Suku Dayak Punti (Pontent)

suku Dayak Punti (Pontent)
Suku Dayak Punti (Pontent), adalah salah satu suku dayak yang bermukim di kecamatan Entikong kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Punti tidak tersebar, mereka mendiami 4 kampung yang berdekatan, yaitu kampung Punti Tapau, kampung Punti Meraga’, kampung Punti Engkaras dan kampung Punti Kayan. Populasi suku Dayak Punti secara keseluruhan diperkirakan sebesar 2.343 orang.

Suku Dayak Punti, dari segi budaya dan adat istiadat, sepintas lalu mirip dengan suku Dayak Sikukng, suku Dayak Suruh, suku Dayak Keramay dan suku Dayak Paus. Kemiripan dilihat dari simbol budaya panca, seperti rumah tempat menyimpan kepala manusia, yang mengindikasikan kesamaan pada ritus kematian. Peneliti Ch. F. H. Duman, mengelompokkan suku Dayak Punti ke dalam rumpun Dayak Klemantan atau Dayak Darat.

Suku Dayak Punti berbicara dalam bahasa Punti. Menurut para peneliti bahasa, bahwa bahasa Punti ini berada di dalam kelompok bahasa Bidayuhik. Tetapi bila diperhatikan aspek tatabunyinya memperlihatkan perbedaan yang kontras dengan bahasa-bahasa dalam kelompok rumpun bahasa Bidayuhik.

Asal usul suku Dayak Punti, diperkirakan sejak tahun 51 SM, dan menurut tua-tua adat, dulu nenek moyang mereka berasal dari hulu sungai Sekayam. Di tempat ini mereka hidup berdampingan dengan suku Dayak Sikukng. Dari hulu sungai Sekayam, mereka pindah ke Sejambu. Tidak lama di Sejambu, mereka melanjutkan perjalanan ke Tintang Kaih. Di Tintang Kaih ini, mereka juga merasa tidak betah, dan mereka pindah lagi di Sepedang. Tetapi di tempat baru ini, di Sepedang, mereka merasa tempat ini tidak cocok untuk mereka, akhirnya mereka pun pindah lagi ke Labak Engkasah, dan melanjutkan perjalananan ke Labak Empeyang dan sampai di Bubung Tebedak. Ternyata mereka juga merasa tempat ini bukan tempat yang cocok bagi mereka. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke sungai Muut, tidak lama di tempat ini mereka mencari tempat lain, dan meneruskan perpindahan mereka, yang akhirnya menemukan suatu tempat yang mereka rasa sangat cocok untuk ditempati, yaitu Punti Tapau. Di tempat ini lah mereka membangun pemukiman perkampungan dan akhirnya menetap sampai sekarang. Seluruh perjalanan mereka diperkirakan karena seringnya terjadi pertikaian antara suku-suku dayak pada masa itu, yang menerapkan tradisi kayau mengayau, dan juga kemungkinan lain mereka menghadapi ancaman-ancaman dari pasukan kerajaan Brunai, kerajaan Sarawak serta dari serangan orang-orang Iban.

Saat ini suku Dayak Punti, bermatapencaharian pada pertanian berladang di daerah dekat hutan perkampungan, memanfaatkan hutan sebagai lahan pertanian berladang, serta berburu dan menangkap ikan mereka lakukan di saat kegiatan berladang sedang tidak ada.

sumber:
  • word-dialect.blogspot.com
  • kebudayaan-dayak.org
  • gambar-foto: salakobato.blogspot.com
  • equator-news.com
  • joshuaproject.net
  • wikipedia
  • dan sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,