengan kulit sawo matang, rambut hitam kejur, dan tinggi sekitar 155-165 cm.

Bahasa yang digunakan oleh suku Alune ini adalah bahasa Alune, yang dikelompokkan ke dalam bahasa Melayu, karena mirip dengan bahasa Melayu Ambon dan Melayu Maluku Utara. Bahasa Alune ini termasuk bahasa Malayo-Polynesian. Bahasa Alune ini dikenal dengan nama bahasa Sapalewa atau bahasa Patasiwa Alfoeren yang memiliki beberapa dialek, walau penuturnya tidak banyak. Dialek paling banyak penuturnya adalah dialek Rambatu.

Orang Alune telah memeluk agama Kristen, yang diperkenalkan oleh misionaris Belanda maupun Portugis. Namun kepercayaan asli nenek moyang seperti percaya kepada roh leluhur masih diyakini sebagai pelindung dan memberi keselamatan kepada kehidupan mereka. Mereka pun percaya kepada roh jahat yang bisa mendatangkan panyakit.

Dalam kehidupan sehari-hari para laki-laki dan perempuan suku Alune mengenakan sedikit kain, karena lingkungan mereka yang lembap. Orang dewasa mengenakan kain pinggang pendek yang terbuat dari serat kulit, sama seperti baju tapa Polynesian. Kain pinggang ini memanjang hingga di atas lutut dan kadang memiliki pola dekoratif.

Pada acara adat tradisional, laki-laki Alune memakai baju perang dengan pedang panjang. Mereka memperagakan aktivitas perang dengan suku-suku lain, seperti yang mereka alami pada masa lalu. Sedangkan para perempuan mengoleksi hasil hutan sambil ditemani anak-anak.

Budaya dan adat-istiadat suku Alune sama seperti suku Wemale, perayaan kedewasaan perempuan Alune adalah peristiwa penting. Mereka juga merupakan tukang kayu berpengalaman. Rumah-rumah kuno Alune berukuran besar dan dibangun dari kayu, ranting dan daun palem.
Budaya dan gaya hidup Alune berubah banyak dalam beberapa dasawarsa terakhir karena dampak konsumerisme. Juga, kekacauan politik dan keagamaan serta konflik di Indonesia memengaruhi banyak pulau di Maluku.

Mereka tergolong orang yang mempunyai sikap ramah, terbuka, suka menghormati orang lain, meskipun sering berkelahi dalam pertemuan-pertemuan adat.
Pada budaya mereka masa lalu, memiliki kebiasaan menghitamkan gigi, para perempuan memakai kain kanune yaitu kain yang terbuat dari kulit kayu. Sedangkan nasi telah dikenal mereka sejak abad terakhir ini, sebagai makanan pokok.

Orang alune dikenal juga sebagai “manusia Nunusaku”, di mana Nunusaku adalah nama sebuah tempat yang berupa danau di puncak sebuah gunung di pulau Seram. Danau sumber mata air dari beberapa cabang sungai itu dianggap suci dan keramat. Tempat inilah yang dipercayai sebagai tempat asal usul manusia asli pulau Seram, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau sekitarnya.

Penarikan garis keturunan dalam sisitem kekerabatannya bersifat patrilineal, dengan adat menetap nikah yang patrilokal. Kedudukan anak laki-laki dipandang lebih tinggi daripada anak perempuan. Hubungan dan pergaulan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan tidak bebas. Suatu perkawinan dilalui dengan peminangan, meskipun antara mereka juga mengenal kawin lari karena pinangan tadi ditolak oleh pihak perempuan. Mereka juga mengenal adat mas kawin.

Mata pencaharian mereka adalah berladang berpindah dengan sistem tebang-bakar (slash and burn) dan meramu sagu. Tanaman utama di ladang itu ialah ubi rambat, talas, pisang, sayur-sayuran. Kebun yang ditinggalkan ditanami dengan pohon cengkeh dan buah-buahan. Mata pencaharian sambilan adalah menyadap getah damar dan berburu binatang. Makanan pokok mereka adalah talas, ubi kayu dan sagu.

sumber:
  • melalatoa, j. 1995. ensiklopedi sukubangsa di Indonesia. jilid a--k. jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan.
  • nelly tobing (ed.) dalam sistem kesatuan setempat daerah maluku (1980/1981)
  • uun-halimah.blogspot.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,