Suku Togutil

suku Togutil
Suku Togutil, adalah salah satu suku yang bermukim di Halmahera Utara dan juga terdapat di wilayah Halmahera Timur. Saat ini sudah banyak dari mereka yang hidup berbaur dengan masyarakat lain.

Satu hal menarik dari suku Togutil ini adalah tentang asal usulnya. Pada awalnya ada sekelompok pasukan Portugis yang menyerang wilayah Halmahera, menyerang berbagai wilayah, terlibat peperangan dengan penduduk setempat termasuk berperang dengan pasukan Korakora dari Kesultanan Ternate, dan juga berperang dengan pasukan Alifuru. Setelah beberapa berperang, mereka akhirnya kehabisan amunisi dan kapal mereka juga telah karam. Sehingga mereka tidak dapat kembali ke negaranya, yang mana pada akhirnya mereka pun membuat sebuah pemukiman di salah satu tempat di Halmahera Utara. Mereka bermukim di daerah Gunung Hum dan kemudian menamakan daerah tersebut Rum yang berarti bahwa daerah itu adalah tempat tinggal orang-orang yang berasal dari Rumawi. Tetapi mereka tidak bisa hidup tenang, karena orang-orang Galela sering mengusik ketentraman mereka. Mereka pun kemudian memilih hijrah ke daerah Tobelo, membuat pemukiman baru di daerah perbukitan Karianga arah selatan daerah Wangongira, Kusuri, lembah Kao, batang sungai kali Jodo menuju arah Tetewang. Perpindahan ini mempertemukan mereka dengan sesama bangsanya yang mengalami nasib sama di sekitar Pasir Putih yang kapalnya karam.
Untuk menghilangkan jejak sebagai orang Portugis, sebagian dari mereka menyatu dengan masyarakat setempat serta mempelajari bahasa Tobelo sambil merobah aksen bahasa asli mereka. Mereka kemudian hidup bergaul dengan orang Tobelo dan Kao yang pada akhinya membuat kebanyakan orang Togutil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tobelo Boeng dan Modole. Selain itu mereka juga melakukan kawin-campur dengan penduduk setempat. Upaya ini dilakukan untuk menghindari kejaran pasukan Ternate dan Alifuru terhadap sisa-sisa orang Portugis di Maluku Utara yang lari ke hutan.

Selanjutnya keturunan orang-orang Portugis yang telah kawin campur dengan penduduk setempat ini, hidup dengan cara berpindah-pindah ke daerah yang mereka anggap lebih aman sambil tetap mengembangkan keturunannya. Populasi mereka diketahui berada di hutan di sebelah selatan Halmahera Utara sampai ke hutan Wasilei di Halmahera Timur. Pada umumnya mereka bermukim di tepian sungai. Rumah mereka terbuat dari kayu bulat beratapkan daun rumbia atau daun woka tanpa dinding. Karena telah terlalu lama hidup di tengah hutan, pola hidup mereka pun berubah, dengan peralatan hidup yang sangat sederhana, akhirnya mereka pun menjadi pemakan makanan mentah atau dimasak dengan cara dibakar dengan bambu. Sedangkan air minum hanya diambil dari sungai.

Setelah sekian lama mereka hidup di pedalaman Halmahera Timur ini, terbentuklah suatu komunitas yang disebut sebagai suku Togutil, yang berasal dari orang-orang Portugis yang telah kawin-campur dengan suku-suku setempat.
Perawakan suku Togutil saat ini, masih ada yang memiliki postur fisik mirip dengan postur orang Portugis, berkulit cerah, mata bening kecoklatan serta bertubuh tingi.

Suku Togutil saat ini sudah bukan lagi sebagai suku terasing, hanya saja mereka tetap mempertahankan pemukiman mereka yang berada di pedalaman hutan rimba Halmahera. Walaupun mereka hidup di pedalaman, beberapa kemajuan telah mereka alami dengan hidup dengan cara bercocok tanam berbagai jenis tanaman. Selain itu mereka juga telah ada yang memasak dengan kompor minyak tanah. Segala jenis makanan telah dimasak dengan cara direbus, dipanggang maupun digoreng.

lihat video :


sumber:
  • halmaherautara.com
  • sosbud.kompasiana.com
  • blackveilbrades.wordpress.com
  • nytimes.com/
  • wikipedia
  • dan sumber lain
sumber-foto:
  • togutil (sosbud.kompasiana.com).jpg

3 comments:

Silahkan berkomentar di bawah ini, Kami mohon maaf, apabila terdapat kekeliruan atau ada yang tidak sesuai dengan pendapat pembaca, sehubungan dengan sumber-sumber yang kami terima bisa saja memiliki kekeliruan.
Dengan senang hati kami menerima segala kritik maupun saran pembaca, demi peningkatan blog Proto Malayan.
Salam dan terimakasih,