Suku Gayo Deret

Suku Gayo Deret, disebut juga sebagai Gayo Linge, adalah sub-suku Gayo yang berdiam di daerah Linge dan sekitarnya (masih merupakan bagian wilayah kabupaten Aceh Tengah di provinsi Aceh.

Kebudayaan dan adat-istiadat sub-suku Gayo Deret, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan dengan sub-suku Gayo lainnya, seperti Gayo Serbejadi (Lukup), Gayo Kalul, Gayo Lut dan Gayo Lues. Hanya saja dibedakan dari aksen yang digunakan, mereka memiliki aksen sedikit berbeda dengan sub-bahasa Gayo lainnya.

Di wilayah Gayo Deret inilah dahulunya pernah berdiri sebuah kerajaan besar sekitar abad X, yang bernama Kerajaan Linge (Kerajaan Lingga). Kerajaan Lingga ini adalah kerajaan yang didirikan oleh orang-orang Gayo pada masa lalu, yang raja pertamanya bernama Genali. Konon, orang Gayo lah pemeluk Islam lebih dahulu daripada orang Aceh yang menjadi mayoritas di provinsi Aceh ini.

koin peninggalan Kerajaan Linge
Orang Gayo Deret, dilihat dari adat-istiadat dan budaya, tidak jauh berbeda dengan adat-istiadat dan budaya dari puak Gayo yang lain. Hanya terdapat perbedaan istilah saja dalam penyebutan beberapa istilah budaya dan adat-istiadat mereka. Menurut mereka orang Gayo Deret dengan puak Gayo lainnya, adalah sama, hanya karena terpisah oleh wilayah yang berbeda saja, maka mereka disebut sebagai Gayo Deret. Sedangkan istilah Deret sendiri, tidak diketahui berasal dari mana. Tetapi beberapa orang tua dari masyarakat Gayo Deret mengatakan bahwa Deret, adalah nama seseorang yang dahulunya diberi tugas oleh sang Raja mereka untuk memelihara seluruh jenis binatang yang berada di wilayah adat mereka ini.

Kehidupan masyarakat Gayo Deret juga semakin maju dari tahun ke tahun, mereka semakin menunjukkan eksistensi sebagai orang Gayo, walau berada di tengah-tengah budaya mayoritas suku Aceh di provinsi Aceh ini. Dahulu mereka dalam berkomunikasi dengan masyarakat lain di luar komunitas mereka, biasanya mengaku sebagai orang Aceh, karena kuatir kalau menyebut kata "dari gayo", karena "konon" orang tidak tahu apa itu "orang gayo". Tetapi saat ini, mereka lebih berani untuk menyebut diri sebagai orang Gayo, dan bukan Aceh lagi. Karena secara budaya dan adat-istiadat, mereka berbeda dengan budaya dan adat-istiadat Aceh.
Dilihat dari ciri fisik dan bahasa, orang Gayo berbeda dengan orang Aceh. Bahasa Gayo justru lebih berkerabat dengan bahasa Batak, terutama dengan bahasa Batak Karo dan Batak Pakpak.

Masyarakat Gayo Deret, awalnya hidup pada bidang pertanian, perladangan serta bercocok tanam berbagai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Saat ini mereka lebih mencoba pada tanaman keras seperti kopi, kakao dan lain-lain.

diolah dari berbagai sumber

foto:
  • ayundafirsty.blogspot.com
  • lintasgayo.com

8 comments:

  1. Saya adalah orang asli Gayo Deret.Sedikit koreksi untuk artikel, Gayo Deret bukanlah Sub Suku GAYO. Sebagaimana Aceh Utara, Pidie dan Aceh Besar juga bukan Sub Suku Aceh.

    Deret dalam bahasa Gayo berarti 'luar', itu hanya mengindikasikan daerah tempat berdomisili. Bahkan dari segi dialek pun, nyaris tidak ada orang yang bisa membedakan dialek Gayo Deret dengan Gayo Lut bagian Uken (hulu), perbedaan dialek Gayo Lut Uken dan ToA justru lebih mudah diidentifikasi, dibandingkan dialek Gayo Deret dengan Gayo Lut Uken.

    Yang membedakan orang Gayo Deret dengan Gayo Lut lebih banyak pada bidang usaha. Gayo Lut yang terletak di dataran tinggi yang sejuk penduduknya banyak bertani kopi dan hortikultura.

    Sementara Gayo Deret yang terletak di dataran rendah yang lebih hangat, terkenal sebagai peternak kerbau dan banyak memiliki sawah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Unknown,
      istilah "sub" di atas bukan untuk membedakan antara Gayo Deret dengan Gayo lainnya, tapi sekedar menunjukkan perbedaan wilayah dan dialek saja, karena semuanya memang "satu" sebagai orang Gayo. ...
      Trims ya untuk masukkannya. Salam

      Delete
    2. Dialek, sekali lagi tidak ada bedanya antara Gayo Deret dengan Gayo Lut bagian Uken yang merupakan mayoritas di wilayah Lut

      Delete
  2. Oh ya,tarian yang dijadikan ilustrasi gambar ini juga bukan tarian GAYO. Itu tari Aceh bernama "rateeb meuseukat" yang selama ini telah secara keliru dipahami sebagai SAMAN.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh begitu ya ..
      nanti kami periksa lagi
      trims

      Delete
    2. Iya silahkan, karena isu saman ini agak sensitif sekarang. Kami di GAYO merasa Aceh telah memanipulasi Saman milik kami untuk diakui sebagai milik mereka. SAMAN tidak pernah dan tidak pernah ditarikan

      Delete
    3. SAMAN adalah tarian untuk laki-laki, tidak pernah dan tidak boleh ditarikan oleh perempuan. Baca http://www.acehvision.com/2009/11/konsep-jihad-dalam-saman.html

      Kemudian tambahan lagi, tari saman mengakar di GAYO LUES dan GAYO SERBEJADI. Di Gayo Deret saman tidak mengajar, simbol paling pas untuk Gayo Deret adalah Kerbau.

      Delete
    4. terima kasih bang Unknown, untuk koreksinya,
      jadi semakin memperjelas dan menegaskan wawasan budaya kita, agar tidak salah dalam menafsir budaya ...
      Salam akrab

      Delete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,