Suku Dayak Agabag

suku Dayak Agabag
(goodreads.com)
Suku Dayak Agabag, adalah salah satu Dayak yang mendiami wilayah kecamatan Sembakung, Sebuku, Lumbis dan sebagian Kabupaten Bulungan, seluruhnya berada di kawasan utara Kalimantan Timur.

Pada zaman dahulu suku Dayak Agabag, terkenal dengan tradisi "kayau", "mengayau" nya, yaitu memenggal kepala musuh atau orang yang dianggap musuh. Tradisi ini berlangsung dalam waktu yang lama hingga pada zaman penjajahan Belanda. Konon, pada awal penjajahan belanda pernah terjadi sekelompok orang suku Dayak Agabag menangkap dan membunuh seorang serdadu Belanda di Mansalong, dan memakannya secara beramai-ramai.
Saat ini semua tradisi kayau dan kanibal tersebut telah ditinggalkan, dan suku Dayak Agabag telah menjadi suku yang ramah bagi siapapun, termasuk pendatang yang sekedar lewat maupun menetap di wilayah mereka.

Menurut beberapa peneliti istilah nama Dayak Agabag diberi nama oleh para pendatang yang memasuki wilayah kediaman suku Dayak Agabag, yaitu suku Dayak Tenggalan/ Tengalan. Sedangkan menurut orang Dayak Agabag sendiri istilah Agabag adalah berasal dari Abag (Cawat). Kata Agabag sendiri sudah lama ada dalam bahasa suku Dayak Agabag sebelum ada kata "dayak".

Suku Dayak Agabag masih banyak ketinggalan dari berbagai sektor. Oleh karena itu eksistensi Dayak Agabag pun semakin tenggelam dalam era yang semakin modern. Tetapi sebenarnya tidaklah sepenuhnya begitu, karena saat ini masyarakat suku Dayak Agabag juga punya keinginan untuk maju dan berdiri sejajar dengan suku-suku Dayak lainnya, dengan hadirnya banyak orang Dayak Agabag yang bekerja pada berbagai sektor, mulai dari perusahaan swasta sampai ke instansi negeri, dan juga banyak yang bersekolah dan kuliah hingga ke jenjang yang tinggi.
Beberapa peneliti sempat menyebutkan suku Dayak Agabag sebagai suku Dayak Tenggalan atau bagian dari suku Dayak Tenggalan, padahal kedua suku ini adalah dua suku yang berbeda. Dari segi bahasa mungkin mirip, tetapi kedua suku ini memang berbeda.
Setelah tenggelam dalam nama Suku Dayak Tenggalan selama beberapa waktu, beberapa orang dari generasi Dayak Agabag melakukan pengkajian secara mendalam terhadap suku yang disebut tenggalan/ tengalan dan ternyata nama ini muncul pada dekade 1970-an dan tidak memiliki ikatan psikologis, sosial dan kultural terhadap suku Dayak Agabag. Untuk menggali kembali sejarah ini yang sempat hilang ini maka digelarkan acara adat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat dan Tokoh-Tokoh adat Dayak Agabag yang disebut dengan ILAU. Dalam Ilau tersebut tergalilah keberadaan suku Dayak Agabag secara mendalam. 
Hal ini disambut gembira oleh masyarakat suku Dayak Agabag, karena saat ini mereka bisa berdiri sendiri, tidak berada dalam bayang-bayang suku Dayak Tenggalan lagi.

tari Gong, suku Dayak Agabag
(maroni.co.id)
Salah satu kebiasaan dari suku Dayak Agabag pada saat mereka berduka, para kerabat berdatangan ke rumah duka menyampaikan bela sungkawa sekaligus mengadakan acara minum-minuman keras kadang-kadang sampai mabuk dengan iringan musik yang cukup keras hingga pagi. Salah satu tarian suku Dayak Agabag adalah Tari Gong, yang populer di kalangan masyarakat suku Dayak Abagag. 

Suku dayak Agabag masih berpegang teguh pada pola hidup nomaden hal ini terlihat dari cara mereka berkebun dan berladang di lahan yang tidak tetap. Secara umum karakter suku Dayak Agabag adalah pekerja keras dan murah hati.


sumber:
- word-dialect.blogspot.com
- armhando.com
- dayakpost.com
- wong168.wordpress.com
- wargakaltim.blogspot.com
- wikipedia
- dan sumber lain

2 comments:

  1. masyarakat agabag sekarang hutan dan tanah ulayat yg selama ini dipertahankan sdh dikuasai olh pengusaha sawit dan akasia, gamana ya kalau nasib generasi selanjutnya.....

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,