Asal Usul Rumpun Dayak Iban (Ibanic)

Asal usul rumpun Dayak Iban (Ibanic), diperkirakan diawali sejak 2000 di sebuah tempat yang disebut Temawai/ Temawang Tampun Juah, yakni sebuah wilayah yang subur di hulu sungai Sekayam kabupaten Sanggau Kapuas, tepatnya di hulu kampung Segomun, kecamatan Noyan. Pada masa itu kelompok rumpun Iban masih disebut sebagai masyarakat Pangau Banyau (kumpulan orang-orang khayangan dan manusia).
Sebelum di Tampun Juah masyarakat Pangau Banyau hidup di daerah bukit Kujau’ dan bukit Ayau, kira-kira di daerah Kapuas Hulu, kemudian pindah ke Air Berurung, Balai Bidai, Tinting Lalang Kuning dan Tampun Juah, dalam pengembaraannya dari satu tempat ke tempat lain, beberapa kelompok kemungkinan berpisah dan membentuk suku tersendiri. Daerah persinggahan terakhir yakni di Tampun Juah. Di sana mereka hidup dan mencapai zaman keemasan dengan tiga puluh buah Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang) dan tiga puluh buah pintu utama. Mereka hidup aman, damai dan harmonis.

Menurut legenda sejarah, sebagian dari masyarakat Pangau Banyau berangkat dan menjadi beberapa kelompok suku dan sub-suku, yaitu:
  1. Sebagian dari masyarakat Pangau Banyau berangkat menyusuri sungai Sai, tembus ke muara sungai ketungau sampai ke Batang Lupar, Kapuas hulu. (kisah ini juga dituturkan oleh suku Dayak Iban di Sadong, Serawak, Malaysia). Dalam pengembaraannya di Batang Lupar, kelompok ini kemudian terpecah dan menjadi beberapa kelompok Ibanic (Batang Lupar, Kantuk, Undup, Gaat, Saribas, Sebuyau, Sebaruk, Skrang, Balau) dan kelompok lain  membentuk kelompok-kelompok suku sendiri dan terpisah.
  2. Kelompok Ketungau. Sebagian lain dari masyarakat Pangau Banyau menyusuri aliran sungai Sai, terus masuk sungai Ketungau, menetap di sana di sepanjang sungai ketungau dan menjadi kelompok kecil diantaranya: Bugao, Banyur, Tabun dan lain-lain.
  3. Kelompok Mualang. Kelompok ini adalah kelompok yang bertahan terakhir di Tampun Juah, karena kelompok ini berpantang pergi, tetapi setelah sekian lama bertahan, akhirnya kelompok ini pun menyusul berangkat meninggalkan tempat asalnya dengan menjadi beberapa kelompok, dengan menyusuri Sungai Sai, sampai di muara sungai Ketungau. Pada suatu ketika salah satu kelompok sedang berburu, mereka menemukan pemburu lain yang berbahasa sama dengan rombongan orang Mualang yang bukan dari komunitas mereka. Orang tersebut mengaku berasal dari Tanah Tabo. Akhirnya mereka bergabung dan berasimilasi dengan masyarakat di Tanah Tabo.
  4. Dayak Lebang Nado, adalah percampuran dari keturunan orang Mualang dengan Melayu hindu.
  5. Mualang Tanjung, Salah satu kelompok Mualang yang menyebar ke Sekadau dan terpecah membentuk beberapa kelompok baru; Mualang Tanjung dan kelompok lainnya berbaur dengan orang Dayak Seberuang, Dayak Desa, Ketungau sesat dan sebagainya. Sebagian lainnya bercampur pula dengan rombongan kelompok Dara Nante. Rombongan Dara Nante menyebar mencari daerah yang disebut Tampun Juah dan mereka bercampur dengan Dayak Mualang dan terbagi menjadi bebeapa kelompok suku-suku kecil yakni: Dayak Kematu”, Dayak Benawas, Dayak Mualang Sekadau di daerah Lawang Kuari.
  6. Dayak Kematu (Senganan), merupakan gabungan dari pecahan rombongan Dara Nante dan Dayak Mualang di sekitar Sekadau, mereka memeluk agama Islam di daerah Sekadau, selanjutnya beberapa kelompok lain yang tidak diketahui asal usulnya ikut bergabung dengan kelompok ini. mereka kemudian menyebut diri mereka sebagai Senganan (keturunan dayak yang beragama Islam).

sumber:
  • mmmaxwell.blogspot.com
  • kaltimpost.co.id
  • kaltengpos.web.id
  • theborneopost.com
  • newsabahtimes.com.my
  • dayakbaru.com
  • wikipedia
  • dan beberapa sumber lain

3 comments:

  1. Saya iban (dau) dari sarawak malaysia. Tampun juah/bejuah & panggau libau/bunyau memang sudah diceritakan kepada kami dari turun temurun... bukan hanya masyarakat iban dau sahaja. Iban saribas, iban balau, iban sebuyau, iban ulu ai, iban sekerang dan ibab batang rajang dan iban iban di kawasan lain di sarawak juga turut bersetuju kalau nenek moyang kami berasal dari tampun bejuah (kalimantan) dan panggau libau sebagai negeri para dewa.. menurut ahli antropologi.. kalau sesuatu masyarakat mempunyai cerita yang sama (walaupun tinggal di daerah/kawasan yang berbeda) berkenaan asal usul mereka atau mempunyai cerita lagenda yang sama.. besar kemungkinan mereka berasal dari satubkawasan yang sama.

    ReplyDelete
  2. Wahh..., tulisan yg menambah wawasan dan kenangan ketika dulu bergaul dg iban sanggau dan putusibau..

    ReplyDelete
  3. Wahh..., tulisan yg menambah wawasan dan kenangan ketika dulu bergaul dg iban sanggau dan putusibau..

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,