Suku Karunsie, Sulawesi

suku Karunsi'e
Suku Karunsie (To Karunsi'e), adalah suku yang berdiam di kampung Dongi kecamatan Nuha kabupaten Luwu Timur provinsi Sulawesi Selatan. Populasi suku Karunsi'e diperkirakan sekitar 200 orang.

Suku Karunsi'e berasal dari Sulawesi Tengah, wilayah mereka saat ini masuk dalam wilayah Sulawesi Selatan. Mereka memiliki kerabat dekat yaitu suku Padoe dan suku Tambee, yang bersatu dalam PASITABE, yang merupakan wadah tempat bergabungnya 3 suku, yaitu suku Karunsie, Padoe dan Tambee. Mereka membentuk ini, untuk menyatukan dan mempererat tali persaudaraan ke 3 suku ini yang sebelumnya sempat terpecah dan tersebar-sebar ke berbagai daerah. Dengan adanya PASITABE ini mereka kembali bersatu.

Menurut cerita rakyat bahwa suku Karunsi'e dan suku Tambee dulunya berasal dari suku bangsa Dompipi, yang terbagi menjadi 2 suku yaitu Dompipi To Karunsi’e yang berkampung sekarang di daerah Salonsa (Dongi), Kaporesa, Sinongko dan Pae-Pae. Sedangkan satu lagi adalah Dompipi To Tambe’e Bangkano Tambalako yang berkampung sekarang di daerah Landangi, Koropansu, dan Korolansa.

Suku Karunsi'e berbicara dalam bahasa Karunsi'e yang merupakan sub-bahasa Moro dialek Karunsi'e. Selain itu mereka juga lancar berbicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Sulawesi tapi tetap dengan logat kental Karunsi'e.
Suku Karunsi'e adalah salah satu dari sub-suku Moro yang banyak berdomisili di Morowali provinsi Sulawesi Tengah.

Kampung Dongi, sebagai pemukiman suku Karunsi'e, menurut mereka nama "dongi", berasal dari nama buah dengen yang banyak tumbuh liar di perkampungan ini. Tanaman buah dengen yang bentuknya bulat, saat matang kulit pembungkus buah mekar berwarna kuning bagaikan kipas dengan rasa daging buah manis kecut, adalah tanaman khas yang hanya tumbuh di kabupaten Luwu Timur.

Suku Karunsi'e yang berdiam di kampung Dongi ini, saat ini merasa resah, karena mereka terancam digusur oleh pemerintah setempat yang ingin mengambilalih wilayah pemukiman suku Karunsi'e ini.

Rumah tradisional KarunsiE, 1911 (Museum Volkenkunde/www.geheugenvannederland.nl)
pemukiman dan rumah adat suku Karunsi'e
Daerah pemukiman suku Karunsi'e ini sebenarnya tergolong kaya akan sumber daya alamnya, tanahnya mengandung biji besi yang saat ini diolah jadi nikel dan digarap oleh perusahaan pertambangan asing, PT. Inco Tbk yang kini berganti nama jadi PT. Vale. Namun tetap saja kehidupan mereka tetap sulit. Pasalnya, sejak puluhan tahun mereka berada dalam tekanan intimidasi dari berbagai pihak yang menginginkan mereka meninggalkan perkampungan tersebut. Bahkan, tanah yang diwariskan leluhur mereka, tidak leluasa lagi untuk digarap. Arela tersebut diklaim oleh pihak perusahaan sebagai wilayah yang masuk dalam area pertambangan yang tercantum dalam kontrak karya.
Kehidupan suku Karunsi'e selalu mendapat tekanan, agar mereka merasa tidak nyaman tinggal di kampung Dongi. Mulai dari pencabutan fasilitas listrik, air bersih, pembangunan sekolah, rumah ibadah dan fasilitas umum lainnya. Bahkan, selama ini mereka yang sebenarnya termasuk warga miskin, tidak pernah mendapat jatah raskin. Saat adanya program pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT), mereka juga tidak ikut menikmatinya.

Sementara, beberapa kuburan kuno tempat pemakaman leluhur suku Karunsi'e pun telah lenyap digilas buldozer perusahaan tambang. Kuburan umum suku Karunsi'e saat ini telah dijadikan kompleks perumahan bujang (dormitory) milik perusahaan tambang. Sementara Tasimatoro uta, atau kuburan batu tempat disemayamkanya leluhur suku Karunsi'e yang berada di lereng gunung Pa'opisi, juga lenyap seiring masuknya perusahaan tambang nikel PT. Inco sekitar tahun 1976 yang lalu.
Sebagian lahan perkampungan Dongi, telah berubah jadi fasilitas penunjang perusahaan, seperti lapangan golf, area test drive, perumahan dan kantor.

suku Karunsie
Masyarakat adat Karunsi'e terus melakukan perlawanan agar tetap bisa mempertahakan kampung Dongi yang dirampas oleh perusahaan asing yang bekerja sama dengan pemerintah setempat. Seperti itulah ketidakadilan yang diterima suku Karunsi'e yang secara perlahan-lahan kampung mereka dirampas dan diambil secara paksa oleh pemerintah setempat.

Orang Karunsi'e pada umumnya bertahan hidup pada bidang pertanian, mereka memiliki kebun yang ditanami beberapa jenis tanaman seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung dan beberapa tanaman lain. Selain itu beberapa dari mereka bekerja sebagai buruh di perusahaan-perusahaan swasta.

sumber:
sumber lain dan foto:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,