Suku Komodo, Nusa Tenggara Timur

Komodo
Di pulau Komodo, yang selama ini lebih dikenal sebagai tempat hidupnya binatang sejenis biawak berukuran raksasa, yang hampir seukuran dengan buaya, yaitu binatang Komodo. Ternyata pulau ini terdapat penduduk atau sekelompok masyarakat yang tinggal di sebuah desa bernama desa Komodo, yang menyebut diri mereka sebagai suku Komodo.  Populasi suku Komodo di pulau Komodo ini sekitar 2000 orang.

Ladida, tradisi suku Komodo
Suku Komodo telah menghuni pulau Komodo ini sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Sampai hari ini mereka memiliki adat-istiadat sendiri yang tetap mereka pertahankan. Suku Komodo hidup berdampingan dengan binatang Komodo sejak dari zaman nenek moyang mereka pertama kali hadir di pulau ini. Mereka memandang hewan ini sebagai saudara. Bahkan konon, orang-orang Suku Komodo bisa berkomunikasi dengan Komodo. Oleh karena itu, dari cerita mereka, jarang penduduk desa Komodo yang diserang oleh binatang Komodo. Mereka seakan dapat hidup berdampingan dengan harmonis dengan komodo yang buas.

suasana desa Komodo
Desa Komodo yang berada di pulau Komodo, masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yang terletak di kecamatan Komodo kabupaten Manggarai Barat provinsi Nusa Tenggara Timur. Walau mereka berada di wilayah Manggarai, tapi mereka mengaku sebagai suku Komodo, bukan sebagai suku Manggarai.

Secara fisik, masyarakat suku Komodo memiliki kulit lebih cerah dibanding dengan masyarakat Flores yang berkulit lebih gelap. Masyarakat suku Komodo juga memiliki bahasa sendiri, yang mereka sebut sebagai bahasa Komodo. Mereka menjadi mayoritas penduduk di desa Komodo, sedangkan sebagian kecil terdapat juga suku-suku peranakan Bugis dan Bima.

Rumah-rumah suku Komodo, pada umumnya berbentuk rumah panggung. Rumah panggung menjadi tipikal rumah di pulau Komodo. Selain itu rata-rata rumah penduduk di desa Komodo ini, dibangun bertingkat dan dan bentuk atap bersilang. Bentuk bangunan seperti ini, menurut mereka ada artinya, yaitu Sabalong Samalewa, yang artinya adalah sama tinggi sama rata. Rumah panggung suku Komodo dibuat seperti itu dengan maksud awal, guna mencegah masuknya binatang Komodo ke dalam rumah.

Menurut cerita rakyat suku Komodo, bahwa suku Komodo dengan binatang Komodo, terdapat hubungan erat, yang tergambar dari sebuah legenda Putri Naga. Seorang putri dari dunia gaib bernama Putri Naga menikah dengan manusia bernama Empu Najo. Dari pernikahan ini lahir bayi kembar berjenis kelamin berbeda. Satu bayi laki-laki adalah manusia yang diberi nama Gerong. Sementara bayi perempuan adalah seekor kadal raksasa. Kadal raksasa itu diberi nama Orah. Gerong kemudian dibesarkan di lingkungan manusia, sementara Orah besar di hutan. Saat dewasa, Gerong pergi berburu dan tanpa sengaja bertemu seekor Komodo. Komodo itu adalah Orah.

Tanpa mengetahui bahwa Orah adalah saudaranya, Gerong hampir saja membunuh. Putri Naga, ibu mereka, berhasil menghentikan Gerong. Putri Naga muncul secara gaib dan memberitahu Gerong bahwa Orah adalah saudara perempuannya dan mereka sebenarnya adalah kembar.

Masyarakat suku Komodo pada dasarnya hidup sebagai nelayan. Kehidupan sebagai nelayan telah ditekuni sejak awal kehadiran nenek moyang mereka di pulau ini. Di halaman rumah mereka, ditanami beberapa jenis tanaman seperti ubi kayu, ubi jalar, cabe dan lain-lain. Selain itu mereka juga memelihara beberapa ekor kambing. Sebagian masyarakat suku Komodo biasanya menjadi perajin suvenir. Mereka terampil membuat patung Komodo dari kayu ataupun suvenir lainnya.

sumber:

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,