Suku Boti, Nusa Tenggara Timur

masyarakat suku Boti
Suku Boti, adalah salah satu suku yang berada di kabupaten Timor Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut cerita, bahwa suku Boti termasuk salah satu suku tertua di Nusa Tenggara Timur. Suku Boti hidup di pedalaman. Wilayah pemukiman mereka bisa dikatakan agak terpencil dari daerah lain. Sehingga untuk menuju ke desa Boti, pemukiman suku Boti harus menempuh sekitar 2 jam, dan berjarak 40 km dari kota Soe kabupaten Timor Tengah Selatan. Di perkampungan suku Boti terdiri 77 keluarga dengan jumlah penduduk sekitar 316 orang.

Suku Boti, hidup di lembah Boti, yang terletak di desa Boti kecamatan Ki’e kabupaten Timor Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur. Masyarakat suku Boti sebagian besar tinggal di Lopo (rumah adat) dan bermatapencaharian sebagai petani kebun. 

Masyarakat suku Boti memliki seorang ketua adat, yang disebut sebagai Raja, yang bernama Osif Namah Benu. Di rumah sang Raja inilah yang sering digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil karya dari masyarakat suku Boti. Dalam kehidupan masyarakat suku Boti, ada pembagian tugas yang jelas antara kaum laki-laki dan perempuan. Berdasarkan tradisi, para lelaki bertugas mengurusi permasalahan di luar rumah seperti berkebun dan berburu. Sedangkan kaum perempuan mendapatkan tugas untuk segala urusan rumah tangga.

Suku Boti adalah suku tertua di Nusa Tenggara Timur, dan mereka juga memiliki beberapa tradisi adat yang unik, yaitu tradisi Penyambutan Tamu, dengan tarian yang diiringi Tufu (gendang) dan Laban Ote, serta suguhan kepada tamu berupa pinang atau daun sirih, untuk dinikmati bersama.

tari Perang suku Boti
Dalam kehidupan masyarakat suku Boti, mereka memiliki tradisi unik lainnya, yaitu warga suku Boti tidak diperbolehkan untuk memotong rambut. Baik perempuan atau laki-laki. Semua menggulung rambut di belakang kepala, sehingga terlihat mirip konde. Tradisi ini mereka jalankan sejak lama, yang menurut mereka merupakan penghargaan terhadap rambut. Kebiasaan lain adalah tidak menggunakan alas kaki. Walau pemukiman mereka termasuk terpencil, tapi perkampungan mereka bersih dari sampah maupun kotoran hewan. Selain itu mereka juga memiliki tarian yang berupa Tari Perang, yang memiliki gerak yang unik dan indah.

Makanan pokok suku Boti adalah jagung, ubi dan pepaya. Mereka jarang memakan nasi, walaupun nasi termasuk makanan yang disukai oleh mereka. Dalam memasak, mereka tidak menggunakan penyedap rasa, kecuali menggunakan gula dan garam. Suku Boti juga memegang teguh prinsip monogami atau beristri satu dalam pernikahan warganya. Jika ada yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan aturan adat yang berlaku.

Keunikan lain, adalah masyarakat masih menganut agama kepercayaan Halaika. Mereka belum ada yang memeluk agama Kristen maupun Islam. Mereka percaya pada 2 penguasa alam, yaitu Uis Pah dan Uis Neno. Uis Pah adalah "mama" (ibu), yang yang mengatur, mengawasi dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno sebagai "papa" (ayah), yang merupakan penguasa alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga berdasarkan perbuatan di dunia.

Jika ada warga suku Boti yang melanggar dengan memeluk salah satu agama, maka mereka akan dikenai sanksi dan harus keluar dari komunitas suku Boti. Hal inilah yang dialami oleh Laka Benu, kakak dari Raja Osif Namah Benu. Laka Benu yang seharusnya menjadi putra mahkota, harus dikeluarkan dari suku Boti, karena memeluk agama Kristen.

Sanksi lain juga akan diberikan kepada suku Boti yang melakukan perbuatan melanggar hukum seperti mencuri. Sanksi itu diberikan berdasarkan keputusan bersama seluruh warga, dan berupa perintah untuk memelihara ternak atau tanaman, sampai hasilnya bisa dirasakan seluruh warga.

sumber:
sumber foto:

1 comments:

  1. informasinya sangat menarik..
    saya sudah banyak mendengar cerita tentang suku Boti tapi belum pernah sekali pun berkunjung ke suku Boti. Padahal saya adalah orang Timor juga. rasanya penasaran. semoga suatu saat nanti saya bisa ke tempat mereka.. :)

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,