Suku Dayak Punan Bah

suku Dayak Punan Bah
Suku Dayak Punan Bah (Punan Bah-Biau), adalah suatu komunias suku dayak yang disebut sebagai "Punan", yang bermukim di wilayah Malaysia, tepatnya di Sarawak. Uniknya walau mereka disebut sebagai "Punan", tetapi mereka berbeda dengan kelompok suku-suku Dayak Punan lain yang berada di Kalimantan Indonesia.

Di Sarawak Malaysia, suku Dayak Punan Bah, memiliki sebutan lain, yaitu orang Mikuang Bungulan dan orang Aveang Buan. Suku Dayak Punan Bah bukanlah suku pengembara (nomaden) seperti suku-suku Punan lainnya.

Bahasa Punan Bah berbicara dalam bahasa Punan Bah-Biau, salah satu bahasa dari kelompok bahasa Rejang-Sajau. Bahasa ini agak dekat dengan bahasa Dayak Sekapan dan Dayak Kejaman.

Di Sarawak Malaysia, orang Punan Bah kadang disangka mereka sama dengan suku Dayak Penan. Kadang-kadang juga mereka dikelompokkan bersama suku Dayak Kajang dan Orang Ulu. Sebenarnya adalah suku Dayak Punan Bah tidak berhubungan sama sekali dengan suku Dayak Penan, ataupun dengan suku Dayak Kajang dan Orang Ulu.

salah satu acara adat
suku Dayak Punan Bah
Suku Dayak Punan Bah, pada masa dahulu menganut sejenis agama animisme, yang mereka sebut "Besavik". Beberapa abad yang lalu seorang perantau dari suku Dayak Kenyah, bernama Jok Apui, membawa ajaran baru bagi mereka, yaitu agama tradisional suku dayak di Kalimantan, yaitu agama Bungan dibawa oleh Jok Apui, seorang Kenyah dari Kalimantan. Memasuki era 1990-an, banyak masyarakat suku Dayak Punan Bah yang pindah ke agama Kristen, yang dibawa oleh para misionaris Belanda. Agama Kristen bagi masyarakat suku Dayak Punan Bah, membawa hal positif, karena mereka menjadi lebih berpendidikan, dari kehidupan sebelumnya. Pada tahun 2006, hampir setengah dari orang Punan Bah memeluk agama Kristen. Saat ini hanya tinggal para orang-tua yang masih mengamalkan agama Bungan.

Masyarakat suku Dayak Punan Bah memiliki tradisi penguburan yang unik. Apabila ada anggota masyarakat yang meninggal, mereka tidak langsung melakukan penguburan. Tetapi mereka membangun tiang kelirieng yang setinggi 50 meter. Mayat disimpan di Rumah Panjang antara 3 sampai 7 hari. Setelah itu baru penguburan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memberikan waktu lebih banyak bagi kerabat jauh untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum.

Suku Dayak Punan Bah ini hidup pada bidang pertanian seperti berladang di atas bukit, dengan menanam padi sebagai tanaman utama, serta beberapa tanaman tropis, seperti maniok, talas, tebu dan tembakau. Kehidupan hutan juga mereka jalani seperti berburu babi liar, memancing dan mengumpulkan sumber daya hutan sebagai kegiatan penting lain dalam memenuhi ekonomi mereka.

sumber:
  • joshuaproject.net
  • et.bestpicturesof.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,