Suku Toundanouw

Suku Toundanouw, adalah suatu sub-suku Miinahasa yang menetap di daerah banyak danau, salah satu danau terbesar di daerah pemukiman orang Toundanouw ini adalah danau Bulilin, yang berada di kabupaten Minahasa Tenggara provinsi Sulawesi Utara.

danau Bulilin
Istilah orang Toundanouw ini mirip dengan salah satu etnis Minahasa lain, yang dikenal sebagai orang Tondano, tapi 2 kelompok ini berbeda, karena orang Tondano menetap di daerah sekitar danau Tondano, sedangkan orang Toundanouw hidup di sekitar danau Bulilin yang berada di kabupaten Minahasa Tenggara. Yang menarik dari orang Toundanouw ini adalah, sebelum ada istilah Tondano di daerah Tondano, mereka telah menamakan diri mereka sebagai orang Toundanouw. Selain itu ditinjau dari asal-usul nenek moyang, orang Toundanouw dan orang Tondano berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu berasal dari keturunan orang-orang dari Tifore (Tafure atau Tidore), yang pada awalnya menetap di daerah Atep yang hijrah ke pedalaman. Sehingga kedua etnis ini memiliki kebiasaan yang sama, yaitu hidup di sekitar danau.

Pada masa lalu, ketika suku-suku di Minahasa belum bersatu, sering terjadi peperangan antar suku, bahkan sempat terjadi pengayauan (potong kepala) di antara mereka. Melihat peperangan antar walak (kelompok Taranak) terus berlangsung, sekitar tahun 670, beberapa Walian dan Tonaas menyadari akan pentingnya suatu musyawarah di dalam usaha menciptakan kembali akan persatuan dan kesatuan yang berlangsung di sekitar kaki Gunung Tonderukan. Di tempat itu, terdapat sebuah batu “Tumotowa” tempat pelaksanaan ritual Poso (J. G. F. Riedel, The Minahasa, 1862). Kendati berlangsung alot, namun musyawarah yang dipimpin oleh Tonaas Kapero yang berasal dari kelompok Pasiowan Telu bersama Muntu Untu dari golongan Makarua Siow sebagai panitera/notulis dan Mandey sebagai saksi, berhasil mencapai beberapa kesepakatan penting, di antaranya:
  • menerima penetapan pembagian pemukiman setiap kaum Taranak
  • setiap kaum Taranak dapat mengembangkan ketentuan adat dan ritual yang tetap berlandaskan kepercayaan terhadap Empung Walian Wangko (Tuhan Yang Maha Agung) dan opo (leluhur).
  • setiap kaum Taranak dapat mengembangkan bahasa sesuai kehendak masing-masing, namun semuanya tetap mengaku sebagai satu Kasuruan, yang tidak dapat dicerai-beraikan oleh siapapun.
Selanjutnya pembagian wilayah pemukiman diatur dan dibagi menjadi 7 Taranak, salah satunya adalah Kaum Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Kamboyan, menuju ke dataran sekitar Danau Bulilin, tempat asal mereka semula dan mendiami pemukiman di Bukit Batu, Kali dan Abur. Kelompok dan keturunan mereka inilah yang disebut orang Toundanouw, yang berarti "orang yang tinggal di sekitar air".

Pakasa'an Toundanouw berasal dari Pakasa'an Tountewoh, yang terpecah menjadi 3 pakasa'an, yaitu Pakasa'an Tonsea, Pakasa'an Tondano dan Pakasa'an Toundanouw. 
Sedangkan Pakasa'an Toundanouw terdiri dari 2 walak, yaitu walak Tombatu dan walak Tonsawang, yang sekarang menjadi etnis tersendiri di wilayah kabupaten Minahasa Tenggara.
Walak Tombatu dan walak Tonsawang, hidup berdampingan di satu wilayah di kabupaten Minahasa Tenggara, dan banyak terjadi perkawinan silang di antara mereka, sehingga saat ini mereka lebih populer dengan sebutan sebagai orang Tonsawang, tapi mereka juga tetap mengakui diri mereka sebagai satu kesatuan sebagai orang Toundanouw.

keterangan:
  • pakasa'an :  kelompok (anak suku Minahasa)
  • walak        :  klan (kelompok yang lebih kecil dari pakasa'an)
sumber:
sumber lain dan foto:
  • mop-1.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,