orang Sikukng |
Istilah Sikukng (Sungkung), berart "bulatan rotan untuk anting-anting", yang berasal dari bahasa Cina Kek yang berarti ‘bulatan rotan’ untuk anting-anting. Suku Dayak Sikukng, menyebut diri mereka sebagai Sikukng, sedangkan suku-suku dayak tetangga mereka menyebut mereka sebagai Sihkoy, sedangkan menurut etnis lain di luar wilayah mereka menyebut mereka sebagai Sungkung.
Bahasa Dayak Sikukng adalah bahasa yang diucapkan di perkampungan Sikukng. Bahasa ini termasuk ke dalam rumpun bahasa Bidayuhik, sedangkan suku Dayak Sikukng, menurut para peneliti dimasukkan ke dalam rumpun suku Dayak Bidayuh.
Asal usul suku Dayak Sikukng, menurut mereka memang mereka berasal dari tempat mereka berada saat ini, yaitu wilayah Sungkung. Dari wilayah inilah mereka menyebar ke berbagai perkampungan hingga sampai ke wilayah Sarawak Malaysia. Menurut penuturan mereka, sebelum berada di wilayah Sungkung sekarang ini, dulu mereka dikenal sebagai suku Bi Sikuk, sebenarnya dulu mereka tinggal di daerah pantai, dan hidup berdampingan dengan suku Dayak Melanau. Tetapi setelah lama menetap di daerah pantai, mereka di serang oleh orang Lanun (bajak laut), kelompok dari orang-orang Iban dan orang-orang Melayu Brunai. Tidak tahan dan tidak kuat bertahan dari serangan bajak laut (lanun), mereka terdesak masuk ke dalam hutan dan mencari tempat baru di daerah pegunungan yang sukar dilalui oleh manusia. Di wilayah baru ini, mereka membangun perkampungan, yang sekarang bernama Sungkung Kompleks yang sekarang berada dalam wilayah kabupaten Bengkayang, dari tempat ini beberapa kelompok meneruskan perjalanan menuju wilayah kabupaten Sanggau dan sampai ke wilayah Sarawak Malaysia.
Walaupun mereka tersebar di beberapa kabupaten hingga ke Malaysia, tetapi adat istiadat dan bahasa yang diucapkan tidak jauh berbeda, hanya terjadi perubahan konsonan bunyi vokal saja.
Saat ini suku Dayak Sikukng adalah penganut agama Kristen Katolik, sebagian besar meninggalkan agama adat dan tradisi adat lama mereka yang masih berhubungan dengan dunia mistis dan dunia roh.
Suku Dayak Sikukng, menjalani pola hidup pada pertanian berladang. Mereka menanami gunung-gunung dengan tanaman padi ladang. Menanam padi bagi mereka adalah sebuah ritual, yang mereka namakan sebagai ritual tanong. Untuk melakukan ritual tanong, cukup oleh pihak keluarga yang ingin melaksanakan ritual tersebut, jadi tidak harus bersama-sama dengan seluruh warga kampung. Apabila panen telah selesai, maka mereka akan mengundang seluruh warga kampung dan merayakan keberhasilan panen dengan mengadakan pesta Nyobekng. Pesta nyobekng ini diikuti oleh seluruh kampung. Tua muda bergembira dan menari bersama sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan, karena telah memberikan hasil panen padi yang bagus.
Selain bertani berladang, mereka juga memanfaatkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti berburu dan mengumpulkan hasil hutan.
sumber:
- entikong.web.id
- kebudayaan-dayak.org
- ichrdd.ca
- m.thejakartapost.com
- wikipedia
- dan sumber lain
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,