Suku Suka, Nusa Tenggara Timur

Suku Suka, merupakan suatu kelompok masyarakat yang bermukim di kabupaten Manggarai Timur provinsi Nusa Tenggara Timur.

Selain suku Suka yang bermukim di Manggarai, juga terdapat beberapa suku lain yang masih saudara atau kerabat dari suku Suka, yaitu suku Todo, suku Pongkor, suku Ruteng Pu'u dan suku Congkar.

Tidak banyak yang banyak dapat ditelusuri dari suku Suka dan suku-suku kerabatnya, karena minimnya informasi tentang keberadaan suku Suka dan suku-suku kerabatnya. Satu-satunya informasi yang didapat tentang mereka, adalah dari satu cerita rakyat yang masih terpelihara dalam masyarakat di Manggarai.

Cerita rakyat tersebut adalah:

Konon, di puncak Mandosawu hiduplah sepasang suami isteri yg bernama Jun dan Jendu. Mereka mempunyai 5 orang anak laki-laki. Selain itu, mereka juga memiliki anak-anak lain berupa poti koing (makhluk gaib), darat (dedemit), nepa' (ular sanca), ka' (burung gagak), dan beberapa jenis binatang lainnya.

Karena begitu banyaknya anak mereka dengan berbagai karakter yang berbeda, keseharian keluarga ini selalu diwarnai pertengkaran dan perselisihan. Akhirnya, sang ayah memutuskan untuk memisahkan anak-anaknya dengan menempatkan ke 5 anak laki-lakinya di berbagai wilayah di Manggarai untuk bisa hidup mandiri.

Keturunan dari ke 5 anak laki-laki ini, menjadi beberapa suku penting di Manggarai.
  1. Anak pertama, dari keturunannya menghasilkan suku Todo,
  2. Anak kedua, dari keturunannya menghasilkan suku Pongkor,
  3. Anak ketiga, dari keturunannya menghasilkan suku Ruteng Pu'u,
  4. Anak keempat menurunkan suku Congkar,
  5. Anak ke 5 lah yang merupakan nenek moyang suku Suka.

Ketika kelima anak ini keluar dari Mandosawu, usia si bungsu yg diberi nama Ndolu masih sangat muda. Oleh sebab itu, dalam perjalanannya ke arah timur ia ditemani dan dipandu oleh beberapa saudaranya berupa nepa', ka', dan poti koing.

Setelah menempuh perjalanan jauh yang cukup lama dan melelahkan, maka tibalah mereka di tempat tujuan yaitu di Pong Suka dalam kawasan pegunungan Poco Mbengan yg kini terletak di desa Ranakolong kecamatan kota Komba.

Selama berada di Pong Suka kedua saudaranya mengajari dan membimbing si bungsu untuk bisa membangun pondok, mencari makanan dan berkebun. Setelah si bungsu dirasa sudah bisa mengurusi dirinya sendiri ketiga saudaranya pun pulang ke Mandosawu dan meninggalkan si bungsu sendirian.

Diceritakan, bahwa dalam kesendiriannya si bungsu yang kala itu mulai beranjak dewasa merasa sangat kesepian. Ia pun merindukan kedua orang tuanya serta saudara-saudaranya di Mandosawu sampai suatu ketika di Pong Suka terjadilah hujan lebat tanpa henti selama 7 hari 7 malam. Ketika hujan mulai reda pada hari ketujuh, terjadilah suatu keajaiban. Tiba-tiba, muncullah seorang gadis cantik di hadapan si bungsu. Gadis inilah yang menemani dan mengisi hari-hari si bungsu. Dengan hadirnya gadis cantik tersebut maka kesepian, kerinduan dan kegamangan si bungsu pun berbubah menjadi kegembiraan, suka cita dan harapan. Akhirnya, mereka hidup bahagia sebagai suami isteri dan memiliki keturunan. Di kemudian hari, anak-anak dari pasangan inilah yang menjadi cikal bakal keturunan suku Suka di Manggarai Timur yang sekarang ini tersebar dan mendiami wilayah Ronggakoe dan sekitarnya.

Dalam sejarah perkembangannya, dengan alasan yang tidak disebutkan salah satu dari keturunan suku Suka di Manggarai Timur bermigrasi ke arah barat. Keturunan Suka pun menyebar ke daerah Kolang di Kuwus, Manggarai Barat. Sampai sekarang, baik suku Suka di Ronggakoe maupun di Kolang tidak memungkiri bahwa mereka merupakan saudara yang berasal dari nenek moyang yang sama di Pong Suka.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,