Suku Dayak Kerabat

suku Dayak Kerabat
Suku Dayak Kerabat, adalah suatu kelompok masyarakat dayak yang bermukim di kecamatan Sekadau Hulu kabupaten Sekadau provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di hulu sungai Kerabat dan sungai Engkulun.

Suku Dayak Kerabat dulunya disebut sebagai Dayak Penyapat, yang berawal dari peristiwa perang antar suku Dayak Seberuang dan suku Dayak Jawatn. Suku Dayak Kerabat diminta oleh Kerajaan Sekadau untuk menjadi penengah untuk menghentikan pertikaian antara suku Dayak Seberuang dengan suku Dayak Jawatn. Karena posisi suku ini sebagai penyapat (penengah atau benteng) maka disebutlah saat itu sebagai suku Dayak Penyapat. Tetapi di tanah asal mereka berada, yaitu di sungai Ngkulun (Engkulun), mereka dikenal sebagai Dayak Kerabat, maka istilah Kerabat ini lah yang bertahan sampai sekarang. Sedangkan sungai yang menjadi daerah pemukiman suku Dayak Kerabat ini juga disebut sebagai sungai Kerabat.

Suku Dayak Kerabat berbicara menggunakan bahasa Dayak Kerabat, yang sekilas kedengaran mirip dengan bahasa Melayu Sekadau (bahasa Dayak Senganan atau komunitas dayak yang muslim), tetapi sebenarnya bahasa Dayak Kerabat berbeda dengan bahasa Dayak Senganan (Melayu Sekadau), hanya saja gaya mengucapkannya yang terdengar mirip.

Salah satu tradisi adat yang tetap terpelihara sejak zaman nenek moyang dalam masyarakat suku Dayak Kerabat adalah tradisi kompat (mengikir) gigi, yaitu suatu tradisi menuju kedewasaan bagi anak-anak yang telah menginjak usia remaja.
Tradisi adat budaya kompat bagi suku kerabat merupakan kewajiban. Pelaksanaan kompat disesuaikan dengan pesta gawai tutup tahun.

Dua buah pinang tua dikupas untuk menahan gigi geraham anak pada saat dikikiri atau dikompat, sapu tangan untuk menahan bibir pada saat gigi dikikir atau dikompat, kikir kecil untuk mengompat (mengikir) gigi, satu batang lemang bersama satu mangkuk adat berisi beras dan ditimpa satu paha ayam yang sudah dimasak rebus itu, diserahkan kepada sepasang keluarga (bapak dan ibu) yang menjadi saksi dalam pelaksanaan kompat. Satu buah tempayan tuak dihias dan diberi empat batang sedotan bambu. Tuak tersebut dibuka oleh salah seorang yang sudah ditunjuk sebagai saksi adat dalam acara kompat tersebut dan kemudian diminum secara bergiliran. Pembukaan tempayan tuak itu untuk menyatakan bahwa sang anak telah selesai melaksanakan adat kompat dan sekaligus sebagai syukuran atas pesta kompat. Sedangkan yang satu tempayannya lagi diperas dan dihidangkan dengan cawan/gelas kepada semua tamu yang ikut menyaksikan pelaksanaan kompat, dan para tamu yang ikut/hadir saat itu wajib minum tuak tanpa kecuali walaupun hanya sedikit. Sedangkan kepala, hati, dan kaki babi dihidangkan untuk tabas dan dimakan pada saat minum tuak yang pakai sedotan.
Tujuan adat kompat adalah untuk menyadarkan atau mengingatkan pada anak bahwa pada usia tersebut mereka akan mulai menginjak masa remaja, yang dipersiapkan untuk menuju kedewasaan dan kematangan pribadi. Pelaksanaan adat kompat mengarahkan seorang anak untuk bersikap dewasa dalam segala hal. Setelah semua selesai, anak yang dikompat tersebut dinyatakan sudah memasuki masa remaja dan menuju kedewasaan. Jika kelak si anak melakukan suatu pelanggaran sebagai anak remaja dalam pergaulan dan tingkah laku, maka anak tersebut dikenakan adat delapan poku (24 buah mangkuk adat) atau enam belas poku (48 buah mangkuk adat). Untuk menentukan hukuman ini, tergantung besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan oleh sang anak.

Suku Dayak Kerabat, pada masa lalu mempercayai dunia roh dan segala sesuatu hal gaib di alam, dan menganut agama adat layaknya suku-suku dayak di Kalimantan. Tetapi saat ini banyak dari mereka yang telah meninggalkan kepercayaan lama nenek moyang mereka tersebut, dan sebagian besar dari mereka memeluk agama Kristen dan sebagian kecil lainnya memeluk agama Islam dan yang lain tetap mempertahankan kepercayaan lama mereka.

Kehidupan sehari-hari masyarakat suku Dayak Kerabat dalam mempertahankan hidup mereka, adalah dengan cara bertani berladang, serta memanfaatkan hutan untuk mencari sumber kehidupan seperti berburu dan mengumpulkan hasil dari hutan. Selain itu mereka juga menangkap ikan di sungai yang mengalir dekat perkampungan mereka. Untuk menambah kegiatan dan penghasilan mereka juga memelihara beberapa ekor hewan ternak seperti ayam, bebek dan babi.

sumber:
  • joshuaproject.net
  • kebudayaan-dayak.org
  • gambar-foto: antarafoto.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain

4 comments:

  1. terimo'k kaseh banyak dah nulis tentang daya'k kerabat ( terima kasih sudah menulis artikel tentang dayak kerabat). selpanus usel - emperarak

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama om Selpanus,
      trims atas kunjungannya
      Salam .. GBu

      Delete
  2. artikel yo bagus'! suku kito eksploitasi karya ilmiah emang kurng sekali. trimo kasih dah nambah karya ttng suku kito' tu'.

    ReplyDelete
  3. semoga dayak kito berkembang pesat
    by rafael

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,