Suku Kaili Unde, Sulawesi

suku Kaili Unde
pic: imageshack
Suku Kaili Unde, adalah salah satu subfamili Kaili, yang menghuni wilayah bagian selatan kabupaten Donggala dan juga mendiami sisi barat pegunungan Teluk Palu. Populasi suku Kaili Unde diperkirakan telah mencapai sebesar 30.000 orang.

Dalam bahasa Kaili Unde, arti kata "unde" berarti "tidak". Bahasa Unde disebut juga sebagai bahasa Kaili dialek Unde.

Desa pemukiman suku Kaili Unde terdiri dari rumah-rumah yang dibangun dengan bentuk rumah panggung. Bagi suku Kaili Unde, kehidupan keluarga sangat penting bagi mereka. Mereka memberikan kehormatan besar dan kepatuhan kepada orang tua. Keputusan selalu dibuat oleh keluarga secara keseluruhan dan berdasarkan tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Tradisi adat yang utama bagi mereka adalah upacara Nokeso dan Nologo, yaitu sebuah upacara adat yang dilaksanakan untuk menyambut seorang anak 12 tahun, dianggap mulai menjalani hidup sebagai manusia dewasa. Orang muda ini kemudian diberi gelar "Toniasa" yang berasal dari kata tona (orang) dan nipaka asa (membuat orang dewasa).
Untuk adat pernikahan adalah campuran dari pengaruh Islam dan tradisional. Keluarga pengantin wanita menentukan harga pengantin wanita sesuai dengan status sosial gadis itu. Pernikahan antara sepupu pertama diizinkan antara Kaili Unde. Meskipun poligami diperbolehkan tapi sangat jarang terjadi. Setelah menikah, pasangan biasanya hidup dengan salah satu keluarga mereka sampai mereka memiliki anak.

Laki-laki Kaili Unde
pic: joshuaproject
Suku Kaili Unde juga memiliki alat musik sejenis seruling, yang disebut lalove, yang dimainkan untuk mengiringi Balia (dukun tradisional). Menurut keyakinan mereka, lalove tidak boleh sewenang-wenang ditiup atau dimainkan. Hanya Bule (peniup khusus) yang diperbolehkan untuk meniup Lalove. Lalove sangat penting dalam upacara penyembuhan. Upacara ini diiringi oleh beberapa orang penari dan dimulai pada waktu malam hari hingga sampai keesokan sore harinya.

Mayoritas suku Kaili Unde adalah penganut agama Islam yang taat. Mereka mengkombinasikan beberapa tradisi lama animisme mereka dengan beberapa ajaran Islam, menurut mereka hanya disesuaikan, mana yang bertentangan dengan agama akan dihapuskan. Sebagian dari orang Kaili Unde masih meyakini kemampuan dukun untuk mencegah sakit atau untuk mengusir roh-roh jahat. Ketika akan memasuki rumah baru, mereka selalu memberikan semacam sesaji kepada roh-roh baik dan jahat. Semakin besar rumah yang akan dihuni, maka semakin besar pula sesaji yang dibutuhkan.

Suku Kaili Unde bertahan hidup pada bidang pertanian di lereng-lereng bukit. Mereka menanam kelapa untuk mendapatkan hasil kopra, dan mereka juga menanam kakao. Sejumlah orang memilih mencari nafkah sebagai pedagang. Sekelompok kecil masyarakat memilih hidup sebagai nelayan.

sumber bacaan:
sumber foto:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,