Suku Dayak Mualang


tarian suku Dayak Mualang
(jemskalosberlian.co.cc)
suku Dayak Mualang
(mmmaxwell.blogspot.com)
Suku Dayak Mualang, mendiami kecamatan Belitang kabupaten Sekadau, kecamatan Belitang Hilir kabupaten Sekadau, Belitang Hulu kabupaten Sekadau, kecamatan Sepauk kabupaten Sintang di Kalimantan Barat Indonesia. Suku Dayak Mualang dikelompokkan ke dalam rumpun Dayak Ibanic.

Orang Dayak Mualang memiliki ciri fisik mongoloid, wajah bulat, kulit kuning langsat, mata agak sipit, rambut kebanyakan lurus.
Suku Dayak Mualang pada masa lalu termasuk suku yang suka berperang dengan suku di luar komunitasnya, dan juga dikenal tradisi kayau layaknya tradisi sebagian besar suku-suku dayak di Kalimantan, tetapi sejak agama Kristen meresap ke dalam kehidupan masyarakat Dayak Mualang, maka segala tradisi kayau itu pun ditinggalkan. Dahulu orang Dayak Mualang menganut kepercayaan kepada dunia roh dan dunia mistis lainnya, tetapi saat ini sebagian besar dari suku Dayak Mualang telah memeluk agama Kristen. Orang Dayak Mualang rata-rata punya karakter ramah terhadap orang lain dan mudah membaur dengan orang di luar suku Dayak Mualang. Selama 10 tahun terakhir ini wilayah kediaman suku Dayak Mualang banyak dimasuki oleh suku pendatang, seperti melayu, batak dan jawa, tetapi mereka dapat berbaur dengan baik.

Asal usul suku Dayak Mualang diperkirakan sejak 2000 tahun yang lalu berasal dari sebuah tempat atau wilayah yang disebut Temawai/ Temawang Tampun Juah, yakni sebuah wilayah yang subur di hulu sungai Sekayam kabupaten Sanggau Kapuas, tepatnya di hulu kampung Segomun, kecamatan Noyan. Di masa lalu suku Dayak Mualang satu kelompok dengan kelompok rumpun Iban lainnya, yang pada masa itu kelompok rumpun Iban tersebut masih disebut sebagai masyarakat Pangau Banyau (kumpulan orang-orang khayangan dan manusia).

Salah satu kesenian suku Dayak Mualang, yaitu Kana, suatu prosa yang yang dilantunkan secara berirama. Masyarakat Dayak Mualang meyakini kana adalah nyanyian manusia jadi-jadian dari tenggiling. Suatu ketika, dalam upacara adat di rumah panjang, tiba-tiba manusia jadi-jadian itu datang dan menyanyi dengan syair sebagai berikut:
"Begumu becelatu munyi lelabu numpu Putan pinang; Ka’ ngai rang kiba’ betingka’ munyi kebancak lelak de payak langkang; Lungung lidahku bekutah munyi perdah tangkah pulai ngeruah umang tebang; Ka’ lungung becengangeng nema Tengiling begigi rabang".
artinya:
Bergumam menderu seperti bunyi puputan memompa angin ke rongga puputan batang pinang. Enggan rahang kiriku berimbalan seperti bunyi kodok tidak berdaya di lumpur tanpa air. Enggan lidahku bergerak bercerita bagaikan bunyi gagang beliung pulang setelah menuangkan sampah kayu tebangannya. Enggan bergumam bercerita karena tenggiling tak bergigi.


Orang Dayak Mualang, pada masa lalu hidup secara nomaden, membuka hutan dengan cara tebang, tebas dan bakar yang selalu berpindah tempat, juga berburu serta mengumpulkan hasil hutan seperti rotan dan getah karet. Saat ini orang Dayak Mualang telah melangkah maju dan banyak dari mereka yang bersekolah sampai ke perguruan tinggi, dan bekerja pada instansi pemerintah serta menjadi karyawan swasta dan juga tidak sedikit yang berhasil menjalankan usaha sendiri.


sumber:

  • mmmaxwell.blogspot.com
  • dongants.wordpress.com
  • jemskalosberlian.co.cc
  • jasikacommunity.blogspot.com
  • kaltimpost.co.id
  • kaltengpos.web.id
  • theborneopost.com
  • newsabahtimes.com.my
  • dayakbaru.com
  • wikipedia
  • dan beberapa sumber lain

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,