Suku Sakai

suku Sakai
Suku Sakai adalah suku asli hutan pedalaman yang tersebar di kecamatan Mandau, kabupaten Bengkalis, propinsi Riau. Mereka merupakan komunitas asli suku pedalaman yang hidup dan dikelompokkan sebagai kelompok terasing yang hidup berpindah-pindah. Dari tempat tinggal, masyarakat Sakai dapat dibedakan menjadi Sakai Luar dan Sakai Dalam.

Suku Sakai Dalam, merupakan warga Sakai yang masih hidup setengah menetap dalam rimba belantara, dengan mata pencarian berburu, menangkap ikan dan mengambil hasil hutan. Sedangkan suku Sakai Luar, yang telah menetap di perkampungan berdampingan dengan pemukiman suku-suku lainnya.

Suku Sakai tergolong dalam ras Veddoid (Weddoid), memiliki ciri-ciri rambut keriting berombak. Kulit coklat kehitaman, tinggi sekitar 155 cm. 

Orang Sakai berbicara dalam bahasa Sakai. Suatu keunikan dalam bahasa Sakai ini adalah banyak kemiripan dan juga dialek yang diguakan mendekati logat-logat bahasa batak Mandailing, bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu.

pemukiman suku Sakai
Hidup secara berpindah-pindah, membuka ladang dan pindah ke bagian hutan lain. Tetapi karena mulai terkikisnya kawasan hutan akibat pengembangan industri, pertambangan, usaha kehutanan, perkebunan dll yang dikelola pemerintahan setempat, akibatnya suku ini mulai kehilangan sumber penghidupan.

Beberapa tradisi yang diamalkan oleh suku Sakai ini masih mengandung unsur animisme dan dinamisme.
Pada masyarakat suku Sakai masih ditemukan upacara yang berkaitan dengan daur hidup (life cycle). Pelaksanaan upacara tersebut dilaksanakan secara turun temurun yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku Sakai.
Adapun upacara tersebut antara lain:
  • Upacara kematian
  • Upacara kelahiran
  • Upacara pernikahan
  • Upacara penobatan batin (orang yang dituakan atau pemimpin suku) baru.
Selain upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup (ife cycle) ada juga upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam diantaranya,
  • Upacara menanam padi
  • Upacara menyiang
  • Upacara sorang sirih
  • Upacara tolak bala.

Pada saat ini sebagian masyarakat suku Sakai sudah memeluk agama Islam dan memperoleh pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

salah satu ritual adat suku Sakai
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sakai tidak hanya bekerja sebagai peramu tetapi sudah ada yang bekerja sebagai guru, pegawai negeri, pedagang, petani dan nelayan. Walaupun sudah mengalami perubahan dalam masyarakat Sakai tetapi masih berkaitan dengan upacara daur hidup masih melekat dalam kehidupan mereka. Mereka beranggapan apabila tidak melaksanakan upacara tersebut akan mendapatkan musibah menurut kepercayaan mereka, yaitu akan diganggu oleh makhluk-makhluk gaib yang dinamakan antu (hantu).

sumber:
  • tribunpekanbaru.com
  • onlineallarticles.blogspot.com
  • wikipedia
  • dan sumber lain
foto:
  • gambar-3: onlineallarticles.blogspot.com

1 comments:

  1. Terima kasih infonya, sangat menarik!!! Kunjungi juga blog saya
    https://www.okeword.com

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,