Suku Wolio, Sulawesi

Upacara Pekandake-Kandea
salah satu acara suku Wolio
Suku Wolio, adalah suatu suku yang tersebar di kepulauan Buton, Muna dan Kabaena di provinsi Sulawesi Tenggara, dan juga terdapat di pulau-pulau kecil di provinsi Selatan. Populasi suku Wolio diperkirakan lebih dari 30.000 orang.

Suku Wolio berbicara dengan bahasa Wolio. Bahasa Wolio merupakan sub-bahasa Buton-Muna, yang termasuk cabang bahasa Austronesia.
Menurut para peneliti bahwa suku Wolio ini merupakan bagian dari sub-suku Buton. Dikatakan bahwa dahulunya orang Wolio juga merupakan keturunan dari Kerajaan Buton yang sejak abad 15 menguasai wilayah Buton.

Suku Wolio juga merupakan suku yang suka merantau. Saat ini banyak dari mereka yang merantau dan tinggal bermukim di provinsi Maluku dan Papua.

Perkawinan dalam kebudayaan Buton bersifat monogami. Setelah menikah, pasangan tinggal di rumah keluarga mempelai perempuan sampai sang suami mampu memiliki rumah sendiri. Rumah tempat tinggal suku Wolio didirikan di atas sebidang tanah dengan menggunakan papan yang kuat, dengan sedikit jendela dan langit-langit yang terbuat dari papan yang kecil dan ditutupi daun kelapa kering.

Salah satu tradisi suku Wolio yang populer di kalangan suku Wolio adalah upacara Pekandake-Kandea dalam bahasa Wolio berarti "makan-makan". Tradisi ini memiliki banyak makna tidak sekadar sebagaibentuk nyata rasa syukur kepada Tuhan setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan atau puasa syawal. Tradisi ini juga merupakan media yang digunakan muda-mudi Buton untuk mencari jodoh. Dahulu tradisi ini merupakan pesta menyambut pahlawan yang kembali membawa kemenangan setelah berperang.

rumah adat suku Wolio
Masyarakat suku Wolio pada umumnya beragama Islam. Agama Islam yang berkembang di wilayah ini adalah dari golongan Sufi. Namun beberapa dari mereka masih mempercayai hal-hal gaib dan percaya terhadap roh-roh di sekeliling mereka. Mereka juga mempercayai roh para leluhur mereka yang dapat menolong dan menimbulkan penyakit tergantung dari sikap dan perilaku mereka.

Rumah tradisional suku Wolio, terdiri dari 3 jenis rumah, yaitu:
  • Banua Tada Tare Kamali (malige), yang dihuni oleh Raja/ Sultan beserta keluarganya,
  • Banua Tada Tare Pata Pale, rumah siku bertiang empat merupakan tempat tinggal para pejabat atau pegawai istana,
  • Banua Tada Tare Talu Pale,  rumah siku bertiang tiga tempat orang biasa.

Orang Wolio pada umumnya telah mengenal teknik pertanian. Mereka bertahan hidup pada bidang pertanian. Tanaman padi juga menjadi tanaman utama mereka, mereka juga menanam jagung, ubi kayu, ubi jalar, sayur-sayuran dan berbagai jenis buah-buahan. Selain itu sebagian dari mereka hidup sebagai nelayan penangkap ikan, seperti ikan tuna dan ikan ekor kuning dan juga sebagai pembuat perahu dan kapal.
Perkampungan pemukiman mereka banyak terdapat penjual hasil tenunan dari sutera, katun dan sejenisnya. Selain itu juga memiliki toko-toko kecil dan penjaja keliling, di mana hal ini terlihat dari gerobak-gerobak yang mereka buat untuk berjualan.

sumber:
sumber lain dan foto:
  • ns1.indonesia.travel
  • facebook.com

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,